Sunday 29 September 2019

POLA INTERAKSI SOSIAL PENGUNJUNG REMAJA DI OBYEK WISATA PANTAI SERUNI KABUPATEN BANTAENG

POLA INTERAKSI SOSIAL PENGUNJUNG REMAJA DI OBYEK WISATA PANTAI SERUNI KABUPATEN BANTAENG




SKRIPSI







Oleh:

ZULFIA R
10538326815





UNIVERSITAS MUHAMMADIAYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI
AGUSTUS, 2019








ABSTRAK
Zulfia. R. 2019. Pola interaksi Sosial Remaja Di Objek Wisata Pantai Seruni Kabupaten Bantaeng. Skripsi. Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I H. Nurdin, dan Pembimbing II HadiSaputra.
            Skripsi ini membahas tentang interaksi sosial pengunjung remaja di obyek wisata Pantai Seruni Kabupaten Bantaeng, tujuan penelitian ini yakni untuk mengetahui pola interaksi sosial pengunjung remja dan dampak interaksi sosial remaja di obyek wisata Pantai Seruni Kabupaten Bantaeng.
            Pendekatan teori yang digunakan adalah teori interaksi sosial, dan teori tindakan sosial, sedangkan metode penelitian yang digunakan yaitu kualitatif deskriptif , dan menggunkan jenis pendekatan fenomenologi.
            Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aktifitas yang dilakukan pengunjung remaja di objek wisata Pantai Seruni itu beragam. Ada yang bersifat asosiatif dan ada pula yang brsifat disosiatif, aktifitas yang bersifat asosiatif yaitu adanya bentuk kerja sama yang dilakukan antara pengunjung remaja yang satu dengan pengunjung remaja yang lainnya. Dalam hal ini menjaga citra atau nama baik tempat wisata tersebut dengan cara tidak melakukan hal-hal yang dapat mengundang keributan yang dapat mengganggu kenyamanan pengunjung lainnya. Pengunjung tersebut hanya melakukan aktifitas yang positif saja seperti, berkumpul bersama teman, menikmati prasarana olahraga yang disiapkan, dan ada pula remaja yang datang mengerjakan tugas sekolahnya. Adapun interaksi sosial yang bersifat disosiatif yaitu. Adanya persaingan  fashion atau gaya berpakaian terutama di kalangan remaja perempuan, selain itu juga pernah terjadi penikaman dan pengeroyokan. Dampak interaksi sosial pengunjung remaja di obyek wisata Pantai Seruni  yaitu berdampak positif dan negative, adapun positifnya ialah Pantai tersebut merupakan kawasan sport center sehingga remaja dengan muda menyalurkan bakatnya terutama remaja di kalangan pelajar, adapun dampak negatifnya yaitu di sana masih sering ditemukan remaja yang tengah berduaan bahkan smape melakukan hubungan layaknya suami istri, selain itu juga sering terjadi perkelahian bahkan baru-baru ini telah terjadi penikaman di sekitar Pantai Seruni Kabupaten Bantaeng.

Kata kunci: Pola Interaksi Sosial



ABSTRACT
Zulfia. R. 2019. Adolescent Social Interaction Patterns in Seruni Beach Attraction, Bantaeng Regency. Thesis. Department of Sociology Education Faculty of Teacher Training and Education Muhammadiyah University Makassar. Supervisor I H. Nurdin, and Supervisor II Hadi Saputra.
This thesis discusses the social interaction of adolescents in the tourism object of Seruni Beach, Bantaeng Regency, the purpose of this study is to determine the patterns of social interaction of adolescent visitors and the social interaction of adolescents in the tourism object of Seruni Beach, Bantaeng Regency.
The theory used is the theory of social interaction, and the theory of social action, while the research method used is descriptive qualitative, and uses the types that discuss phenomenology.
The results of this study indicate the fact that the activities carried out by adolescent visitors at the attraction of the Seruni Beach are diverse. Some are associative and some are dissociative, associative activities are a form of cooperation carried out between one teenager visitor and another teenager visitor. In this case, ask for an impression of the tourist attractions by not doing things that can invite a scene that can trigger the comfort of other visitors. These visitors only carry out positive activities, gather with friends, enjoy the sports infrastructure prepared, and there are also teenagers who come to do their schoolwork. Is a social interaction called dissociative. The existence of a competition in fashion or a special style of competition among adolescent girls, but there have also been stabbing and beatings. The impact of social interaction of teenage visitors in the tourist attraction of Seruni Beach is positive and negative impacts, while the positive thing is that this beach is a sports center so that young people channel their talents to teenagers, students and even smape perform relationships like husband and wife, but it also often happens even new fights recently there has been a stabbing around Seruni Beach, Bantaeng Regency.

Keywords: Social Interaction Pattern







KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
            Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang, demikian kata untuk mewakili atas segala karunia dan nikmat-NYA. Jiwa ini takkan henti bertauhid atas berbagai anugerah pada setiap detik waktu, denyut jantung ,gerak langkah, serta rasa dan rasio pada-Mu, Sang Khalik. Proposal ini adalah setitik dari sederetan berkah-Mu.
            Setiap orang dalam berkarya selalu mencari kesempurnaan, tetapi terkadang kesempurnaan itu terasa jauh dari kehidupan seseorang. Demikian juga dalam tulisan ini, kehendak hati ingin mencapai kesempurnaan, tetapi kapasitas penulis dalam keterbatasan. Segala daya dan upaya telah penulis kerahkan untuk membuat tulisan ini selesai dengan baik dan bermanfaat dalam dunia pendidikan, khususnya dalam ruang lingkup Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
            Motivasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam penampungan tulisan ini. Segala rasa hormat, penulis mengucapkan terimah kasih kepada kedua orang tuaku tercinta yang telah berjuang, berdoa, mengasuh, membesarkan, mendidik, mendukung serta membiayai penulis dalam proses pencarian ilmu. Penulis juga mengucapkan parasaudara-saudara dan keluarga yang tak hentinya memberikan motivasi. Dengan segala hormat penulis mengucapkan terimah kasih kepada dosen pembimbing  yaitu Drs. H. Nurdin, M.Pd. Selaku pembimbing I, dan juga Bapak Abd. Hadisaputra, S.Pd, M.Si. Selaku Pembimbing II , yang selalu memberikan bimbingan motivasi serta menuntun penulis sejak awal penyusunan proposal hingga selesainnya proposal ini.
            Penulis mengucapkan terima kasih kepada: Prof. Dr. H. Abd. Rahman Rahim, MM, Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar,  Erwin Akib, S.Pd, M.Pd, Ph.D Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, dan Drs. H. Nurdin, M.Pd ketua jurusan pendidikan sosiologi, serta seluruh dosen dan staf pegawai dalam lingkungan Fakultas Keguruan dan Imu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali penulis dengan serangkaian ilmu yang bermanfaat bagi penulis.
            Taklupa pula ucapan terimah kasih kepada teman-teman seperjuanganku yang selalu menemani dalam suka dan duka, sahabat-sahabatku terkasih serta seluruh rekan mahasiswa Jurusan  Pendidikan Sosiologi atas segala kebersamaan, motivasi, saran dan bantuannya.
            Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak, yang bersifat membangun. Semoga Proposal ini dapat memberikan manfaat. Aamiin Yarabbal Alamin. Billahi fii sabilil haq fastabiqul khaerat wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh            
                                                                           Makassar ,    Agustus 2019

                                                                                                ZULFIA R.     





BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan baik perorangan maupun kelompok untuk mengunjungi destinasi tertentu dengan tujuan rekreasi, mempelajari keunikan daerah wisata pengembangan diri dalam waktu yang singkat.
Rekreasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk penyegaran kembali jasmani dan rohani seseorang, hal ini adalah sebuah aktivitas yang dilakukan seseorang disamping bekerja, kegiatan yang biasanya dilakukan untuk rekreasi adalah pariwisata, olahraga, dan bermain. Kegiatan ini biasanya dilakukan pada akhir pekan. Kata akhir pekan adalah sebuah ungkapan yang artinya akhir dari waktu satu minggu, kata akhir pekan juga dikenal dengan istilah weekend.
Perjalanan yang dilakukan biasanya dengan mengunjungi berbagai tempat, ada yang memanfaatkan akhir pekannya dengan pergi kebeberapa pusat perbelanjaan modern seperti mall, mengunjungi museum, menonton bioskop, berkunjung kewisata pantai dan lain sebagainya. perjalanan pariwisata yang dilakukan bermaksud untuk rekreasi kesuatu daerah dengan tujuan utamanya untuk melepaskan lelah dari aktifitas seahri-harinya, dan biasanya dilakukan dari satu tempat ketempat lainnya yang bukan merupakan tempat tinggalnya (Fajrin, 2016:1).
Salah satu sektor yang sedang digalakkan pemerintah dalam rangka pembangunan ketahanan nasional tersebut adalah sektor kepariwisataan, sesuai dengan perkembangan kepariwisataan dunia dan Indonesia termasuk salah satunya. Santoso (2009:1) berpendapat, Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara yang kaya akan keindahan alam flora dan fauna serta beraneka ragam budaya yang semuanya itu dapat memberikan devisa yang cukup bagai dunia pariwisata. Secara umum pariwisata dipandang sebagai sektor yang dapat mendorong dan meningkatkan kegiatan pembangunan, membuka lapangan usaha baru, membuka lapangan kerja dan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan pendapatan asli daerah apabila dapat dikelola dan dikembangkan secara maksimal.
Kalebos (2016:490) mengatakan, di Indonesia pariwisata akan terus meningkat dari waktu ke waktu dilihat dari berbagai indikator. Dari segi kedatangan internasional, dari tahun 1950 sampai 2015 peningkatan jumlah kunjungan wisatawan internasional bergerak dari 25 juta sampai 1,2 miliar turis, dengan pertumbuhan setiap tahunnya rata-rata sekitar 6%. Bahkan diperkirakan pada tahun 2020, jumlah wisatawan dunia akan mencapai 1,6 miliar kunjungan.
Pemerintah dalam hal ini berusaha mengembangkan penyelenggaraan kepariwisataan lewat regulasi dengan menetapkan UU RI Nomor 9 Tahun 1990 tentang pembangunan obyek dan daya tarik wisata, mengusahakan obyek-obyek yang sudah ada maupun mengusahakan obyek-obyek baru, selaras dengan pembangunan sektor pariwisata, pemerintah tetap memelihara kelestarian dan mendorong upaya peningkatan mutu, mempertinggi derajat kemanusiaan dan mempertahankan nilai-nilai bangsa guna memperluas jati diri bangsa dalam rangka wawasan nusantara (Hafizin, 2017:1).
Menurut peraturan UU No. 9 Tahun 1990 pasal 15 yang berbunyi: “pengusahaan objek dan daya tarik wisata meliputi kegiatan membangun dan mengelola objek dan daya tarik wisata beserta sarana dan prasarana yang diperlukan atau kegiatan mengelola objek dan daya tarik wisata yang telah ada.” Objek wisata yang sangat banyak sekali diminati dan menarik para wisatawan untuk mengunjunginya, dilihat dari segi keindahan alam yang menjadi andalan Indonesia pada saat ini yaitu dibidang pariwisata. Banyak sekali tempat pariwisata yang dimiliki oleh daerah-daerah di Indonesia salah satunya adalah Provinsi Sulawesi Selatan yang memiliki potensi wisata seperti pegunungan, laut, pantai, air, dan seni budaya
Pemerintah saat ini sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan diberbagai sektor fisik maupun non-fisik yang secara keseluruhan di tujukan untuk kesejahteraan masyarakat. Pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah tersebut, tidak hanya dilaksanakan di daerah perkotaan saja, melainkan juga sampai di daerah perdesaan, dalam rangka mengurangi kesenjangan dan kemajuan pembangunan yang dicapai daerah perkotaan dengan daerah perdesaan (Aryani, 2018:4). Kemampuan untuk menyiapkan lahan investasi dan mengelola bahkan sampai memberi jaminan keberlangsungan dan manfaat investasi pada setiap jenis investasi apapun di daerah tersebut sangat diperlukan, hal ini sehubungan dengan ketertarikan pihak lain utamanya investor dari luar negeri untuk menanamkan modal. kemampuan pemerintah daerah mengelola investasi asing tersebut berbanding lurus dengan besarnya keinginan sebagian orang akan keuntungan atau minimalisir kerugian terhadap investasi yang telah diberikannya di tempat tersebut. Kerja sama luar negeri yang dilakukan oleh pemerintah daerah atau yang disebut paradiplomasi merupakan kebutuhan bagi daerah sebagai komponen pendukung percepatan laju pembangunan daerah melalui investasi dan peningkatan perdagangan internasional
Salah satu tempat rekreasi di provinsi Sulawesi Selatan ialah pantai seruni yang terletak disalah satu kabupaten kecil yang dikenal sebagai kota yang asri yaitu kabupaten Bantaeng. Bantaeng terletak disebelah selatan Provinsi Sulawesi Selatan, kabupaten ini terletak sekitar 120 km dari kota Makassar ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan. Kabupaten yang memiliki garis pantai dengan panjang sekitar 21.5 km yang membentang dari barat ke timur (termasuk Pantai Seruni yang terletak dikelurahan Tappanjeng Kecamatan Bantaeng Kabupaten Bantaeng) yang menjadikan Pantai Seruni masih berada pada kawasan kota Bantaeng (Hidayat, 2017:28).
Salah satu tempat tujuan wisata yang paling banyak diminati oleh sebagian remaja. Tempat wisata pastilah meiliki peranan yang berbeda-beda. Pada dasarnya peran rekreasi bagi manusia memang berbeda, ada yang berpendapat rekreasi merupakan kebutuhan tambahan, ada yang berpendapat rekreasi merupakan keperluan dasar, akan tetapi dengan adanya perubahan sosial yang demikian cepat keadaannya jadi berubah, rekreasi tidak lagi dianggap sebagai kegiatan sampingan akan tetapi dianggap sebagai kebutuhan.
Menurut pengamatan saya selama ini tentang Pantai Seruni sebelum dan sesudah direklamasi, dulu pantai ini hanyalah pantai biasa. Pesisir pantai yang dilengkapi dengan pemecah ombak, dermaga, dengan kapal-kapal nelayan yang bersandar, cafe yang berbentuk rumah panggung, dan warung-warung yang hanya menggunakan tenda di pinggir jalan. Di sekitar pemukiman warga ada beberapa balai-balai untuk menjemur rumput laut yang didirikan oleh warga yang beprofesi sebagai petani rumput laut. Kegiatan masyarakat sekitar hanya sekedar melaut, bertani rumput laut dan hanya beberapa yang berprofesi sebagai pegawai kantoran. Kegiatan jual beli ikan secara langsung juga sering terjadi di sekitar pantai ini karena dulu perahu penganggkut ikan juga sering singgah di sekitar Pantai Seruni ini. Bahkan dulu anak-anak banyak yang datang di pesisir pantai untuk bermain dan mandi bersama, kawasan Pantai Seruni saat ini telah menjadi salah satu kawasan favorit masyarakat, bagaimana tidak, fasilitas yang ada di pantai ini cukup memadai, ada toilet umum, musolah, mesin atm, bangku taman, gazebo serta disediakan pula lapangan sebagai tempat olahraga seperti jogging, senam, bersepeda, dan olahraga lainnya.
Setiap hari, Pantai Seruni tidak pernah sepi pengunjung, mulai dari pagi hari, sore hingga malam hari. Setiap pagi biasanya kawasan pantai seruni dikunjungi oleh ibu-ibu sosialita untuk mengadakan senam pagi dan para langsia yang sedang melakukan olahraga di pagi hari berjalan dan berlari-lari kecil mengelilingi lapangan pantai tersebut, begitupun di sore hari. Sedangkan di malam harinya pantai ini banayak dikunjungi oleh para remaja yang menghabiskan waktu luang, besantai, sendiri atau bersama teman-teman dan keluarga.
Penelitian yang mengkaji tentang objek wisata pantai telah dilakukan oleh Santoso (2009), Aini (2016), Havizin (2017), dan Naimu (2017). Secara spesifik, penelitian tentang pola interaksi sosial di objek wisata pantai telah di ulas oleh Fajrin (2016), dan Aryani (2018).
Sejumlah riset tersebut menjadi pijakan dalam penelitian ini namun secara khusus, penelitian ini memiliki dua unsur kebaruan (novelty). Pertama dari segi pendekatan, riset ini menggunakan pendekatan fenomenologi, untuk mengetahui dan menggambarkan berbagai fenomena terkait wisata Pantai Seruni, dan pola interaksi sosial pengunjung remaja di objek Wisata Pantai Seruni.
Berangkat dari ulasan tersebut, peneliti tertarik mengkaji pola interaksi pengunjung remaja di objek wisata Pantai Seruni Kabupaten Bantaeng. Kajian ini membahas tentang bagaimana pola interaksi sosial pengunjung remaja di objek wisata Pantai Seruni, dan dampak interaksi sosial remaja di objek wisata Pantai Seruni Kabupaten Bantaeng

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, disusunlah rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana pola interaksi sosial pengunjung remaja di obyek wisata Pantai Seruni Kabupaten Bantaeng?
2.      Bagaiamana dampak interaksi sosial remaja di objek wisata Pantai Sruni Kabupaten Bantaeng ?

C.    Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1.      Pola interaksi sosial pengunjung remaja di obyek wisata Panatai Seruni Kabupaten Banataeng
2.      Dampak interaksi sosial remaja di obyek wisata Pantai Seruni Kabupaten Bantaeng.

D.    Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi dua, antara lain:
a.       Manfaat Teoritis
Penelitian ini melengkapi kajian ilmiah tentang pola interaksi sosial. Studi ini mampu menerapkan pola interaksi sosial asosiatif dan disosiatif dalam mengamati pengunjung remaja di objek wisata Pantai Seruni. Penelitian ini juga menambah jumlah literatur ilmiah di sektor manajemen kepariwisataan. Riset ini dapat menjadi pijakan bagi peneliti yang ingin mengkaji tentang pola interaksi sosial di lokasi obyek wisata.
b.      Manfaat Praktis
1)      Dapat dimanfaatkan oleh pemerintah Dinas Pariwisata Kab. Bantaeng Kabupaten Bantaeng dalam memperbaiki tata kelola obyek wisata Pantai Seruni Kabupaten Bantaeng.
2)      Dapat dimanfaatkan masyarakat, khususnya pedagang dan pengelola kafe dalam mengemas produk barang jualan mereka di obyek wisata Pantai Seruni Kabupaten Bantaeng.

E.     Defenisi Operasional.
1.      Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial karena tanpa interaksi sosial, tak akan mungkin ada kehidupan bersama-sama. Bertemunya orang perorang secara badaniah belaka tidak akan menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan hidup semacam itu baru akan terjadi apabila orang-orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia bekerja sama, saling berbicara dan seterusnya dalam mencapai tujuan bersama, mengadakan persaingan pertikaian dan lain sebagainya (Soekanto, 2012:54).


2.      Remaja
Secara biologis masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak merasa di bawa tingkat orang-orang yang lebih tua. Melainkan berada di dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak (Nasution, 2007:18).
3.      Pantai Seruni
Populer dengan nama anjungan Pantai Seruni, dulunya kawasan ini hanyalah pantai biasa tempat para nelayan melaut. Dengan sedikit bagian yang dimanfaatkan sebagai taman bermain anak. Pantai seruni sudah menjadi pilihan masyarakat untuk melepas penat. Karena pegelolanya pada masa itu masih belum maksimal. Pada 2010, Pemkab Bantaeng melakukan pembenahan. Pantai Seruni di ubah menjadi kawasan reklamasi, memperluas daerah yang semula tidak berguna, dalam rangka meningkatkan sumber daya lahan. Kemudian di atas reklamasi tersebut dibangunlah kawasan multiguna Anjungan Pantai Seruni, yang kini sudah menjadi kawasan wisata yang banyak dikunjungi oleh wisatawan (Nasir, 2017).  




BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.    Kajian Konsep
1.      Remaja
Istilah Adolescence atau remaja berasal dari kata latin Adolescere (kata Belanda, Adolescentia yang berarti remaja) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah Adolescence,seperti yang di pergunakan saat ini mempunyai arti yang luas mencakup kematangan mental, emosional, spasial dan fisik. Remaja juga didefinisikan sebagai suatu periode perkembangan dari transisi antara masa anak-anak dan dewasa, yang diikuti oleh perubahan biologis, kognitif, dan sosioemosional (Santrock,1998). Sedangkan menurut Monks (1999), remaja adalah individu yang berusia antara 12 sampai 21 tahun yang sudah mengalami peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, dengan pembagian 12-15 tahun adalah masa remaja awal, 15-18 tahun adalah masa remaja penengahan, dan 18-21 tahun adalah masa remaja akhir (Nasution, 2007:18).
Sarwono (2010:344) dalam bukunya menjelaskan bahwa, masa remaja adalah masa transisi dari anak ke dewasa. Menghadapi remaja memang bukan pekerjaan mudah. Untuk memahami jiwa remaja dan mencari solusi yang tepat bagi permasalahaannya, maka penting bagi kita memahami remaja dan perkembangan psikologinya, yaitu konsep diri, intelegensi, emosi, seksual, motif sosial, moral, dan religi.
2.      Wisata
wisata adalah bepergian secara bersama-sama dengan tujuan untuk bersenang-senang, menambah pengetahuan, dan lain-lain. Selain itu juga dapat diartikan sebagai bertamasya atau piknik.Menurut pendapat saya sendiri, pengertian wisata adalah suatu kegiatan perjalanan atau aktifitas yang dapat menenangkan hati dan pikiran serta menyegarkan otak (https://kbbi.web.id/wisata.html, diakses 29 Agustus 2019)
3.      Wisata Pantai Seruni
Kabupaten Bantaeng kini menjelma menjadi salah satu destinasi wisata favorit di Sulawesi Selatan. Salah satu titik wisata utama adalah Pantai Seruni. Pantai Seruni ini merupakan kawasan hasil reklamasi sepanjang satu setengah kilometer. Awalnya pantai ini kumuh, tak menarik, bahkan, menurut masyarakat setempat, menyeramkan. Oleh Bupati Bantaeng Nurdin Abdullah, pantai ini disulap jadi rapi dan cantik. Nurdin menjadikan Pantai Seruni sebagai pusat kegiatan masyarakat. Alun-alun Bantaeng dan rumah sakit kelas internasional RSUD Prof Dr Andi Makkatutu dibangun di pantai ini, di atas tanah hasil reklamasi (Toriq, 2016:1).



