- Kerajaan Gantarang
Awal mula terbentuknya system pemerintahan di gantarang, menurut paruru daeng rani, salah seorang tokoh masyarkat gantarang, di awali pada masah pemerintahan tumanurung. Ketika itu masyarakat gantarang dilanda kelaparan, karena tanaman merka tidak mau tumbuh, juga ternak banyak yang mati, dan negeri pada kekeringan. Melihat kondisi tersebut dewata telah menurunkan seorang putri yang cantik jelita dari kayangan untuk mengatasi krisis pangan yang dialamih oleh warga gantarang.
Warga gantarang kemudian mengadukan nasibnya pada putri tumanurung, bahwa di negrinya saat itu dilanda kekeringan, tanaman petani tak mau tumbuh, ternak mati, sumber air pada kekeringan, sehingga rakyat kelaparan. Mendengar keluhan rakyat gantarang, maka putri tumanurung memohon kepada dewata, agar diturunkan hujan untuk menyuburkan tanah, tanaman penduduk bias tumbuh subur.
Masyarakat gantarang tak ingin kehilangan putri tumanurung. Mereka sepakat untuk mengangkat tumanurung sebagai raja petama mereka. Rakyat gantarang saat itu tidak mengetahui nama putri kayangan, dan mereka sepakat memberikan nama tumanurung. Namun dalam perkembangan selanjutnya, rakyat gantanrang sepakat memeberikan nama yang berciri khas makassar pada putri tumanurung yakni ILukmuk Daeng Bulaeng. Lukmuk Daeng Bulaeng bermakna orang yang memiliki perangai yang lemah lembut, baik hati serta mampu memberikan kesejahteraan bagi rakyak gantarang.
Sebagai tanda penghargaan warga gantarang pada putri tumanurung bulaenta, maka dipuncak gunung tempat pertama kali turunya tumanurung, diberi nama bulaenta. Warga gantarang sering memperingati hari bersejarah saat mereka baru lepas dari krisis pangan. Sejak abad tumanurung bulaenta, warga gantarang melakukan tradisi pesta panene yang dilakukan sekitar gunung bulaenta. Hingga kini, tradisi tersebut masi tetap berlansung, sebagai tanda kesyukuran mereka pada sang pencipta atas reski yang di berikan kepadanya.
Pada pesta panen tersebut, rakyat juga menggelar berbagai pertunjukan, seperti a’lanja (adu tulang kering pada kaki), pabbate jangang (adu ayam jago), ganrang pakarena yang diikuti tari-tarian, serta barbagai jenis permainan rakyat lainnya.
- Nama Gantarang
Nama gantarang telah banyak dipakai di beberapa daerah di wilayah Sulawesi selatan, seperti di selayar, terdapat juga sebuah desa yang bernama gantarang sebagai pusat penyebaran islam di daerah itu. Di bulukumba juga berdirih sebuah daerah kerajaan yang berpusat di kota bulukumba kini berubah menjadi kecamatan gantarang, di bantaeng juga terdapat nama gantarang keke sebagai salah satu desa di kecamatan tompobulu, dan di gowa tepatnya di kecamatan tinggimoncong juga terdapat sebuah daerah pemerintahan adat (adat gemeinschap) dan kini berubah menjadi sebuah kelurahan dalam wilayah kecamatan tinggimoncong.
Dalam wilayah gantarang, terdapat sebuah daerah perkampungan, namanya garassi. Garassi dulunya merupakan sebuah daerah kerajaan, sebelum muncul nama gantarang. Munculnya nama garassi di daerah pegunungan bawakaraeng itu jelas ada hubungannya dengan salah satu nama kasuwiang diwilayah kerajaan gowa pada masa pemerintahan tumanurunga ri gowa pada tahun 1320, yakni kasuwiang garassi.
Ketika beberapa daerah di kerajaan di wilayah pegunungan bergabung dengan kerajaan gowa, maka raja gowa berupaya untuk menasionalisasi beberapa daerah kerajaan dengan menempatkan beberapa pejabatnya di daerah kerajaan kecil itu, seperti halnya di buluttana pernah ditempati oleh karaenta datayakni putra raja gowa ke-26 batara gowa II. Demikian halnya digantarang, karaengta garassi juga pernah berkunjung ke daerah itu. Sebagai tanda kenang-kenangan, maka rakyat setempat memberikan nama kampong garassi.
Menurut cerita masyarakat setempat, ada seorang raja yang pernah memerintah di kampung luara. Raja itu memerintah dengan bijaksana dan iya sangat di sukai oleh rakyatnya. Menurut cerita ini, muncul nama garassi, berasal dari kata “gang” dan “rassi”. Gang berarti ukuran atau aturan dan rassi berarti penuh. Gang rassi berarti raja itu memerintah dengan penuh kebijaksanaan membuat masyarakatnya sejahtera. Raja ini kemudian kawin dengan warga setempat dan melahirkan seorang putra bernama Sulaeman daeng matutu. Putra karaeng garassi inilah kemudian meneruskan pemerintahan ayahnya sebagai karaeng garassi.
Lanjut cerita, karaeng garassi mempunyai sebuah benda kebesaran berupa mahkota, namanya salolokati. Karena wilayah garassi ini merupakan bagian dari kerajaan gowa, maka raja gowa kemudian minta meminjam mahkota tersebut, tapi sayangnya setelah di pinjam, raja gowa tidak mengembalikan mahkota itu.
