TEORI KOMUNIKASI
undangan dan strategi yang akan membentuk alat dan rangka kerja untuk
sesuatu perkara yang hendak dilaksanakan
Dalam proses
komunikasi teori
akan membina bentuk dan kaidah komunikasi yang hendak dibuat. Melalui penulisan
ini pejelasan tentang beberapa teori komunikasi akan dibuat. Terdapat dua aspek utama yang dilihat secara tidak langsung dalam bidang ini
sebagai satu bidang pengkajian yang baru. Aspek pertama ialah perkembangan dari
beberapa sudut atau kejaidian seperti teknologi komunikasi, perindustrian dan
politik dunia. Teknologi komunikasi contohnya radio, televisi, telefon,
setelit, rangkaian komputer telah menghasilkan ide untuk mengetahui apakah
kesan perkembangan teknologi komunikasi terhadap individu, masyarakat dan
penduduk disebuah negara. Perkembangan politik dunia, memperlihatkah bagaimana
kesan politik terhadap publik sehingga menimbulkan propaganda
dan pendapat umum. Seterusnya perkembangan perindustrian seperti perminyakan dan
perkapalan menuntut betapa perlunya komunikasi yang berkesan untuk meningkatkan
produktivitas dan kualitas agar mencapai maksud atau tujuan organisasi
tersebut. Aspek kedua ialah dari sudut kajian di mana para pelajar berminat
untuk mengkaji bidang-bidang yang berkaitan dengan komunikasi seperti mereka
yang dari bidang psikologi sosial mengkaji penggunaan teknologi baru terhadap
kesan tayangan animasi kepada anak-anak , propaganda dan dinamik kelompok.
penjelasan atas politik dunia seperti menganalisa propaganda Nazi yang mampu
mempengaruhi pendengar sehingga mereka patuh dan bersatu. Selanjutnya kajian
awal penyelidik atas perindustrian yang pada separuh abad ke-20 tertuju kepada
memenuhi keinginan sektor pemasaran untuk mengetahui komunikasi dengan lebih
dekat setelah pengiklanan menunjukan kepentingannya. Oleh karena itu, bidang
komunikasi mengambil langkah dan maju kedepan setelah berlakunya pengembangan
dari sudut teknologi komunikasi, perindustrian dan politik dunia serta
kajian-kajian yang telah dilakukan. Sehingga bidang komunikasi menjadi bidang
pengkajian yang baru dan mula diminati oleh banyak orang. Namun, bidang yang
menjadi asas kepada bidang komunikasi ialah bidang-bidang sains sosial seperti
sosiologi, pendidikan, psikologi sosial, pengurusan, antropologi
dan psikologi.
1.TEORI BEHAVIORISME
Tokoh aliran ini adalah John B. Watson (1878 – 1958) yang di Amerika dikenal
sebagai bapak Behaviorisme. Teorinya memumpunkan perhatiannya pada aspek yang
dirasakan secara langsung pada perilaku berbahasa serta hubungan antara
stimulus dan respons pada dunia sekelilingnya. Menurut teori ini, semua
perilaku, termasuk tindak balas (respons) ditimbulkan oleh adanya rangsangan
(stimulus). Jika rangsangan telah diamati dan diketahui maka gerak balas pun
dapat diprediksikan. Watson juga dengan tegas menolak pengaruh naluri
(instinct) dan kesadaran terhadap perilaku. Jadi setiap perilaku dapat
dipelajari menurut hubungan stimulus - respons.
Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme dan juga
psikoanalisis. Behaviorisme ingin menganalisis hanya perilaku yang nampak saja,
yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Belakangan, teori kaum
behavioris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena menurut mereka
seluruh perilaku manusia kecuali instink adalah hasil belajar. Belajar artinya perubahan
perilaku organisme sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau
mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional;
behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh
faktor‑faktor lingkungan. Dari sinilah timbul konsep “manusia mesin” (Homo
Mechanicus).
2.TEORI HUMANISME
Teori ini muncul diilhami oleh perkembangan dalam psikologi yaitu psikologi
Humanisme. Sesuai pendapat yang dikemukakan oleh McNeil (1977) “In many
instances, communicative language programmes have incorporated educational
phylosophies based on humanistic psikology or view which in the context of
goals for other subject areas has been called ‘the humanistic curriculum”
Teori humanisme dalam pengajaran bahasa pernah
diimplementasikan dalam sebuah kurikulum pengajaran bahasa dengan istilah
Humanistic curriculum yang diterapkan di Amerika utara di akhir tahun 1960-an
dan awal tahun 1970-an. Kurikulum ini menekankan pada pembagian pengawasan dan
tanggungjawab bersama antar seluruh siswa didik. Humanistic curiculum
menekankan pada pola pikir, perasaan dan tingkah laku siswa dengan
menghubungkan materi yang diajarkan pada kebutuhan dasar dan kebutuhan hidup
siswa. Teori ini menganggap bahwa setiap siswa sebagai objek pembelajaran
memiliki alasan yang berbeda dalam mempelajari bahasa.