B.     Kajian Teori
B.1. Interaksi Sosial
Adapun teori yang terkait dengan judul penelitian tersebut adalah teori interaksi sosial.
Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut anatara orang perorangan, anatara kelompok-kelompok manusia, maupun antara perorangan dengan kelompok manusia, apabila orang ketemu maka interaksi sosial dimulai pada saat itu. Mereka saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara, atau bahkan mungkin berkelahi. Aktifitas-aktifitas itulah yang merupakan bentuk-bentuk interaksi sosial (Soekanto, 2012:55).
Interaksi Sosial antara kelompok-kelompok manusia  terjadi pula di dalam mayarakat, interaksi tersebut lebih mencolok ketika terjadi perbenturan antara kepentingan perorangan dengan kepentingan kelompok Misalnya, di kalangan banyak suku bangsa di Indonesia berlaku suatu tradisi yang telah melembaga dalam diri mayrakat bahwa dalam perkawinan pihak laki-laki diharuskan memberikan maskawin kepada pihak wanita yang sering kali jumlahnya besar sekali (Ibid : 56)
Suatu interaksi tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat adapun syarat-syaratnya yaitu adanya kontak sosial dan adanya komunikasi, kontak secara harfiah adalah bersama-sama menyentuh secara fisik kontak baru terjadi apabila terjadi hubungan badaniah, sebagai gejala sosial itu tidak perlu berarti suatu hubungan badaniah karena orang dapat mengadakan hubungan dengan orang lain tanpa meneyentuhnya seperti misalnya dengan cara berbicara dengan pihak lain tersebut. Adapun arti penting komunikasi adalah seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain yang berwujud pembicaraan, gerak-gerak badaniah, atau sikap, perasaan-perasaan apa yang akan disampaikan pada orang tersebut (Ibid : 59-60).
Adapun proses interaksi sosial ada dua yaitu, proses asosiatif dan proses disosiatif.
1.      Proses Asosiatif
a.       Kerja sama (Cooperation)
Beberapa sosiolog menganggap bahwa kerja sama merupakan bentuk interaksi sosial yang pokok. Sebaliknya, sosiolog lain menganggap bahwa kerja samalah yang merupakan proses utama. Golongan yang terakhir tersebut memahamkan kerja sama untuk menggambarkan sebagian besar bentuk-bentuk interaksi sosial atas dasar bahwa segala macam bentuk interaksi dapat dikembalikan pada kerja sama, kerja sama di sini di maksudkan sebagai suatu usaha bersama antara orang-perorang atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. Kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut, kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasai merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerja sama yang berguna (ibid : 65-66).
b.      Akomodasi (Accomodation)
Istilah akomodasi dipergunakan dalam dua arti, yaitu untuk menunjuk pada suatu keadaan dan untuk menunjuk pada suatu proses. Akomodasi yang menunjuk pada suatu keadaan, berarti adanya suatu keseimbangan dalam interaksi antara orang-perorang atau kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya dengan nilai-nilai sosial dan norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Sebagai suatu proses akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan. Akomodasi sebenarnya merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya. Tujuan akomodasi dapat berbeda-beda sesuai dengan situasi yang dihadapinya, yaitu untuk mengurangi pertentangan antara orang-perorang atau kelompok-kelompok manusia yang diakibatkan oleh kesalahpahaman, akomodasi di sini bertujuan untuk menghasilkan suatu sintesa antara kedua pendapat tersebut, agar menghasilkan suatu pola yang baru. Selanjutnya mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu atau secara temporer, kemudian untuk memungkinkan terjadinya kerja sama antara kelompok-kelompok sosial yang hidupnya  terpisah sebagai akibat factor-faktor sosial psikologis dan kebudayaan, seperti yang dijumpai pada msyarakat yang mengenal sistem berkasta. Tujuan akomodasi yang terakhir yaitu mengusahakan peleburan antara kelompok-kelompok sosial yang terpisah, misalnya lewat perkawinan campuran atau asimilasi dalam arti luas (Ibid : 68-69)
2.      Proses Disosiatif
Proses-proses disosiatif sering disebut sebagai oppositional processes, yang persis halnya dengan kerja sama, dapat ditemukan pada setiap masyarakat, walaupun bentuk dan arahnya ditentukan oleh kebudayaan dan system sosial masyarakat yang bersangkutan. Oposisi atau proses-proses yang disosiatif dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu sebagai berikut.
a.       Persaingan (Competition)
Persaingan dapat diartikan sebagai suatu proses sosial, di mana individu atau kelompok-kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum (baik perseorangan maupun kelompok manusia). Dengan cara menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan. Persaingan mempunyai dua tipe umum, yakni yang bersifat pribadi dan tidak pribadi. Persaingan yang bersifat pribadi yaitu orang-perorangan, atau individu secara langsung bersaing, untuk misalnya memperoleh kedudukan tertentu dalam suatu organisasi. Sedangkan persaingan yang tidak bersifat pribadi, yang langsung bersaing adalah kelompok. Persaingan misalnya dapat terjadi contohnya antara dua perusahaan besar yang bersaing untuk mendapatkan monopoli di suatu wilayah tertentu (Ibid :83).
Persaingan dapat diartikan sebagai suatu proses sosial, di mana individu atau kelompok yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa menjadi pusat perhatian umum dengan cara menarik perhatian atau mempertajam prasangka yang telah ada, tanpa menggunakan kekerasan atau ancaman (Ibid :87).
b.      Kontravensi (Contravention)
Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dan pertentanga atau pertikaian. Kontravensi terutama di tandai oleh gejala-gejala adanya ketidakpastian mengenai diri seseorang atau suatu rencana dan perasaan yang tidak suka disembunyikan, kebencian atau keragu-raguan terhadap kepribadian seseorang. Atau perasaan tersebut dapat pula berkembang terhadap kemungkinan, kegunaan, keharusan, atau penilaian terhadap suatu usul, buah pikiran, kepercayaan, doktrin atau rencana yang dikemukakan orang-perorang atau kelompok manusia (Ibid :88).

c.       Pertentangan Pertikaian (Conflict)
Pribadi maupun kelompok menyadari adanya perbedaan-perbedaan misalnya dalam ciri-ciri badaniah, emosi, unsur-unsur, kebudayaan, pola perilaku dan lain sebagainya dengan pihak lain, ciri tersebut dapat mempertajam perbedaan yang ada hingga menjadi suatu pertentangan atau pertikaian. Adapun akar-akar dari pertentangan adalah sebagai berikut, pertama perbedaan anatara individu-individu, perbedaan pendirian dan perasaan mungkin akan melahirkan bentrokan antara mereka. Kedua perbedaan kebudayaan, perbedaan kepribadian dari orang-perorang tergantung pula dari pola-pola kebudayaan yang menjadi latar belakang pembentukan serta perkembangan kepribadian tersebut, seorang secara maupun tidak sadar sedikit banyaknya akan terpengaruh oleh pola-pola pemikiran dan pola-pola pendirian dari kelompoknya, dan keadaan tersebut dapat pula menyebabkan terjadinya pertentangan antara kelompok manusia. Ketiga perbedaan kepentingan antara individu dan kelompok merupakan sumber lain dari pertentangan. Wujud kepentingannya bermacam-macam ada kepentingan ekonomi, politik, dan lain sebagainya, misalnya majikan dan buruh bertentangan karena yang satu menginginkan upah kerja yang rendah, sedangkan buruh menginginkan sebaliknya. Yang terakhir yaitu perubahan sosial yang berlangsung dengan cepat untuk sementara waktu akan mengubah nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Dan ini menyebabkan terjadinya golongan-golongan yang berbeda pendiriannya (Ibid :91-92)
B.2. Teori Tindakan Sosial
Tindakan sosial adalah perbuatan manusia yang dilakukan untuk mempengaruhi individu lain dalam masyarakat. Dengan kata lain, tindakan sosial adalah tindakan yang penuh makna subjektif bagi pelakunya. (Upe, 2010:203). Adapun hubungan antara penelitian dengan teori yang diangkat adalah perbuatan manusia yang dilakukan untuk mempengaruhi individu lain misalnya adanya pemilik café yang memainkan musik dengan suara yang sangat keras pada waktu salat, sedangkan café tersebut letaknya berseblahan dengan masjid, karena kebetulan di sekitar Panatai Seruni tersebut dibangun masjid untuk mempermudah orang yang berada di sekitar pantai tersebut melaksanakan ibadah, pastinya orang yang berada di dalam masjid tersebut akan merasa terganggu oleh suara musik yang dimainkan oleh pemilik café tersebut.
Menurut Upe (2010:203), proses interaksi dalam kehidupan sosial baik secara vertikal dengan Tuhan maupun horizontal dalam hubungannya dengan individu dalam masyarakat, tentu diwarnai dengan berbagai macam tindakan, tindakan ini menunjukkan bahwa manusia selalu aktif dalam menjalani hidupnya mereka bekerja dan berinteraksi dengan manusia lainnya didasarkan pada motif tertentu maksudnya ialah, manusia berhubungan dengan manusia lain karena ada tujuan tersendiri, misalnya di sekitar Panatai Seruni terdapat pedagang yang menjajakan barang dagangannya ke salah satu pengunjung yang datang di obyek wisata pantai tersebut kemudian pengunjung itu tertarik untuk membeli dagangan tersebut dan terjadi tawar menawar harga barang oleh pedagang dan pembeli tindakan itulah yang disebut sebagai Tindakan Sosial.
C.    Kerangka Pikir
Pantai seruni dibangun di atas kawasan reklamasi yang luasanya sekitar satu setengah kilometer, selain sebagai tempat rekreasi, pantai ini juga menjadi tempat persinggahan bagi orang yang sedang melakukan perjalanan jauh karena selain tempatnya yang indah dan asri tempat ini juga di lengkapi dengan gazebo tempat beristirahat. keindahan alam di pantai ini sangat menarik seperti pemandangan sunset di sore hari, tersedianya berbagai macam tempat olahraga, dan taman bermain anak, serta di lengkapi dengan adanya cafe-cafe yang menyediakan berbagai macam menu. Berdasarkan hal tersebut maka penulis menuangkannya ke dalam bagan kerangka pikir sebagai berikut.