Mahkota merupakan lambing kebesaaran kerajaan di garassi, sehingga karaeng garassi sulaeman daeng mattula mengutus 3 orang tubarani (jowa) :
- Garancing Dg. ma’lala’
- Tanralili Dg. Sibali
- Rantusang Dg. Mangassana
Dari keberhasiln tiga orang tubarani utuk mendapatkan mahkota dari kerajaan gowa tersebut. Sehingga, raja garassi sulaeman daeng mattula ingin mengabadikan nama ketiaga pemberani tersebut di wilayah kerajaannya. Supaya adil, ketiga nama tubarani itu masing-masing di ambil huruf nama awalnya yakni gantarang (garancing, tanralili, rantusang). Sejak itulah nama gantarang menjadi sebuah kerajaan, dimana raja pertama gantarang adalah sulaeman daeng mattula.
Versi kedua, raja yang memerintah di garassi bergelar somba. Dari gelar somba itu, raja gowa tidak menginginkan adanya raja kecil yang bergelar somba di wilayahnya, dimana somba di garassi saat itu adalah sulaeman daeng mattola dan permaisurinya bernama basse daeng memang. Setelah beliau wafat digantikan oleh manda Dg. Rapi
Dalam menjalankan roda pemerintahan, karaeng garassi ini dibantu oleh tuju dewan adat masing-masing :
- Tau towa = penasehat adat dan agama
- Tubarani = pasukan keamanan
- Anak karaeng = pembantu bidang urusan social
- Gallarang = bagian pelaksanaan pemerintahan
- Pinati = pembantu bidang pertanian dan irigasi
- Bicara = pembatu bidang hikum dan juru bicara
- Kadi = pembantu bidang agama
Ketuju dewan adat tersebut sepakat untuk mengangkat sulaeman daeng mattola untuk menjadi karaeng gantarang. Beliau kemudian dikukuhkan sebagai karaeng di liku labbua. Setelah karaeng gantarang sulaeman daeng mattola memerintah, beliau memiliki ketajaman dalam menjalankan roda pemerintahan, hingga beliau bergelar gantarang yakni orang yang memiliki ketajaman, yakni :
- Terang mata : tanggap melihat penderitaan rakyatnya
- Terang toil : tanggap mendengar aspirasi warganya
- Terang panggaukang : menjadi tauladan bagi warganya
- Terang batang : kuat dalam menghadapi tantangandan rintangan dalam menjalankan roda pemerintahan
Pusat pemerintahan gantarang pada saat itu berada di kampung jaleko (sekarang menjadi kelurahan garassi).
Pada masa pemerintahan raja gowa andi ijo karaeng lalolang, karaeng gantarang dibawah pimpinan sainong dg. Ma’lo. Setelah di nobatkan jadi raja gantarang, sainong kemudian mengangkat cabinet :
· Daeng cuca selaku pinati (pertanian dan irigasi)
· Massa punggang sebagai gallarang (pemerintahan)
· Daeng japa sebagai pembicara (hokum dan juru bicara)
· Danggang dg. Lawa sebagai anak karaeng (urusan sosial)
· Daeng conno sebagai tau toa (penasehat)
· Daeng nanna selaku kadi (agama)
Pada masa itu, negara yang baru berdiri, tentunya uang negara yang baru beredar (APBN) masih kurang, tidak seperti sekarang ini. Sebagai ganti gaji dari parah perangkat pemerintah, di tiap desa dibentuk tanah bengkok atau tanah karaeng. Di gantarang, tanah bengkok dikenal dengan nama somba garassi. Hasil dari tanah somba garassi di pakai oleh karaeng sebagai ganti upah merekah dalam menjalankan roda pemerintahan.
Selain itu, di gantarang juga punya aturan, yaitu setiap warga yang memotong kerbau atau sapi, maka tiap ekor hewan yang dipotong, karaeng mendapat bagian satu lento (satu lento artinya 2-3 kg), juga urusan lainya mendapat bagian kurang dari bagian karaeng.
Setelah karaeng sainong daeng ma’lo wafat, ia digantikan oleh supu daeng sanre’. Hampir sama dengan karaeng sebelumnya. Aturan yang dipakai sebelumnya tetap di pakai. Seetelah sekian lama kekuasaan ditangan supu Dg. Sanre, ia menyerahkan kekuasaan pada putranya mawang dg. Tawang.
- TAKKANG BASSINA GANTARANG
Ketika Wawang Dg. Tawang dinobatkan menjadi karaeng Gantarang, saat itu terjadi pergolakan melawan tentara belanda. Saat itu tentara KNIL maupun tentara angktan laut belanda bermarkas di malino. Tawang Dg. Tawang yang mewarisi sifat kesatria ayahnya, tak gentar menghadapi seruan pemerintah republic Indonesia untuk bersatu memperjuangkan kemerdekaan.
Mawang Dg. Tawang yang memiliki ilmu bela diri kangkang macan (cakar macan), sangat ditakuti oleh tentara belanda, apalagi di dukung tokoh masyarakat di gantarang untuk memperjuangkan kemerdekaan dari tangan penjajah.
Ketika kota malino di derang dari 4 penjuru, maka lascar merah putih dari arah gantarang dipimping oleh Mawang Dg. Tawang untuk menyerbu markas KNIL dikota malino pada bulan desember 1946. Saat itu terjadi pertempuran hebat yang memakan banyak korban kedua belah pihak. Namun keesokan harinya, berdatangan bala bantuan tentara belanda, dan melakukan pembunuhan secara membabibuta. Ratusan pejuang dan rakyat tidak berdosa menjadi korban. Penyerangan markas belanda untuk menjadikan malino sebagai daerah defakto RI diwilayah timur. Keberanian Mawang Dg. Tawang dalam melakukan perlawanan terhadap belanda, sehingga beliau bergelar “takkang bassina gantarang”.
mohon maaf jika ada kekurangan pada artikel ini dan tolong tinggalkan komentar di bawah!!!
sumber: buku malino berdarah
sumber: buku malino berdarah
0 komentar:
Post a Comment