Tujuan utama dari teori ini adalah untuk meningkatkan
kemampuan siswa agar bisa berkembang di tengah masyarakat. The deepest goal or
purpose is to develop the whole persons within a human society. (McNeil,1977)
3.TEORI
INFORMASI ATAU MATEMATIS
Salah satu teori komunikasi klasik yang sangat
mempengaruhi teori-teori komunikasi selanjutnya adalah teori informasi atau
teori matematis. Teori ini merupakan bentuk penjabaran dari karya Claude
Shannon dan Warren Weaver (1949, Weaver. 1949 ), Mathematical Theory of
Communication.
Teori ini melihat komunikasi sebagai fenomena mekanistis,
matematis, dan informatif: komunikasi sebagai transmisi pesan dan bagaimana
transmitter menggunakan saluran dan media komunikasi. Ini merupakan salah satu
contoh gamblang dari mazhab proses yang mana melihat kode sebagai sarana untuk
mengonstruksi pesan dan menerjemahkannya (encoding dan decoding).
Teori informasi ini menitikberatkan titik perhatiannya
pada sejumlah sinyal yang lewat melalui saluran atau media dalam proses
komunikasi. Ini sangat berguna pada pengaplikasian sistem elektrik dewasa ini
yang mendesain transmitter, receiver, dan code untuk memudahkan efisiensi
informasi.
4.TEORI
AGENDA SETTING
Teori Agenda-setting diperkenalkan oleh McCombs dan DL
Shaw (1972). Asumsi teori ini adalah bahwa jika media memberi tekanan pada
suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya
penting. Jadi apa yang dianggap penting media, maka penting juga bagi masyarakat.
Dalam hal ini media diasumsikan memiliki efek yang sangat kuat, terutama karena
asumsi ini berkaitan dengan proses belajar bukan dengan perubahan sikap dan
pendapat.
5.TEORI
USES AND GRATIFICATIONS(KEGUNAAN DAN KEPUASAN)
Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Herbert Blumer
dan Elihu Katz (1974). Teori ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan
peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain,
pengguna media adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media
berusaha mencari sumber media yang paling baik di dalam usaha memenhi
kebutuhannya. Artinya pengguna media mempunyai pilihan alternatif untuk
memuaskan kebutuhannya.
Elemen dasar yang mendasari pendekatan teori ini (Karl
dalam Bungin, 2007):
(1) Kebutuhan dasar tertentu, dalam interaksinya dengan
(2) berbagai kombinasi antara intra dan ekstra individu,
dan juga dengan
(3) struktur masyarakat, termasuk struktur media,
menghasilkan
(4) berbagai percampuran personal individu, dan
(5) persepsi mengenai solusi bagi persoalan tersebut, yang
menghasilkan
(6) berbagai motif untuk mencari pemenuhan atau
penyelesaian persoalan, yang menghasikan
(7) perbedaan pola konsumsi media dan ( perbedaan pola
perilaku lainnya, yang menyebabkan
(8) perbedaan pola konsumsi, yang dapat memengaruhi
(9) kombinasi karakteristik intra dan ekstra individu,
sekaligus akan memengaruhi pula
(10) struktur media dan berbagai struktur politik,
kultural, dan ekonomi dalam masyarakat.
6.TEORI
DEFENDENSI EFEK KOMUNIKASI MASSA
Teori ini dikembangkan oleh Sandra Ball-Rokeachdan Melvin
L. DeFluer (1976), yang memfokuskan pada kondisi struktural suatu masyarakat
yang mengatur kecenderungan terjadinya suatu efek media massa. Teori ini
berangkat dari sifat masyarakat modern, diamana media massa diangap sebagai
sistem informasi yang memiliki peran penting dalam proses memelihara,
perubahan, dan konflik pada tataran masyarakat,kelompok, dan individu dalam
aktivitas sosial. Secara ringkas kajian terhadap efek tersebut dapat dirumuskan
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Kognitif, menciptakan atau menghilangkan ambiguitas,
pembentukan sikap, agenda-setting, perluasan sistem keyakinan masyarakat,
penegasan/ penjelasan nilai-nilai.
2. Afektif, menciptakan ketakutan atau kecemasan, dan
meningkatkan atau menurunkan dukungan moral.