Bagan Kerangka Pikir
Pantai Seruni Kabupaten Bantaeng
Pola interaksi sosial pengunjung remaja di objek wisata pantai seruni
Dampak interaksi sosial pengunjung remaja
Pola interaksi sosial pengunjung remaja
Hasil Penelitian
1.      Ditemukan pola interaksi sosial pengunjung remaja asosiatif dan disosiatif.
2.      Ditemukan dua dampak, yaitu dampak negatif dan dampak positif.
Dampak positif dan Negatif
Asosiatif (kerja sama dan akomodasi), dan Disosiatif (persaingan dan pertikaian)
 














D.    Hasil Penelitian Terdahulu
D.1. Riset tentang Wisata Pantai
1.      Santoso (2009) meneliti tentang, potensi pengembangan obyek wisata Pantai Klayar di Kabupaten Pacitan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi apa saja yang dimiliki obyek wisata Pantai Klayar, pengembangan obyek wisata Pantai Klayar, serta permasalahan apa saja yang ada dalam mengembangkan obyek wisata tersebut. Penelitian disajikan secara deskriptif yaitu menggambarkan dari informasi tentang obyek wisata Pantai Klayar. Metode pengumpulann data yang diajukan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan studi pustaka. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, obyek wisata pantai klayar adalah salah satu obyek wisata yang sangan potensial untuk di kembangkan di Kabupaten Pacitan. Dalam pengembangan obyek wisata Pantai Klayar ini ternyata masih mengalami berbagai kendala yang ada antara lain, masih minimnya sarana prasarana pendukung obyek wisata Pantai Klayar, serta terbatasnya dana yang digunakan untuk pengembanagan. Maka dapat di simpulkan obyek wisata Pantai Klayar ternyata memiliki potensi sebagai obyek wisata alam pantai yang sangan menarik untuk di kembangkan dan peran serta pemerintah sangat dibutuhkan dalam pengembangannya tersebut, sehingga dapat meningkatkan kunjungan wisatawan dalam negeri maupun mancanegara, serta dapat memajukan kepariwisataan khususnya di Kabupaten Pacitan.
2.      Penelitian yang dilakukan oleh Aini (2016) dengan judul, Pengaruh berkembangnya tempat wisata pantai Dalegan terhadap perilaku sosial remaja di Desa Dalegan Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik. Penelitian ini merupakan studi tentang perilaku sosial remaja di tempat wisata pantai Dalegan. Masalah penelitian dalam skripsi ini, yaitu (1) Apakah perkembangan wisata pantai Dalegan berpengaruh terhadap perilaku sosial remaja di Desa Dalegan. (2) Seberapa besar sumbangan perkembangan wisata pantai Dalegan terhadap perilaku sosial remaja di Desa Dalegan Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, peneliti menggunakan metode penelitian mixed methods dengan pendekatan paradigma pragmatis. Metode ini dipilih agar di peroleh data penelitian yang lebih mendalam dan komprehensif mengenai perngaruh berkembangnya tempat wisata pantai dalegan terhadap perilaku sosial remaja di Desa Dalegan Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik dengan mengkombinasikan penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Data yang diperoleh kemudian disajikan dalam bentuk statistik dan dianalisis dengan teori tindakan sosial Max Weber. Dari hasil penelitian ini ditemukan, Berkembangnya wisata pantai Dalegan terhadap perilaku sosial remaja di Desa Dalegan Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik tidak ada pengaruh secara signifikan. Dan berkembangya tempat wisata pantai Dalegan, remaja hanya menyumbang sebesar 1,7%  perilaku sosialnya. Sumbangan dari partisipasi sosial remaja itu kecil sehingga berdampak pada perilaku yang menyimpang. Dari hasil wawancara ditemukan para remaja berpacaran dan bermesraan di tempat wisata. Hasil penelitian kualitatif mendukung hasil penelitian kuantitatif yang menyatakan bahwa perilaku sosial yang menyimpang masih ditemukan di tempat wisata pantai Dalegan.
3.      Penelitian yang di lakukan oleh Hafizin (2017), dengan judul ”Dampak Pariwisata Terhadap Perilaku Keagamaan Remaja di Dusun Senggigi Kecamatan Batu Layar Kabupaten Lombok Barat". Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Metode pengumpulan data penelitian ini adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu human instrument. Sedangkan analisis data yang digunakan untuk menganalisis data penelitian ini adalah perpanjangan keikut sertaan, ketekunan pengamatan dan tringulasi. Hasil penelitian ini adalah:(1) Dampak pariwisata terhadap prilaku kegamaan remaja di Dusun Senggigi sangat signifikan dan beragam. Dengan perkembangan pariwisata yang ada di Dusun Senggigi, perilaku keagamaan remaja Senggigi sedikit terkikis dan terkesan mengikuti budaya yang diadopsi dari budaya wisatawan mancanegara. Kehidupan beragama remaja Dusun Senggigi sedikit terkontaminasi oleh budaya asing yang di konsumsi oleh sebagian pemuda khususnya para remaja dan perilaku parawisata yang berasal dari remaja dusun Senggigi. Sementara para tokoh agama dan tokoh masyarakat menganggap perkembangan pariwisata tersebut dapat merusak prilaku remaja khususnya dan pemuda secara umum. (2) Upaya dalam Mengatasi Dampak Pariwisata upaya-upaya yang dilakukan para tokoh masyarakat dalam merubah dan mengatasi perilaku menyimpang karena masuknya wisatawan asing para tokoh agama tersebut membentuk kegiatan remaja masjid, mengikutsertakan para remaja dalam setiap pengajian dan melibatkan para remaja dalam setiap perayaan-perayaan agama yang bisa memungkinkan terjadinya perubahan perilaku yang meyimpang menjadi lebih baik dan masih bernuansa islami. Sehingga akan tercipta generasi muda sebagai penerus dalam mengembangkan pembagunan daerah tanpa melalaikan kewajibannya kepada khaliknya.
4.      Penelitian yang dilakukan oleh Naimu,(2017) tentang, Pengaruh pengembangan kawasan pesisir pantai merpati terhadap kondisi social budaya masyarakat di kel. Terang-Terang kab. Bulukumba. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pengembangan kawasan pesisir pantai Merpati terhadap kondisi sosial budaya masyarakat di kelurahan Terang-terang kabupaten Bulukumba. Riset Naimu (2017) menggunakan metode penelitian regresi linear berganda yang terdiri dari variable bebas (X1) gaya hidup, (X2) pola pembagian kerja, (X3) penyimpangan sosial, (X4) persepsi masyarakat. Selanjutnya untuk menetralisir pengaruh negatif yang ditimbulkan digunakan strategis pengembangan kawasan pariwisata yang dijawab menggunakan metode analisis SWOT, dengan menggunakan variable internal yaitu Kondisi Kawasan Kawasan Pariwisata Pantai Merpati. Variable eksternal yaitu kebijakan, pengelolaan dan pengawasan kawasan (pemerintah). Dari hasil penelitian Naimu menyimpulkan bahwa pengembangan kawasan pariwisata pesisir pantai Merpati ternyata secara umum memberikan pengaruh negatif terhadap sosial budaya masyarakat lokal sehingga dibutuhkan strategi WO (Weakness Opportunity) yaitu mengurangi kelemahan dan meningkatkan peluang yang ada.
D.2. Riset tentang Interaksi Sosial di Obyek Wisata Pantai
1.      Fajrin (2016) mengulas tentang Interaksi Sosial Dalam aktivitas Pengunjung Wisata di Pantai Tanjung Bayang Kelurahan Tanjung Merdeka Kecamatan Tamalate Kota Makassar. Tujuan penelitian ini yakni untuk diketahui bentuk aktivitas wisata yang dilakukan pengunjung dan Interaksi sosial yang ada di lokasi wisata Pantai Tanjung Bayang. Pendekatan teori yang digunakan adalah teori interaksi sosial dan motivasi wisatawan yang berhubungan dengan aktivitas wisata. Sedangkan metode penelitian adalah kualitatif dengan format riset lapangan (field research). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas yang dilakukan tidak hanya sekedar mandi tetapi ada juga yang hanya duduk di bale-bale menikmati pemandangan indah pantai, bakar ikan, berfoto ria dan bermain pasir serta ada juga mahasiswa yang datang untuk mengadakan rapat kerja organisasi. Bentuk interaksi sosial yang ada di lokasi wisata Pantai Tanjung Bayang dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu proses sosial yang mengarah kepada kerjasama. Contohnya kerjasama yang terjalin antara masyarakat yang bertindak sebagai pedagang atau penyedia jasa wisatawan yang menawarkan bale-bale kepada pengunjung pantai sehingga dalam proses tawar menawar tercapai kerjasama. Sedangkan proses sosial yang mengarah kepada konflik contohnya yang terjadi antara pedagang dengan pengunjung karena tidak adanya sifat saling pengertian di antara kedua belah pihak. Penulis berharap agar hal ini dapat menjadi acuan bagi jurusan kesejahteraan sosial yang nantinya berprofesi sebagai seorang pekerja sosial dalam menghubungkan individu atau kelompok di dalam masyarakat yang tinggal di daerah wisata yang notabene pendidikannya masih sangat rendah dengan lembaga pemerintah contohnya Dinas Pendidikan dan Dinas Pariwisata Kab. Bantaeng agar interaksi sosial yang berkaitan dengan aktivitas wisata dalam kehidupan masyarakat dapat berjalan lancar. Dihimbau juga agar kerukunan dan keharmonisan di dalam berinteraksi yang terjadi di pantai wisata tersebut antara masyarakat dengan pengunjung atau masyarakat satu sama lain yang terlibat ke dalam usaha wisata pantai agar selalu menjaga keharmonisannya.
2.      Aryani (2018) mengkaji tentang “Pengaruh destinasi wisata terhadap akhlak remaja Kuala Stabas Kab. Pesisir Barat”  Destinasi wisata di wilayah Pesisir Barat salah satunya yaitu Bukit Selalu yang berada di Pekon Kuala Stabas. Tempat wisata ini biasanya selalu didatangi oleh pengunjung yang masih berusia remaja, remaja yang datang ke bukit ini biasanya membawa pasangan dan tidak jarang pula beberapa remaja yang membawa sahabat-sahabatnya untuk menikmati suasana senja sembari melihat pemandangan laut yang begitu luas. Di bagian selatan bukit terdapat semak yang biasanya dijadikan remaja yang berpasangan untuk berdua-dua an, sudah barang tentu keadaan ini akan membawa pengaruh bagi pengunjung maupun masyarakat di sekitaranya apabila tidak dipantau oleh masyarakat setempat seperti halnya dapat berkemungkinan terjadinya kebebasan sex. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak apa saja yang dapat ditimbulkan oleh destinasi wisata bagi para remaja. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang diungkapkan secara deskriptif berdasarkan studi lapangan yang ditunjang dengan beberapa teori yang bersumber dari kepustakaan, yang mengangkat dan mengungkapkan dengan metode observasi, interview dan dokumentasi. Dalam penelitian ini dimintai keterangan, semua hal yang berhubungan dengan dampak destinasi wisata yang ditimbulkan, kemudian data yang diperoleh dari observasi, interview dan dokumentasi dianalisis dengan analisis induktif.
Berdasarkan penelitian tentang wisata pantai yang telah dilakukan oleh Santoso (2009), Fajrin (2016), Aini (2016), Havizin (2017), dan Naimu (2017). Penelitian ini memiliki beberapa perbedaan dan persamaan. Letak perbedaannya yaitu dari segi teori dan metode yang digunakan itu berbeda-beda, sedangkan letak persamaannya dapat dilihat dari pembahasannya yang sama-sama mengulas tentang objek wisata pantai. Sedangkan penelitian yang mengulas tentang pola interaksi sosial di obyek wisata dilakukan oleh Aryani (2018), letak pebedannya dengan penelitian saat ini adalah dari segi teorinya, teori yng digunakan oleh Aryani adalah teori penyimpangan sosial sedangkan penelitian saat ini menggunakan teori interaksi sosial. Adapun persamaannya yaitu terletak pada bagian metodenya yang sama-sama menggunakan metode kualitatif deskriptif.
