3. Behavioral, mengaktifkan atau menggerakkan atau
meredakan, pembentukan isu tertentu atau penyelesaiannya, menjangkau atau
menyediakan strategi untuk suatu aktivitas serta menyebabkan perilaku dermawan.
7.TEORI
KONSTRUKTVISME
Jean Piaget dan Leu Vygotski adalah dua nama yang selalu
diasosiasikan dengan kontruktivisme. Ahli kontruktivisme menyatakan bahwa
manusia membentuk versi mereka sendiri terhadap kenyataan, mereka menggandakan
beragam cara untuk mengetahui dan menggambarkan sesuatu untuk mempelajari
pemerolehan bahasa pertama dan kedua.
Pembelajaran harus dibangun secara aktif oleh pembelajar
itu sendiri dari pada dijelaskan secara rinci oleh orang lain. Dengan demikian
pengetahuan yang diperoleh didapatkan dari pengalaman. Namun demikian, dalam
membangun pengalaman siswa harus memiliki kesempatan untuk mengungkapkan
pikirannya, menguji ide-ide tersebut melalui eksperimen dan percakapan atau
tanya jawab, serta untuk mengamati dan membandingkan fenomena yang sedang diujikan
dengan aspek lain dalam kehidupan mereka. Selain itu juga guru memainkan
peranan penting dalam mendorong siswa untuk memperhatikan seluruh proses
pembelajaran serta menawarkan berbagai cara eksplorasi dan pendekatan.
8.TEORI
NATIVISME
Istilah nativisme dihasilkan dari pernyataan mendasar
bahwa pembelajaran bahasa ditentukan oleh bakat. Bahwa setiap manusia
dilahirkan sudah memiliki bakat untuk memperoleh dan belajar bahasa.
Chomsky dalam Hadley (1993: 48) yang merupakan tokoh utama
golongan ini mengatakan bahwasannya hanya manusialah satu-satunya makhluk Tuhan
yang dapat melakukan komunikasi lewat bahasa verbal. Selain itu bahasa juga
sangat kompleks oleh sebab itu tidak mungkin manusia belajar bahasa dari
makhluk Tuhan yang lain. Chomsky juga menyatakan bahwa setiap anak yang lahir
ke dunia telah memiliki bekal dengan apa yang disebutnya “alat penguasaan
bahasa” atau LAD (language Acquisition Device). Chomsky dalam Hadley (1993:50)
mengemukakan bahwa belajar bahasa merupakan kompetensi khusus bukan sekedar
subset belajar secara umum. Cara berbahasa jauh lebih rumit dari sekedar
penetapan Stimulus- Respon. Chomsky dalam Hadley (1993: 48) mengatakan bahwa
eksistensi bakat bermanfaat untuk menjelaskan rahasia penguasaan bahasa pertama
anak dalam waktu singkat, karena adanya LAD. Menurut golongan ini belajar
bahasa pada hakikatnya hanyalah proses pengisian detil kaidah-kaidah atau
struktur aturan-aturan bahasa ke dalam LAD yang sudah tersedia secara alamiah
pada manusia tersebut.
9.Teori Kognitivisme
Menurut Piaget dalam Mansoer Pateda (1990: 67), salah
seorang tokoh golongan ini mengatakan bahwa struktur komplek dari bahasa
bukanlah sesuatu yang diberikan oleh alam dan bukan pula sesuatu yang
dipelajari lewat lingkungan. Struktur tersebut lahir dan berkembang sebagai
akibat interaksi yang terus menerus antara tingkat fungsi kognitif si anak dan
lingkungan lingualnya.Struktur tersebut telah tersedia secara alamiah.
Perubahan atau perkembangan bahasa pada anak akan bergantung pada sejauh mana
keterlibatan kognitif sang anak secara aktif dengan lingkungannya.
Menurut aliran ini kita belajar disebabkan oleh kemampuan
kita menafsirkan peristiwa atau kejadian yang terjadi di dalam lingkungan.
Proses belajar bahasa terjadi menurut pola tahapan
perkembangan tertentu sesuai umur.
Tahapan tersebut meliputi:
a. Asimilasi : proses penyesuaian pengetahuan baru dengan
struktur kognitif
b. Akomodasi : proses penyesuaian struktur kognitif dengan
pengetahuan baru
c. Disquilibrasi : proses penerimaan pengetahuan baru yang
tidak sama dengan yang telah diketahuinya.
d. Equilibrasi : proses penyeimbang mental setelah terjadi
proses asimilasi.
10.Teori Sibernetik
Istilah sibernetika berasal dari bahasa Yunani
(Cybernetics berarti pilot). Istilah Cybernetics yang diterjemahkan kedalam
bahasa Indonesia menjadi sibernetika, pertama kali digunakan tahun 1945 oleh
Nobert Wiener dalam bukunya yang berjudul Cybernetics.