BAB III
METODE PENELITIAN
A.    Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini ialah berupa penelitian kualitatif deskriptif. Alasan memilih jenis penelitian tersebut ialah untuk menggambarkan dan mendeskripsikan secara mendalam terkait dengan Pola Interaksi Sosial Pengunjung Remaja di Obyek Wisata Pantai Seruni Kabupaten Bantaeng.
Adapun jenis pendekatan yang digunakann dalam penelitian ini yaitu pendekatan fenomenologi. Fenomenologi merupakan salah satu pendekatan yang digunakan dalam penelitian kualitatif. Metode kualitatif hadir sebagai respon terhadap keberadaan metode kuantitatif yang dianggap tidak mampu lagi menjawab persoalan kehidupan yang ada. Metode ini memposisikan manusia sebagai subjek penelitian bukan sebagai objek penelitian. Metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi berupaya untuk menangkap berbagai persoalan yang ada di masyarakat dan mengungkap makna yang terkandung di dalamnya (Helaluddin, 2018:01)
Alasan peneliti menggunakan pendekatan fenomenologi yaitu untuk mengetahui dan menggambarkan pola interaksi pengunjung remaja terkait wisata pantai seruni dan dampak interaksi soaial remaja di obyek wisata Pantai Seruni kabupaten Bantaeng.
B.    
Dampak adanya wisata pantai seruni di kab. Bantaeng
1.       Dampak psitif di peradakannya pantai seruni ialah sebagai tempat rekreasi dan tempat persinggahan yang nyaman bagi pengunjungnya, selain itu juga di sediakan berbagai macam tempat olahraga di antaranya, volli, basket, futsal, dan di sediakan pula lapangan balap, dan remaja dapat menyalurkan bakatnya di kawasan objek wisata Pantai Seruni tersebut
2.       Dampak negatifnya yaitu, sebagaimana diketahui Anjungan Pantai Seruni dibangun di atas reklamasi yang akan membawa dampak negatif, peninggian muka air laut karena area yang sebelumnya  berfungsi sebagai kolam telah barubah menjadi daratan yang akan membahayakan pengunjung yang ada di sekitarnya.
Lokasi dan Waktu Penelitian
1.      Lokasi penelitian.
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bantaeng, tepatnya di lokasi obyek wisata Pantai Seruni, yang terletak di Jl, Seruni, Pallantikang, Kec. Bantaeng, Kabupaten Bantaeng, Sulawesi selatan. Alasan memilih lokasi ini yaitu:
a.       Alasan Obyektif
Pantai Seruni merupakan obyek wisata paling popular di luar Makassar. Hal itu dibuktikan dengan ramainya pemberitaan seputar pantai tersebut. Panti Seruni merupakan obyek wisata reklamasi yang popularitasnya mendekati Pantai Losari.
b.      Alasan Subyektif
Peneliti lahir dan dibesarkan di Kabupaten Bantaeng, sehingga memiliki tanggung jawab moral untuk turut memikirkan dan memberikan kontribusi bagi tanah kelahiran. Selain itu pemilihan lokasi di Bantaeng dapat meringankan biaya penelitian, serta memudahkan akses terhadap lokasi dan informan penelitian.





2.      Waktu penelitian.
Tabel II.2:
Waktu Penelitian
No.
Uraian Kegiatan Penelitian
Bulan ke-
1
2
 3
4
5
6
1.
Pengusulan judul






2.
Penyusunan proposal






3.
Konsultasi bimbingan






4.
Seminar proposal






5.
Pengurusan izin penelitian






6.
Penyusunan hasil penelitian







C.    Fokus Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada pola interaksi sosial pengunjung remaja di obyek Wisata Pantai Seruni Kabupaten Bantaeng, kajian ini juga mencoba menjelaskan dampak interaksi sosial pengunjung remaja di obyek wisata Pantai Seruni. Untuk memecahkan fokus permasalahan tersebut dapat dilihat dari dua aspek yaitu:
1.      Pola interaksi sosial pengunjung remaja di obyek wisata Pantai Seruni akan dikaji dalam dua klasifikasi pola, yaitu asosiatif dan disosiatif.
2.      Dampak interaksi pengunjung remaja di obyek Wisata Pantai Seruni, akan dikaji dari aspek positif maupun negatif, baik terhadap pemeritah maupun masyarakat.

D.    Informan Penelitian
Jenis informan yang di gunakan yaitu purposive random  sampling, purposive random sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Alasan menggunakan teknik purposive sampling adalah karena tidak semua sampel yang memiliki kriteria yang sesuai dengan fenomena yang diteliti, menetapkan pertimbangan-pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu yang harus dipenuhi oleh sampel-sampel yang digunakan dalam penelitian ini (Putri, 2017:56).
Adapun yang menjadi kriteria informan yaitu:
a.       Informan Kunci
Informan kunci adalah informan yang mengetahui secara mendalam permasalahan yang sedang diteliti. Adapun yang termasuk informan kunci dalam penelitian ini yaitu, aparat pemerintah Dinas Pariwisata Kab. Bantaeng Kabupaten Bantaeng, dan Satpol PP.
b.      Informan Utama
Informan utama adalah, informan yang dipilih sebagai pengumpulan data utama dengan wawancara mendalam percakapan dengan individu atau kelompok menggunakan pertanyaan bebas. Hal ini bertujuan agar informan mengutarakan pandangan, pengetahuan, perasaan, sikap, dan perilaku. Berupa pengalaman pribadi yang berkaitan dengan topik penelitian. Yang termasuk informan utama dalam penelitian ini adalah remaja yang berkunjung di objek wisata Pantai Seruni.
c.       Informan pendukung
Informan pendukung ialah informan yang ditentukan dengan dasar pertimbangan memiliki pengetahuan dan sering berhubungan baik secara formal maupun informal dengan para informan kunci. Dalam hal ini pedagang, pelayan café, dan warga yang bermukim di sekitar Pantai Seruni

E.     Jenis dan Sumber Data
1.      Sumber data primer
Data primer adalah data utama diperoleh melalui wawancara langsung oleh peneliti kepada informan. Adapun yang menjadi informan adalah figur yang memiliki pengaruh terhadap penelitian tentang obyek wisata tersebut.
2.      Sumber data sekunder
Sumber data sekunder dalam kajian ini berupa kajian kepustakaan koseptual yaitu kajian terhadap artikel-artikel atau buku-buku yang ditulis oleh para ahli yang ada hubungannya dengan pembahasan judul penelitian ini atau penelusuran hasil penelitian terdahulu yang ada relevansinya dengan pembahasan penelitian ini, baik yang telah berkaitan dalam bentuk buku atau majalah ilmiah, selain itu sumber dara juga diperoleh dari media cetak/online.


F.     Instrumen Penelitian
Instrument penelitian adalah alat yang digunakan di dalam pengumpulan data. Oleh karena itu, peneliti menjelaskan alat yang digunakan berdasarkan teknik pengumpulan data. Adapun instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1.      Pedoman wawancara (terlampir)
2.      Lembar observasi (terlampir)
3.      Catatan harian (terlampir)
4.      Alat perekam/kamera (terlampir)
G.    Teknik Pengumpulan Data
1.      Obsevasi
Model observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah participant observation, Observasi partisipan akan dilakukan sebagai berikut:
a.       Sebagai pengunjung
Peneliti akan berperan sebagai pengunjung di obyek wisata Pantai Seruni. Tujuannya agar peneliti bisa mendapatkan gambaran tentamg Pantai Seruni dari sudut pandang pengunjung, melalui model ini pula, peneliti akan berbaur dan berinteraksi dengan pengunjung yang berada di obyek wisata Pantai Seruni.
Saya berkunjung ke pantai tersebut pada tanggal 30 juli 2019. Di sana saya berperan sebagai pengunjung hanya satu kali saja, dari situ saya melihat adanya beberapa remaja yang berkumpul bersama teman-temannya, menceritakan pengalaman dan lain sebagainya. Pada saat berperan sebagai pengunjung saya berusaha mengakrapkan diri dengan para pengunjung lain dengan cara bergabung di kursi yang sama agar lebih mudah menggali informasi terkait pola interaksi remaja yang berkunjung ke tempat tersebut. Pengalaman yang menarik yang saya temui sewaktu saya berkunjung ke pantai tersebut adalah pada saat saya turun dari kendaraan, maka para pelayan kafe dengan antusias menawarkan menunya dan saling berebutan pengunjung (customer).
b.      Sebagai pelayan cafe
Di sini peneliti juga akan berperan sebagai pelayan cafe di salah satu cafe yang berada di obyek wisata Pantai Seruni, tujuannya agar mendapat informasi lebih dalam dari pemilik cafe terkait obyek wisata Pantai Seruni. Saya berperan sebagai pelayan kafe pada tanggal 29 juli 2019 di salah satu kafe yang bernama kafe Salemba Raja Sarabba’. Sewaktu saya berperan sebagai pelayan kafe saya melihat lebih banyak remaja yang berkunjung ke pantai tersebut di bandingkan anak-anak, dan orang tua. Pengalaman yang paling menarik. Sewaktu saya berperan sebagai pelayan banyak pengunjung remaja yang melontarkan kalimat-kalimat gombalan kepada kami seorang pelayan khususnya pengunjung laki-laki.

c.       Sebagai pedagang
Begitupun dengan observasi ini, peneliti juga akan memainkan perannya sebagai pedagang. Dengan tujuan agar peneliti bisa dengan mudah berbaur dan mendapat informasi lebih dalam dari pedagang tersebut terkait objek wisata Pantai Seruni. Saya berperan sebagai pedagang pada tanggal 31 juli 2019. Di salah satu kios yang menjual asesoris dan mainan. Di sana saya melihat banyak remaja yang datang berkunjung untuk membeli asesoris seperti anting, ikat rambut, kalung dan lain sebagainya terutama pengunjung wanita. Pengalaman yang menarik yaitu pada saat melakukan transaksi terjadi tawar menawar harga barang antara penjual dan pembeli.
2.      Wawancara Mendalam (Depth interview)
Metode wawancara atau interview merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakuakan secara tatap muka, dan pertanyaan diberikan secara lisan pula. Adapun yang akan didalami dari informan yaitu:
a.       Remaja yang berkunjung ke Pantai Seruni
Pewawancara akan menggali tentang bagaimana pola interaksi pengunjung remaja, dan faktor apa yang membuat remaja tersebut tertarik berkunjung di obyek wisata Pantai Seruni.


b.      Pedagang yang berada di sekitar pantai seruni
Pada posisi ini peneliti akan mengadakan wawancara bersama pedagang yang ada di sekitar Pantai Seruni, adapun yang akan di jadikan bahan wawancara salah satunya tentang pendapatan yang diperoleh oleh pedagang tersebut.
c.       Aparat pemerintah:
1.      Dinas Pariwisata Kab. Bantaeng, adapun yang akan dijadikan bahan wawancara terhadap Dinas Pariwisata Kab. Bantaeng adalah, peneliti akan menggali masalah bagaimana perkembangan obyek wisata Pantai Seruni pada pergantian Pemerintah saat ini.
2.      Satpol PP. Yang akan dijadikan bahan wawancara yaitu, isu-isu keamanan dan ketertiban, adanya remaja yang berpacaran di tempat-tempat sepia tau gelap, masalah perkelahian, dan pencurian.
d.      Warga yang bermukim.
Pada penelitian ini pewawancara akan menggali tentang bagaimana perasaan warga yang bermukim di sekitar pantai seruni dengan adanya patai tersebut, apakah warga merasa terganggu yang diakibatkan oleh keramaian pantai tersebut atau warga  biasa saja dalam menyikapi hal tersebut.
e.       Pemilik/pelayan cafe
Pewawancara akan menggali masalah perbandingan pengunjung remaja dan anak-anak dan langsia, yang datang di obyek wisata Pantai Seruni dengan mewawancari salah satu pelayan atau pemilik cafe yang berda di sekitar Pantai Seruni tersebut.

H.    Teknik Analisis Data
Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif, dalam penelitian kualitatif, analisis data harus seiring dengan pengumpulan fakta-fakta di lapangan, dengan demikian analisa data dapat dilakukan sepanjang proses penelitian.
1.      Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi ini digunakan untuk menyempurnakan data yang telah diperoleh, agar memudahkan dalam menyimpulkan hasil penelitian. Dengan kata lain hasil penelitian dilapangan yang telah dikumpulkan kembali dipilih untuk mengumpulkan data mana yang dapat digunakan.
2.      Penyajian Data (Data Display)
Penyajian data diperoleh dari lapangan terkait dengan seluruh permasalahan penelitian dipilih antara mana yang dibutuhkan dengan tidak, lalu dikelompokan kemudian diberikan batasan masalah.
3.      Teknik analisa perbandingan (Conclusion DrawingVerivieation)
Langkah selanjutnya dalam menganalisa data kualitatif adalah penarikkan kesimpulan dan verifikasi, setiap kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Oleh karena itu, dalam setiap kegiatan apalagi dalam sebuah penelitian ilmiah, diharuskan untuk menarik kesimpulan  mulai dari data yang telah diedukasi maupun yang belum dan tidak menunup kemungkinan dari data yang telah dikumpulkan akan melahirkan saran-saran dari  penelitian kepada peneliti demi perbaikan-perbaikan khusunya pada tataran dalam penyelenggaraan proses pemahaman.

I.       Teknik Keabsahan Data
Intrument utama dalam penelitian kualitatif adalah si peneliti, maka validasi dan reabilitas intrumen ada pada peneliti, maksudnya disini adalah hasil penelitian tergantung pada kemampuan penelitian dalam menjaga keabsahan data yang mencakup beberapa kriteria.
Dalam uji keabsahan data dari hasil penelitian kualitatif ini, peneliti melakukan teknik trianggulasi. Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu  untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Teknik trianggulasi yang digunakan peneliti adalah trianggulasi sumber yaitu membandingkan dan mengecek baik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui alat yang berbedah dengan penelitian kualitatif. Hal ini bisa dilakukan dengan jalan:

1.      Membandingkan hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
2.      Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berbeda.
Trianggulasi merupakan cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan kontruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kajian dan hubungan dari berbagai pandangan, unutk itu maka peneliti dapat melakukan dengan cara:
1.      Mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan.
2.      Mengecek dengan berbagai macam sumber data.

J.      Etika Penelitian
Etika penelitian adalah standar perilaku peneliti selama melakukan penelitian mulai dari menyusun desain penelitian. Mengumpulkan data lapangan (wawancara, observasi, pengumpulan data document) menyusun hingga memublikasikan hasil penelitian. Misalnya menginformasikan tujuan penelitian kepada informan yang telah di seleksi, meminta persetujuan tiap informan, menjaga kerahasiaan informan, jika penelitiannya dianggap sensitive. Salah satu contoh memalsukan nama informan jika informan tersebuat tidak mau disebutkan namanya, dan yang terakhir, meminta izin kepada informan jika ingin melakukan perekaman, wawancara, atau pengambilan gambar informan.




BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A.    Letak Geografis
Bantaeng adalah Sebuah kabupaten yang terletak di bagian paling selatan provinsi Sulawesi Selatan. Sebuah kabupaten kecil yang memiliki garis pantai 21,5 membentang dari barat ke timur termasuk juga Pantai Seruni, pantai ini popular dengan nama Anjungan Pantai Seruni dulunya pantai ini hanyalah pantai biasa tempat para nelayan melaut dengan sedikit bagaian yang dimanfaatkan sebagai taman bermain anak. Pengelolahnya kala itu masih belum maksimal, pada tahun 2010 Pemkab Bantaeng melakukan pembenahan terhadap pantai tersebut diubah menjadi kawasan reklamasi yaitu dengan memperluas tanah dalam rangka meningkatkan sumber daya lahan. (Nasir, 2017:01).
Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Bantaeng. Di bagian Utara terdapat Kabupaten Bulukumba dan Kabupaten Sinjai. Di bagian Timur Terdapat Kabupaten Bulukumba, di bagaian Selatan terdapat Kabupaten Jeneponto dan Laut Plores. Kemudian di bagian Barat terdapat Kabupaten Gowa dan Jeneponto.
Kabupaten ini memiliki luas wilayah 395,83 km atau 39,583 Ha yang dirinci berdasarkan lahan sawah mencapai 7.253 Ha (18,32%) dan lahan kering mencapai 32,330 Ha. Kabupaten Bantaeng yang luasnya mencapai 0,63% dari luas Sulawesi Selatan, masih memiliki potensi alam untuk dikembangkan lebih lanjut. Lahan yang dimilikinya kurang lebih 39,583 Ha. Di Kabupaten Bantaeng mempunyai hutan produksi terbatas 1,262 Ha, dan hutan lindung 2,773 Ha. Secara keseluruhan luas kawasan hutan menurut fungsinya di Kabupaten Bantaeng sebesar 6,222 Ha (2006).

B.     Gambaran Umum Tentang Wisata Pantai Seruni Kabupaten Bantaeng.
1.      Keadaan Pantai Seruni dan Kehidupan Masayarakat Sekitar Sebelum Adanya Reklamasi.
Berdasarkan obserfasi, dulu Pantai Seruni hanyalah pantai biasa saja seperti pantai pada umumnya dengan pesisir pantai yang dilengkapi pemecah ombak. Dermaga dengan kapal-kapal nelayan yang bersandar, cafe dengan arsitektur tradisional berbentuk rumah panggung, dan adanya warung-warung hanya dengan menggunakan tenda di pinggir jalan. Bergerak ke beberapa pemukiman warga terdapat beberapa bale-bale sederhana yang dijadikan tempat menjemur rumput laut oleh masyarakat yang berprovesi sebagai petani rumput laut dan kegiatan masyarakat juga hanya seputar melaut, bertani rumput laut dan beberapa yang berprofesi sebagai pegawai kantoran, kegiatan jual beli ikan juga dulunya sangat aktif di sana pasalnya dulu perahu pengangkut ikan dulunya juga sering singgah dulupun anak-anak suka menyambangi Pantai Seruni sekedar untuk mandi  bermain air di laut dan bermain di taman bermain sederhana yang ada di sana.
Menurut salah satu informan Adi (21 tahun) dahulu Pantai Seruni ini merupakan kawasan yang sangat kumuh, dan sepi saking sepinya kawasan ini hanya digunakan oleh orang yang lalu lalang sebagai tempat persinggahan untuk buang air kecil. Pantai ini dulunya hanya di fasilitasi satu kafe yang biasa di sebut kafe terapung, dan suasana yang kurang merik sehingga tidak banayak di minati pengunjung (Wawancara 29 juli 2019).
2.      Keadaan Pantai Seruni dan Kehidupan Mayarakat Sekitar Setelah Adanya Reklamasi
Kawasan Pantai Seruni saat ini telah menjadi salah satu kawasan favorit masyarakat. Kawasan multiguna ini memang bisa dengan mudah memanjakan pengunjungnya dengan fasilitas yang ada di pantai seruni terbilang lengakap mulai dari adanya toilet umum, musalah, mesin atm, keran air siap minum, cafe dengan menyediakan berbagai macam kuliner, adanya taman bermain anak dan disediakannya sport center. Tempatnya yang rapid an indah menjadi daya tarik tersendiri bagi Pantai Seruni, jika di perhatikan Pantai Seruni mirip dengan Pantai Losari, namun Pantai Seruni terlihat lebih elegan dengan kursi dan meja santai untuk keluarga menikmati keindahan alam di Anjungan Pantai Seruni Kabupaten Bantaeng. Pantulan cahaya sunset mewarnai pengunjung Pantai Seruni untuk berselfie ria bersama keluarga, teman, ataupun kerabat, di tambah lagi perpaduan warna lampu-lampu hias di sepanjang Pantai Seruni yang ditata sedemikian rupa yang bisa memanjakan mata para pengunjung di obyek wisata Pantai Seruni, selain itu juga terdapat alun-alun yang berseblahan dengan rumah sakit Prof Dr Andi Makkatutu bertaraf internasional yang sewaktu-waktu jika ada pengunjung yang mengalami kecelakaan dan lain sebagainya langsung saja dilarikan ke rumah sakit tersebut.
Menurut M Ali Imran, selaku Sekertaris Dinas Pariwisata Kabupaten Bantaeng. Potensi wisata Pantai Seruni yaitu pertama pantai tersebut berada di tengah kota dan merupakan pusat kota sehingga mudah diakses bahkan dengan berjalan kaki  karena tempatnya tidak begitu jauh dari pemukiman warga. Kedua fasilitas yang ada di Pantai Seruni sangat banyak, mulai dari fasilitas untuk anak-anak, remaja, sampai orang tua. Untuk anak-anak disediakan taman bermain, untuk remaja khususnya dari kaum pelajar di sediakan sport center basket, lapanagan  takrow, lapanagan volley. Kemudian fasilitas orang yang dudah berumur atau orang tua disediakan lapangan untuk melakukan olahraga seperti jogging sepanjang pantai sampai di bagian anjungan. Jika kita merasa capek dan ingin beristirahat disediakan pula beberapa gazebo sebagai tempat istirahat. Dari segi keamanannya terjamin, karena kawasan pantai tersebut berada tepat di depan kantor Kodim. Selain itu di setiap sudut pantai tesebut dijaga oleh aparat Satpol PP. Disediakan pula musalah untuk orang yang berada di sekitar pantai untuk beribadah. Potensi Pantai Seruni yang terahir ialah saat ini untuk masuk ke kawasan pantai tersebut tidak dipungut biaya.  Siapa saja yang ingin mampir atau berkunjung ke pantai tersebut tidak akan dikenakan biaya sedikitpun (Wawancara, 2 Agustus 2019).
3.      Data jumlah pengunjung
Data jumlah pengunjung yang akan di sajikan yaitu data jumlah pengunjung di kalangan anak-anak dan di kalangan dewasa. Data pada tahun 2018  tersebut kami peroleh dari Dinas Pariwisata Kabupaten Bantaeng, sebagai berikut.
Tabel 4.1
DATA PENGUNJUNG OBYEK
WISATA PANTAI SERUNI KAB. BANATAENG,
TAHUN 2018
No
BULAN
DEWASA
ANAK-ANAK
JUMLAH
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
JANUARI
FEBRUARI
MARET
APRIL
MEI
JUNI
JULI
AGUSTUS
SEPTEMBER
OKTOBER
NOVEMBER
DESEMBER
2,271
853
880
1,391
1,261
1,816
1,279
1,053
1,049
678
873
1,468
442
136
134
196
208
336
209
201
141
89
137
255
2,713
989
1,014
1,587
1,469
2,152
1,488
1,254
1,190
767
1,010
1,723

JUMLAH
14,872
2,483
17,356
                        (Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Bantaeng, 2018).