Sibernetika adalah teori sistem pengontrol yang didasarkan
pada komunikasi (penyampaian informasi) antara sistem dan lingkungan dan antar
sistem, pengontrol (feedback) dari sistem berfungsi dengan memperhatikan
lingkungan.
Seiring perkembangan teknologi informasi yang diluncurkan
oleh para ilmuwan dari Amerika sejak tahun 1966, penggunaan komputer sebagai
media untuk menyampaikan informasi berkembang pesat. Teknologi ini juga
dimanfaatkan dunia pendidikan terutama guru untuk berkomunikasi sesama relasi,
mencari handout (buku materi ajar), menerangkan materi pelajaran atau
pelatihan, bahkan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa. Prinsip dasar teori
sibernetik yaitu menghargai adanya 'perbedaan', bahwa suatu hal akan memiliki
perbedaan dengan yang lainnya, atau bahwa sesuatu akan berubah seiring
perkembangan waktu. Pembelajaran digambarkan sebagai : INPUT => PROSES =>
OUTPUT.
11. Teori Ketergantungan (Dependency Theory)
Teori ketergantungan terhadap media mula-mula diutarakan
oleh Sandra Ball-Rokeach dan Melvin Defleur. Seperti teori uses and
gratifications, pendekatan ini juga menolak asumsi kausal dari awal hipotesis
penguatan. Untuk mengatasi kelemahan ini, pengarang ini mengambil suatu
pendekatan sistem yang lebih jauh. Di dalam model mereka mereka mengusulkan
suatu relasi yang bersifat integral antara pendengar, media. dan sistem sosial
yang lebih besar.
Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh teori uses and
gratifications, teori ini memprediksikan bahwa khalayak tergantung kepada
informasi yang berasal dari media massa dalam rangka memenuhi kebutuhan
khalayak bersangkutan serta mencapai tujuan tertentu dari proses konsumsi media
massa. Namun perlu digarisbawahi bahwa khalayak tidak memiliki ketergantungan
yang sama terhadap semua media.
Sumber ketergantungan yang kedua adalah kondisi sosial.
Model ini menunjukkan sistem media dan institusi sosial itu saling berhubungan dengan
khalayak dalam menciptakan kebutuhan dan minat. Pada gilirannya hal ini akan
mempengaruhi khalayak untuk memilih berbagai media, sehingga bukan sumber media
massa yang menciptakan ketergantungan, melainkan kondisi sosial.
Untuk mengukur efek yang ditimbulkan media massa terhadap
khalayak, ada beberapa metode yang dapat digunakan, yaitu riset eksperimen,
survey dan riset etnografi.
12. Teori The Spiral of Silence
Teori the spiral of silence (spiral keheningan)
dikemukakan oleh Elizabeth Noelle-Neuman (1976), berkaitan dengan pertanyaan
bagaimana terbentuknya pendapat umum. Teori ini menjelaskan bahwa terbentuknya
pendapat umum ditentukan oleh suatu proses saling mempengaruhi antara
komunikasi massa, komunikasi antar pribadi, dan persepsi individu tentang
pendapatnya dalam hubungannya dengan pendapat orang-orang lain dalam
masyarakat.
13.Teori Inokulasi (Innoculation Theory)
Teori inokulasi atau teori suntikan yang pada mulanya
ditampilkan oleh Mcguire ini mengambil analogi dari peristiwa medis. Orang yang
terserang penyakit cacar, polio disuntik. Diberi vaksin untuk merangsang
mekanisme daya tahan tubuhnya. Demikian pula halnya dengan orang yang tidak
memiliki informasi mengenai suatu hal atau tidak menyadari posisi mengenai hal
tersebut, maka ia akan lebih mudah untuk dipersuasi atau dibujuk. Suatu cara
untuk membuatnya agar tidak mudah kena pengaruh adalah ”menyuntiknya” dengan
argumentasi balasan (counterarguments).
14.Teori Kultivasi (Cultivation Theory)
Teori Kultivasi (Cultivation Theory) merupakan salah
satu teori yang mencoba menjelaskan keterkaitan antara media komunikasi (dalam
hal ini televisi) dengan tindak kekerasan. Teori ini dikemukakan oleh George
Gerbner, mantan Dekan dari Fakultas (Sekolah Tinggi) Komunikasi Annenberg
Universitas Pennsylvania,yang juga pendiri Cultural Environment Movement,
berdasarkan penelitiannya terhadap perilaku penonton televisi yang dikaitkan
dengan materi berbagai program televisi yang ada di Amerika Serikat.
Teori Kultivasi pada dasarnya menyatakan bahwa para pecandu
(penonton berat/heavy viewers) televisi membangun keyakinan yang berlebihan
bahwa “dunia itu sangat menakutkan” . Hal tersebut disebabkan keyakinan mereka
bahwa “apa yang mereka lihat di televisi” yang cenderung banyak menyajikan
acara kekerasan adalah “apa yang mereka yakini terjadi juga dalam kehidupan
sehari-hari”.
15.Teori Birokrasi
Teori Birokrasi berhubungan dengan organisasi masyarakat
yang disusun secara ideal. Birokrasi dicapai melalui formalisasi aturan,
struktur, dan proses di dalam organisasi. Max Weber (1948) adalah sosok yang
dikenal sebagai bapak birokrasi. Menurut Weber, organisasi birokrasi yang ideal
menyertakan delapan karakteristik struktural.
Birokrasi menawarkan banyak kelebihan yang kuat dalam
menerapkan standar praktek organisasi, selain ia juga bisa membatasi anggota
organisasi dan individu yang bekerja di dalamnya.
16.Teori Analisis Transaksional
Teori analisis transaksional merupakan karya besar Eric
Berne (1964), yang ditulisnya dalam buku Games People Play. Berne adalah
seorang ahli ilmu jiwa terkenal dari kelompok Humanisme. Teori analisis
transaksional merupakan teori terapi yang sangat populer dan digunakan dalam
konsultasi pada hampir semua bidang ilmu-ilmu perilaku. Teori analisis
transaksional telah menjadi salah satu teori komunikasi antarpribadi yang
mendasar.
Kata transaksi selalu mengacu pada proses pertukaran dalam
suatu hubungan. Dalam komunikasi antarpribadi pun dikenal transaksi. Yang
dipertukarkan adalah pesan-pesan baik verbal maupun nonverbal. Analisis transaksional
sebenarnya bertujuan untuk mengkaji secara mendalam proses transaksi (siapa-siapa
yang terlibat di dalamnya dan pesan apa yang dipertukarkan).
Dalam diri setiap manusia, seperti dikutip Collins (1983),
memiliki tiga status ego. Sikap dasar ego yang mengacu pada sikap orangtua
(Parent= P. exteropsychic); sikap orang dewasa (Adult=A. neopsychic); dan ego
anak (Child = C, arheopsychic). Ketiga sikap tersebut dimiliki setiap orang
(baik dewasa, anak-anak, maupun orangtua).
17.Teori Pengharapan Nilai (The Expectacy-Value Theory)
Phillip Palmgreen berusaha mengatasi kurangnya unsur
kelekatan yang ada di dalam teori uses and gratification dengan menciptakan
suatu teori yang disebutnya sebagai expectance-value theory (teori pengharapan
nilai).
Dalam kerangka pemikiran teori ini, kepuasan yang Anda
cari dari media ditentukan oleh sikap Anda terhadap media --kepercayaan Anda
tentang apa yang suatu medium dapat berikan kepada Anda dan evaluasi Anda
tentang bahan tersebut. Sebagai contoh, jika Anda percaya bahwa situated comedy
(sitcoms), seperti Bajaj Bajuri menyediakan hiburan dan Anda senang dihibur,
Anda akan mencari kepuasan terhadap kebutuhan hiburan Anda dengan menyaksikan
sitcoms. Jika, pada sisi lain, Anda percaya bahwa sitcoms menyediakan suatu pandangan
hidup yang tak realistis dan Anda tidak menyukai hal seperti ini Anda akan
menghindari untuk melihatnya.
18.Teori Difusi Inovasi
Teori difusi yang paling terkemuka dikemukakan oleh
Everett Rogers dan para koleganya. Rogers menyajikan deksripsi yang menarik
mengenai mengenai penyebaran dengan proses perubahan sosial, di mana terdiri
dari penemuan, difusi (atau komunikasi), dan konsekwensi-konsekwensi. Perubahan
seperti di atas dapat terjadi secara internal dari dalam kelompok atau secara
eksternal melalui kontak dengan agen-agen perubahan dari dunia luar. Kontak
mungkin terjadi secara spontan atau dari ketidaksengajaan, atau hasil dari
rencana bagian dari agen-agen luar dalam waktu yang bervariasi, bisa pendek,
namun seringkali memakan waktu lama.
Dalam difusi inovasi ini, satu ide mungkin memerlukan
waktu bertahun-tahun untuk dapat tersebar. Rogers menyatakan bahwa pada
realisasinya, satu tujuan dari penelitian difusi adalah untuk menemukan sarana
guna memperpendek keterlambatan ini. Setelah terselenggara, suatu inovasi akan
mempunyai konsekuensi konsekuensi – mungkin mereka berfungsi atau tidak,
langsung atau tidak langsung, nyata atau laten (Rogers dalam Littlejohn, 1996 :
336).