4.      Data jumlah cafe
Data jumlah cafe juga diperoleh dari Dinas Pariwisata Kabupaten Bantaeng dan dituangkan data jumlah café tersebut ke dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.2
DATA JUMLAH KAFE
DI OBYEK WISATA
PANTAI SERUNI KAB. BANATAENG
NO
NAMA CAFE
NAMA PEMILIK
TAHUN BERDIRI
FASILITAS
MENU ANDALAN
KET.
MEJA
KURSI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
KAFE ABANG PRATAMA
KAFE SALEMBA
KAFE ANGING MAMMIRI
KAFE ANNHA
KAFE AQILA
KAFE AYLA
KAFE BANYUWANGI
KAFE BEAT
KAFE BISOT
KAFE BUTTA TOA
KAFE CAHAYA
CAFÉ CECE
CAFÉ COTO BANATAENG
KAFE DEVI
CAFÉ DG KANANG
KAFE ERWIN
KAFE FAHRI
KAFE FKKPI
KAFE PLAMBOYAN
KAFE HARLAN
KAFE HISTORY
KAFE IBNU
KAFE SALAD BUAH
KAFE JAY
KAFE KARTIKA
KAFE KASTA
KAFE KERATON
KAFE KHANSA
KAFE OLEH-OLEH
KAFE MAKNYAK
KAFE MR BOX
KAFE SIMPLE
KAFE ALYA KARAUKE
KAFE INDO’KU
KAFE NUR
RINI
IBU UUN
HASBIA
RASYID
NADA
SIRUA
ZAENI
ARHAM
IRSAN
NGITUN
CAHAYA
 RIVAL
H. JABBAR
HAYATI
KANANG
SAMSIA
RINI
AISYAH
HJ. SURIATI
HAERIL
ARDI
MARDIA
KARTINI
JAY
SARIFA
ASRIANI
AISYAH
RAHMI
HAYATI
SARI
ARDI
MOCI
SURIATI
HJ. NOVRITA
NURHAYATI
2018
2014
2010
2010
2016
2016
2016
2010
2015
2016
2015
2016
2016
2015
2015
2015
2015
2017
2015
2016
2017
2015
2010
2016
2010
2015
2010
2016
2015
2015
2016
2015
2016
2016
2010
6
5
7
7
7
5
6
6
6
5
6
7
4
6
5
5
5
5
8
5
11
5
6
6
5
6
6
6
12
6
8
10
11
10
5
24
20
35
20
24
20
20
30
24
20
24
24
20
24
20
20
24
22
16
20
43
20
32
24
24
24
30
18
48
24
32
28
24
50
23
JUS
SARA’BA’
GORENGAN
SALAD BUAH
JUS BUAH
JUS BUAH
GORENGAN
ANEKA JUS
ES KELAPA
BAKSO
BAKWANG
BURGER
COTO
JUS
SALAD BUAH
SARABBA
SOP UBI
GORENGAN
JUS
BAKSO
GORENGAN
GORENGAN
GORENGAN
SALAD BUAH
GORENGAN
PISANG EPE
GORENGAN
GORENGAN
BAKSO
CAPUCINO
JUS BUAH
COKLAT
SALAD BUAH
PALEKKO’
JUS
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKRIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF

JUMLAH


229
895


(Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Bantaeng, 2018)


5.      Data jumlah pedagang
Data jumlah pedagang diperoleh dengan cara turun ke lapangan, mendata setiap pedagang yang berdagang pada saat itu. Ditemukan beberapa pedagang yang menjual berbagai macam makanan, mainan, asesoris-asesoris  dan lain sebagainya. Adapun data jumlah pedagang yang penulis temukan yaitu 23 pedagang.




















BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil Penelitian
1.      Data Wawancara
a.       Pola Interaksi Sosial Pengunjung Remaja di Objek Wisata Pantai Seruni Kabupaten Bantaeng.
Adapun data-data wawancara yang digali dari beberapa informan sebagai berikut. Informan pertama yang penulis wawancarai adalah salah satu remaja yang kebetulan berkunjung di wisata tersebut, Adi (21 tahun)
 merupakan remaja yang tinggal tidak terlalu jauh dari objek wisata tersebut. Berikut wawancara dengan Adi:
Biasanya saya berkunjung ke sini bersama teman-teman, pacar, atau keluarga, kebetulan malam ini saya ke sini bersama teman-teman saya, adapun kegiatan yang biasa kami lakukan di sini hanya sekedar ngumpul menikmati suasana malam, dan menikmati berbagai macam kuliner yang ada di tempat ini, biasanya saya berkunjung ke sini bila ada waktu saja dan tergantung isi dompet, artinya kalau ada uang dan juga ada waktu luang, pasti kami datang ke sini untuk berkumpul bersama, jadi waktunya tidak tentu kadang itu malam minggu, malam sening seperti saat ini tergantung kalau ada dana. Adapun bentuk kerja sama yang kami biasa lakukan dengan pengunjung lainnya untuk menjaga citra Pantai Seruni ini yaitu tidak menyalagunakan tempat ini, kami hanya datang untuk sekedar  ingin mengadakan reoni bersama teman-teman lama, dan tidak melakukan tindakan-tindakan yang tidak terpuji contohnya menghindari yang namanya tauran, tidak mengundang keributan, yang dapat mengganggu kenyamanan pengunjung lain, kemudian mengurangi bercanda yang berlebihan terutama pada saat ada pengunjung lain yang datang untuk mengerjakan tugas dan lain sebagainya (wawancara, Bantaeng, 29 juli 2019).


Adapun pengunjung kedua yang dijadikan informan yaitu, Asmidar (20 Tahun). Seorang Mahasiswi yang tinggal di Kabupaten Jeneponto yang juga sering berkunjung ke wisata Pantai Seruni tersebut adapun isi wawancara antara penulis dengan informan adalah sebagai berikut:
Saya suka berkunjung ke Pantai Seruni karena suasananya yang nyaman, selain menikmati sunset di sore hari di sana juga banyak pilihan menu yang cukup mengguga selera, biasanya saya datang ke tempat ini hanya berkumpul bersama berbagi cerita bersama teman-teman ataupun keluarga, adapun pendapat saya mengenai pantai ini yaitu pantai ini sangat indah, tempatnya tertata rapi, selain menjadi kawasan kuliner, pantai ini juga dijadikan sebagai tempat kegiatan masyarakat. Salah satu yang membuat saya tertarik berkunjung ke sini yaitu, pantulan cahaya sunset di sore hari dan ditambah dengan perpaduan warna lampu-lampu hias di sepanjang jalan pantai tersebut, sangat mendukung kita untuk berselfi ria bersama teman-teman. Adapun bentuk kerja sama kami di sini terhadap aparat pemerintah untuk menjaga citra tempat wisata ini adalah dengan melakukan hal-hal yang positif saja contohnya datang hanya sekedar ingin berolahraga karna tempat ini juga disediakan berbagai macam fasilitas olahraga, selain itu dalam menjaga nama baik atau citra Pantai Seruni kita harus menghindari percecokan yang berujung pada perkelahian yang mengundang keributan. Harapan saya kedepannya untuk wisata Pantai Seruni yaitu semoga wisata pantai ini dapat di pertahankan keindahannya dan tambah banyak lagi wisatawan yang berkunjung (Wawancara, 29 Agustus 2019).


Mudalifa (18 tahun) merupakan pengunjung yang juga sering berkunjung ke Pantai Seruni. Mengatakan bahwa ia berkunjungn ke Pantai Seruni biasanya tiga kali dalam satu minggu untuk berkumpul bersama teman-temannya menikmati berbagai macam kuliner yang ada di pantai tersebut. Dia biasanya datang ke pantai tersebut kadang bersama teman-teman dan juga bersama keluarga. Yang membuat ia tertarik untuk sering-sering berkunjung ke pantai tersebut ialah banyak café dan jajanan yang tersedia di sana. Dan adapun kekurangan pantai tersebut yaitu parkirannya yang kurang luas sehingga pada malam minggu pengunjung biasanya memarkir kendaraannya di pinggir jalan karena pada malam minggu ramai pengunjung dan kendaraan lain susah untuk lalu lalang di tempat itu. Berbicara masalah fashion menurut Musdalifah gaya berpakain atau fashion sangat penting apalagi saat berada di luar rumah, sakin pentingnya sampe-sampe fashion dijadikan bahan persaingan di kalangan remaja khususnya di kalangan wanita, namun ada juga pengunjung yang menyalah gunakan fashion atau gaya berpakain, pakain yang seharusnya di pake ke pesta malah di pake ke obyek wisata Pantai Seruni ini (Wawancara, 29 Agustus 2019).
Selanjutnya wawancara bersama pengunjung ketiga Miftahul (17 tahun). Adapun informasi yang diberikan itu tidak jauh beda dengan jawaban dari pengunjung lain. Ia berkunjung ke Pantai Seruni biasanya bersama teman atau keluarga. Adapun aktifitas yang ia lakukan di sana yaitu berkumpul, berselfi ria,dan menikmati berbagai macam kuliner. Biasanya ia berkunjung ke pantai seruni sekali seminggu yaitu pada akhir pekan. Adapun yang membuat ia tertarik berkunjung ke pantai tersebut ialah karna suasananya sudah berbeda dengan sebelumnya. Adapun kekurangan Pantai Seruni yaitu lahan parkirannya yang sempit. Adapun masalah fashion pengunjung yang satu ini tidak terlalu mempermasalahkan fashion pada saat berada di luar rumah. Harapannya ke depan yaitu ia ingin pantai ini terkenal hingga kemanca Negara, sehingga banyak juga wisatawan dari mancanegara datang berkunjung (Wawancara, 29 agustus 2019).
Berikut wawancara bersama salah satu pemilik kafe ibu Uun 54 tahun mengatakan bahwa.
Biasanya pantai ini ramai pengunjung hanya pada malam tertentu saja contohnya pada malam minggu, atau pada saat ada acara kedatangan artis dan lain sebagainya. Adapun wisatawan yang paling sering berkunjung yaitu lebih dominan anak muda di bandingkan dengan orang tua ataun anak-anak, biasanya saya buka mulai jam 4 sampai jam 12 malam, berbicara masalah pendapatan di sini tergantung dari ramainya pengunjung kadang kalau hari-hari biasa biasnya mencapai duaratusan, berbeda dengan malam minggu karena padat pengunjung biasanya delapan ratus ribu hingga mencapai satu juta satu hari satu malam. Adapun yang pengunjung lakukan pada saat berada di sini bermacam-macam ada yang hanya duduk ngumpul bersama teman atau keluarganya, ada yang datang mengerjakan tugas sekolah atau kuliahnya. Adapun upah yang saya berikan kepada karyawan saya itu tergantung dari pendapatan, tapi kadang ada pelayan yang tidak mengerti keadaan pengunjung sedikit malah minta upah yang lebih (Wawancara 30 juli 2019)