19.Teori Norma Budaya (Cultural Norms Theory)
Teori norma budaya menurut Melvin DeFleur hakikatnya
adalah bahwa media massa melalui penyajiannya yang selektif dan penekanannya
pada tema-tema tertentu, menciptakan kesan-kesan pada khalayak dimana
norma-norma budaya umum mengenai topik yang diberi bobot itu dibentuk dengan cara-cara
tertentu. Oleh karena itu perilaku individual biasanya dipandu oleh norma-norma
budaya mengenai suatu hal tertentu, amak media komunikasi secara tidak langsung
akan mempengaruhi perilaku.
20.Standpoint Theory
Teori ini menjelaskan bahwa pengalaman individu,
pengetahuan, dan perilaku komunikasi sebagian besar dibentuk oleh kelompok
sosial dimana mereka aktif (Wood, J. T.,1982 dalam West, R., & Turner, L.
H., 2000). Dari sinilah kita dapat menarik kerangka tentang sistematika
pengaruh kekuatan pembentuk identitas.
Secara kultural, bangsa Indonesia sebelum kemerdekaan dan
masa awal kemerdekaan adalah bangsa yang guyub. Keguyuban ini pun terbawa pada
kolektif-kolektif komunitas Islam. Kita mengenal adanya komunitas pesantren NU,
dan Muhamadiyyah pada masa sebelum kemerdekaan. Setelah kebijakan Soeharto di
era tahun 1980-an yang lebih dekat dengan Islam, dan komunitas kolektif Islam
menjadi semakin menjamur. Dan semakin banyaknya komunitas kolektif inilah yang
kemudian banyak sekali mempengaruhi kehidupan warga Indonesia yang lain.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaruh media global telah tereduksi oleh
keberadaan dan pengaruh komunitas kolektif yang memiliki high context culture.
21.Teori Systematic Behavior
(Hull)
Clark C Hull mengikuti jejak Thorndike dalam usahanya
mengembangkan teori belajar. Prinsip‑prinsip yang digunakanya mirip dengan apa
yang dikemukakan oleh para behavioris yaitu dasar stimulus‑respon dan adanya
reinforcement.
Clark C. Hull mengemukakan teorinya, yaitu bahwa suatu
kebutuhan atau “keadaan terdorong” (oleh motif, tujuan, maksud, aspirasi,
ambisi) harus ada dalam diri seseorang yang belajar, sebelum suatu respon dapat
diperkuat atas dasar pengurangan kebutuhan itu. Dalam hal ini efisiensi
belajar tergantung pada besarnya tingkat pengurangan dan kepuasan motif yang
menyebabkan timbulnya usaha belajar itu oleh respon‑respon yang dibuat individu
itu. Setiap obyek, kejadian atau situasi dapat mempunyai nilai sebagai penguat
apabila hal itu dihubungkan dengan penurunan terhadap suatu keadaan deprivasi
(kekurangan) pada diri individu itu; yaitu jika obyek, kejadian atau situasi
tadi dapat menjawab suatu kebutuhan pada saat individu itu melakukan respon.
Prinsip penguat (reinforcer) menggunakan seluruh situasi
yang memotivasi, mulai dari dorongan biologis yang merupakan kebutuhan utama
seseorang sampai pada hasil‑hasil yang memberikan ganjaran bagi seseorang
(misalnya: uang, perhatian, afeksi, dan aspirasi sosial tingkat tinggi). Jadi,
prinsip yang utama adalah suatu kebutuhan atau motif harus ada pada seseorang
sebelum belajar itu terjadi; dan bahwa apa yang dipelajari itu harus diamati
oleh orang yang belajar sebagai sesuatu yang dapat mengurangi kekuatan
kebutuhannya atau memuaskan kebutuhannya.
22.Teori Conectionism (Thorndike)
Menurut teori trial and error (mencoba‑coba dan gagal)
ini, setiap organisme jika dihadapkan dengan situasi baru akan melakukan
tindakan‑tindakan yang sifatnya coba‑coba secara membabi buta jika dalam usaha
mencoba‑coba itu secara kebetulan ada perbuatan yang dianggap memenuhi
tuntutan situasi, maka perbuatan yang kebetulan cocok itu kemudian
“dipegangnya”. Karena latihan yang terus menerus maka waktu yang dipergunakan
antuk melakukan perbuatan yang cocok itu makin lama makin efisien.
Jadi, proses belajar menurut Thorndike melalui proses:
1 ) trial and error (mencoba‑coba dan mengalami
kegagalan), dan
2) law of effect; Yang berarti bahwa segala tingkah laku
yang berakibatkan suatu keadaan yang memuaskan (cocok dengan tuntutan situasi)
akan diingat dan dipelajari dengan sebaik‑baiknya. Sedangkan segala tingkah
laku yang berakibat tidak menyenangkan akan dihilangkan atau dilupakannya.
Tingkah laku ini terjadi secara otomatis. Otomatisme dalam belajar itu dapat
dilatih dengan syarat‑syarat tertentu, pada binatang juga pada manusia.
Thorndike melihat bahwa organisme itu (juga manusia)
sebagai mekanismus; hanya bergerak atau bertindak jika ada perangsang yang
mempengaruhi dirinya. Terjadinya otomatisme dalam belajar menurut Thorndike
disebabkan adanya law of effect itu. Dalam kehidupan sehari‑hari law of effect
itu dapat terlihat dalam hal memberi penghargaan atau ganjaran dan juga dalam
hal memberi hukuman dalam pendidikan. Akan tetapi menurut Thorndike yang lebih
memegang peranan dalam pendidikan ialah hal memberi penghargaan atau ganjaran
dan itulah yang lebih dianjurkan.
Karena adanya law of effect terjadilah hubungan
(connection) atau asosiasi antara tingkah laku reaksi yang dapat mendatangkan
sesuatu dengan hasil biaya (effect). Karena adanya koneksi antara reaksi dengan
hasilnya itu maka teori Thorndike disebut juga Connectionism.
23.Teori administrasi
Teoritikus
administrasi pertama dan paling berpengaruh
adalah industrialis berkebangsaan Perancis yaitu Henry Fayol pada tahun 1916,
Fayol mengidentifikasi beberapa prinsip manajemen. Prinsip-prinsip tersebut
telah diterapkan secara luas pada desain dan praktek organisasi dan memberikan
pengaruh kuat pada desain dan administrasi organisasi industri modern.
Teori administrasi dikembangkan sebagai panduan
preskriptif bagi manajemen organisasi industri sesuai penggunaan kaidah dan
otoritas secara langsung. Di sini diperlihatkan kekuatan dan kelemahan dari
teori administrasi. Prinsip dasar preskriptif dari teori administrasi membuat
teori tersebut sangat pragmatis dan dapat diaplikasikan pada organisasi bisnis.
Sebelumnya, karena tidak ada prinsip manajemen universal yang dapat
diaplikasikan secara merata pada semua situasi organisasi, prinsip teori
administrasi dapat disalahartikan, bertentangan dan tidak sesuai dalam
penggunaannya ketika berhubungan dengan masalah-masalah organisasi yang
berbeda. Di samping itu, seperti yang akan kita bahas secara mendalam pada
bagian akhir bab ini, prinsip teori administrasi, seperti prinsip birokrasi,
sering dihubungkan sebagai bentuk yang kaku dan tidak peka terhadap kebutuhan
anggota organisasi.
24.Teori Fungsional
Dengan munculnya kontruktivisme dalam dunia psikologi,
dalam tahun-tahun terakhir ini menjadi lebih jelas bahwa belajar bahasa
berkembang dengan baik di bawah gagasan kognitif dan struktur ingatan.
Para peneliti bahasa mulai melihat bahwa bahasa merupakan
manifestasi kemampuan kognitif dan efektif untuk menjelajah dunia, untuk
berhubungan dengan orang lain dan juga keperluan terhadap diri sendirisebagai
manusia. Lebih lagi kaedah generatif yang diusulkan di bawah naungan nativisme
itu bersifat abstrak, formal, eksplisit dan logis, meskipun kaidah itu lebih
mengutamakan pada bentuk bahasa dan tidak pada tataran fungsional yang lebih
dari makna yang dibentuk dari makna yang dibentuk dari interaksi sosial.
a. Kognisi dan perkembangan bahasa
Piaget menggambarkan penelitian itu sebagai interaksi anak
dengan lingkungannya dengan interaksi komplementer antara perkembangan
kapasitas kognitif perseptual dengan pengalaman bahasa mereka. Penelitian itu
berkaitan dengan hubungan antara perkembangan kognitif dengan pemerolehan
bahasa pertama. Slobin menyatakan bahwa dalam semua bahasa, belajar makna
bergantung pada perkembangan kognitif dan urutan perkembangannya lebih ditentukan
oleh kompleksitas makna itu dari pada kompleksitas bentuknya. Menurut dia ada
dua hal yang menentukan model:
1) Pada asas fungsional, perkembangan diikuti oleh
perkembangan kapasitas komunikatif dan konseptual yang beroperasi dalam
konjungsi dengan skema batin konjungsi.
2) Pada asas formal, perkembangan diikuti oleh kapasitas
perseptual dan pemerosesan informasi yang bekerja dalam konjungsi dan skema
batin tata bahasa.
b. Interaksi Sosial dan Perkembangan Bahasa
Akhir-akhir ini semakin jelas bahwa fungsi bahasa
berkembang dengan baik di luar pikiran kognitif dan struktur memori. Di sini
tampak bahwa kontruktivis sosial menekankan prespektif fungsional. Bahasa pada
hakikatnya digunakan untuk komunikasi interaktif. Oleh sebab itu kajian yang
cocok untuk itu adalah kajian tentang fungsi komunikatif bahasa, fungsi
pragmatik dan komunikatif dikaji dengan segala variabilitasnya.
25. Teori Belajar Sosial (Bandura)
Teori belajar Bandura (Albert Bandura:1925) adalah teori
belajar social atau kognitif social serta efikasi diri yang menunjukkan
pentingnya proses mengamati dan meniru perilaku, sikap dan emosi orang lain.
Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi tingkah laku
timbale balik yang berkesinambungan antara kognitine perilaku dan pengaruh
lingkungan. Factor-faktor yang berproses dalam observasi adalah perhatian,
mengingat, produksi motorik, motivasi.
Ternyata tidak semua perilaku dapat dijelaskan dengan
pelaziman. Bandura menambahkan konsep belajar sosial (social learning). Ia mempermasalahkan
peranan ganjaran dan hukuman dalam proses belajar. Kaum behaviorisme
tradisional menjelaskan bahwa kata-kata yang semula tidak ada maknanya,
dipasangkan dengan lambak atau obyek yang punya makna (pelaziman klasik).
26.Teori Operant Conditioning (Skinner)
Skinner (1904-1990), menganggap reward dan rierforcement
merupakan factor penting dalan belajar. Skinner berpendapat bahwa tujuan
psikologi adalah meramal mengontrol tingkah laku. Pda teori ini guru memberi
penghargaan hadiah atau nilai tinggi sehingga anak akan lebih rajin. Teori ini
juga disebut dengan operant conditioning. . Operans conditioning adalah suatu
proses penguatan perilaku operans yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut
dapat diulang kembali atau menghilang sesuai keinginan.
Operant conditing menjamin respon terhadap stimuli.Bila
tidak menunjukkan stimuli maka guru tidak dapat membimbing siswa untuk
mengarahkan tingkah lakunya. Guru memiliki peran dalam mengontrol dan
mengarahkan siswa dalam proses belajar sehingga tercapai tujuan yang
diinginkan.
Prinsip belajar Skinners adalah :
- Hasil belajar harus segera diberitahukan pada siswa jika
salah dibetulkan jika benar diberi penguat.
- Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
Materi pelajaran digunakan sebagai sistem modul.
- Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas
sendiri, tidak digunakan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah untuk
menghindari hukuman.
- Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah dan
sebaiknya hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variable ratio
reinforcer.
- Dalam pembelajaran digunakan shapping.
27.Teori Classical Conditioning (Pavlov dan Watson)
Menurut teori conditioning (Ivan Petrovich
Pavlo:1849-1936), belajar adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya
syarat‑syarat (conditions) yang kemudian menimbulkan reaksi (response). Untuk
menjadikan seseorang itu belajar haruslah kita memberikan syarat‑syarat
tertentu. Yang terpenting dalam belajar menurut teori conditioning ialah adanya
latihan‑latihan yang kontinu. Yang diutamakan dalam teori ini ialah hal
belajar yang terjadi secara otomatis.
Penganut teori ini mengatakan bahwa segala tingkah laku
manusia. juga tidak lain adalah hasil daripada conditioning. Yakni hasil
daripada latihan‑latihan atau kebiasaan-kebiasaan mereaksi terhadap syarat‑syarat/perangsang-perangsang
tertentu yang dialaminya di dalam kehidupannya.
Kelemahan dari teori conditioning ini ialah, teori ini
menganggap bahwa belajar itu hanyalah terjadi secara otomatis; keaktifan dan
penentuan pribadi dalam tidak dihiraukannya. Peranan latihan/kebiasaan terlalu
ditonjolkan. Sedangkan kita tahu bahwa dalam bertindak dan berbuat sesuatu,
manusia tidak semata‑mata tergantung kepada pengaruh dari luar. Aku atau
pribadinya sendiri memegang peranan dalam memilih dan menentukan perbuatan dan
reaksi apa yang akan dilakukannya. Teori conditioning ini memang tepat kalau
kita hubungkan dengan kehidupan binatang. Pada manusia teori ini hanya dapat
kita terima dalam hal‑hal belajar tertentu saja; umpamanya dalam belajar yang
mengenai skills (kecakapan-kecakapan) tertentu dan mengenai pembiasaan pada
anak‑anak kecil.