Selanjutnya wawancara bersama pedagang yang berada di sekitaran Pantai Seruni Ramlah (45 tahun) mengatakan bahwa.
Alhamdulillah dengan diubahnya Pantai Seruni oleh pak Nurdin suasananya lebih nyaman dari sebelumnya karena banyak lahan untuk berdagang yang disediakan untuk kami. Kami biasanya buka dari jam 4 sampe jam 11 malam. Berbicara masalah kekurangan pantai ini menurut saya kekurangannya tidak terlalu Nampak karena kami sudah di kasi lahan usaha di sini itu kami sudah sangat bersyukur. Biasanya ramai pengunjung pada malam minggu adapun pengunjung yang sering membeli yaitu dari kalangan anak-anak, ibu-ibu dan anak mudah tapi lebih dominan ke anak muda karena di sini di sediakan bebagai macam asesoris seperti ikat rambut, perhiasan dan lain sebagainya khususnya di kalangan remaja wanita. Masalah pendapatan itu setiap malamnya berbeda-beda kalau malam biasa mencapai tigaratusan, kalau malam minggu mencapai satu jutaan karena kalau malam minggu padat pengunjung (Wawancara, 31 juli 2019)
Sehubungan dengan hal tersebut penulis juga menggali informasi dengan melakukan wawancara oleh salah satu pegawai Dinas Pariwisata Kabupaten Bantaeng, Pak Ali Imran Sekertaris Dinas Pariwisata Kabupaten Bantaeng, jadi di sini penulis dengan sengaja mendatangi kantor dinas pariwisata tersebut untuk menggali informasi lebih dalam terkait objek wisata Pantai Seruni, adapun isi wawancaranya yaitu:
Adapun kegiatan yang biasa dilakukan oleh pengunjung remaja khususnya di kalangan pelajar itu berbeda-beda dari siang hingga malam hari, kalau di siang hari remaja biasanya berolahraga menikmati sarana dan prasarana olah raga yang kami sediakan di sana seperti bermain basket, volley, takraow, futsal dan lain sebagainya, berbeda lagi di malam hari kalau di malam hari remaja-remaja tersebut ada yang berkumpul bersama, ada yang kerja tugas di cafe karna di sana kami juga meneyediakan beberapa kafe dengan berbagai macam kuliner (wawancara, Bantaeng, 2 Agustus 2019).

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa akatifitas remaja yang biasa dilakukan khususnya di kalangan pelajar yaitu di siang harinya remaja sibuk menikmati sarana dan prasarana olahraga yang disediakan oleh pemerintah seperti bermain volley, basket, takrow, dan lain sebagainya, berbeda lagi di malam hari remaja tersebut datang bekunjung hanaya sekedar ngumpul dan bahkan ada juga yang mengerjakan tugas sekolahnya bersama teman-temannya. Selanjutnya penulis juga menggali informasi terkait kegiatan yang dilakukan  remaja pada saat berkunjung ke pantai tersebut.

Dari beberapa hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa pola interaksi Sosial pengunjung remaja di obyek wisata Pantai Seruni Kabupaten Bantaeng itu rata-rata hamper sama. Remaja yang datang ke wisata tersebut hanya sekedar berkumpul bersama menikmati suasana malam dan menikmati berbagai macam kuliner yang di sediakan di Pantai Seruni. Ada juga yang meluangkan waktunya untuk mengerjakan tugas sekolah  berolahraga khususnya remaja di kalangan pelajar  karana di sana juga merupakan kawasan sport center pemerintah meneyediakan berbagai macam sarana dan prasarana olahraga seperti lapanagan volley, basket, takrow, futsal, dan lain sebagainya. Selain itu menurut salah satu informan yaitu salah satu anggota Pol PP bahwa di sana banyak kejadian atau problema yang sangat tidak terpuji, masih banyak remaja yang ditemukan tengah berduaan bahkan sampai nekat melakukan hubungan layaknya suami istri, bahkan sudah ada empat pasang remaja yang telah di nikahkan karena kedapatan oleh petugas melakukan hubungan tersebut, selain itu di sana juga kerab terjadi perkelahian bahkan baru-baru ini  telah terjadi penikaman di sekitar pantai seruni.
Menurut salah satu informan yang bernama, Musdalifa (21 tahun), merupakan remaja yang juga sering berkunjung ke wisata Pantai Seruni. Mengatakan bahwa.
tren atau fashion sangat penting apalagi saat berada di luar rumah. Seperti berkumpul bersama teman-teman di tempat-tempat tertentu contohnya di Pantai Serunu, bahkan dengan adanya fashion ini sehingga kadang muncul adanya persaingan dalam gaya berpakain khususnya di kalangan perempuan” (wawancara, 29 Agustus 2019).


Sedangkan menurut pengunjung lain yang bernama Mifta (17 tahun) mengemukakan bahwa.
Fashion atau gaya berpakain memang penting dalam kehidupan sehari-hari terutama di kalangan remaja, bahkan dengan adanya fashion kita akan terlihat lebih cantik dan menarik, namun bagi saya fashion hanyalah sekedar gaya saja dan bukan untuk dijadikan bahan persaingan, karna kadang dengan adanya persaingan fashion dapat berujung pada permusuhan dan pertikaian dengan teman sendiri (Wawancara, 29 Agustus 2019).

Berikut wawancara yang di lakukan oleh ibu Uun (54 tahun), salah satu pemilik kafe yang ada di Pantai Seruni, adapun isi wawancaranya yaitu
salah satu teknik kami untuk menarik para pengunjung yaitu pelayan berdiri di depan café menawarkan menu-menu makanan yang kami jual, jadi setip pengunjung yang memarkir kendaraannya tepat di depan kafe kita itu sudah menjadi customer kita Namun biasanya ada pelayan yang curang atau melakukan persaingan yang tidak sehat, contohnya pengunjung sudah mau masuk ke kafe kita malah di tarik dan di suruh duduk di kursi cafenya (Wawancara, 30 juli 2019),

Dari beberapa hasil wawancara di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa ada beberapa persaingan yang dilakukan oleh pengunjung maupun pemilik dan pelayan café. Bagi pengunjung biasanya bersaing dengan gaya berpakaian atau fashion, sedangkan pemilik atau pelayan kafe biasanya bersaing masalah perdagangan, misalnya rebutan pembeli antara pemilik kafe yang satu dengan yang lainnya. Dari data tersebut dapat kita lihat adanya adanya proses disosiatif.  
b.      Dampak Interaksi Sosial Remaja di Objek Wisata Pantai Seruni Kabupaten Bantaeng.
Hubungan sosial selalu ada dalam masyarakat  dan hal tersebut merupakan hal penting dalam kehidupan bermasyarakat  hubungan sosial ada yang bersifat positif dan ada pula yang bersifat negatif . Berbicara masalah dampak interaksi sosial remaja di objek wisata Pantai Seruni di sini ada dua dampak yang akan kita bahas ada dampak posistif dan ada pula dampak negatifnya.
Adapun dampak positifnya yaitu wisata Pantai Seruni sangat berpotensi baik itu bagi anak-anak, remaja, maupun orang tua, karena di sana di sediakan berbagai macam fasilitas, ad ataman bermain untuk anak, sport center bagi remaja khususnya di kalangan pelajar, dan tempat jogging oleh orang yang sudah lanjut usia, berikut wawancara bersama pak Ali Imran Sekertaris dinas pariwisata Kabupaten Bantaeng:
Jadi berbicara masalah potensi di sini lebih spesifik ke wisata pantai khususnya di objek wisata pantai seruni karena merupakan destinasi baru, dan banyak fasilitas yang di sediakan mulai dari anak-anak, remaja sampai orang tua, kalau untuk anak-anak di sediakan taman bermain, untuk orang tua di sediakan lapangan untuk jogging atau senam, terkhusu kepada remaja di sediakan area sport center yaitu sarana dan prasarana olahraga seperti lapangan basket, volley, futsal, takrow, dan lain sebagainya, jadi para remaja tersebut dengan muda menyalurkan bakatnya dengan fasilitas yang di sediakan oleh pemerintah, selain untuk berolahraga remaja tersebut biasanya datang untuk menegerjakan tugas sekolah karana biasa kami dapati di sana banayak yang membawa laptop buku dan lain sebagainya, adapun permasalahan yang pernah terjadi di sekitar Pantai Seruni ialah penyerangan kelompok pemuda telah terjadi pengeroyokan di sekitar Pantai Seruni Bantaeng yang kejadiannya pada tahun 2017. Selain itu baru-baru ini juga terjadi  penikaman di sekitar Pantai Seruni, kejadiannya pada hari selasa 9 juli 2019 (Wawancara, 2 Agustus 2019).
Informan selanjutnya yaitu kepada salah satu pemilik kafe ibu Uun (54 tahun). Mengatakan bahwa.
Biasanya pengunjung remaja tersebut datang di kafe ini untuk berkumpul bersama teman-temannya, biasanya juga dari kalangan pelajar datang di kafe ini untuk menegerjakan tugas bersama teman-temannya, karena kadang saya perhatikan mereka membawa laptop dan buku (Wawancara, 30 juli)
Selanjutnya wawancara bersama salah satu pengunjung remaja sebut saja Mirna  (16 tahun) yang juga merupakan pengunjung Pantai Seruni. Mengetakan bahwa, ia datang ke wisata Pantai seruni biasanya bersama pacar atau temannya, tapi paling sering datang bersama pacarnya. Pengunjung ini sedikit berbeda dengan pengunjung yang lain. Katanya jika dia datang bersama teman-teman maka aktifitas yang dilakukannya hanya sekedar berkumpul saja menikmati kuliner yang ada di pantai tersebut. Tapi jika dia datang bersama pacarnya maka lain lagi aktifitasnya. Dia tidak duduk di café melainkan di tempat-tempat yang sepi dan gelap, seperti di taman bermain anak, karena kalau sudah larut malam di sekitar taman bermain tersebut sudah sepi. Dan bahkan dia pernah didapati oleh salah satu aparat satpol PP, Dan pasangan remaja itu di bubarkan setelah diberi peringatan atau teguran (Wawancara, 29 Agustus 2019)
Selanjutnya wawancara bersama aparat pemerintah petugas Satpol PP yang akrab disebut pak Sukardi adapun isi wawancaranya yaitu sebgai berikut.
Kalau kita berbicara masalah Pantai Seruni banyak problema-problema dan kejadian yang biasa kita temukan di sini, terutama remaja yang menyalagunakan tempat ini berpacaran sampai-sampai melakukan  hubungan, karena selama saya jaga di pantai ini sudah ada empat pasang remaja yang kita nikahkan karena kedapatan melakukan hubungan layaknya suami istri di sekitar pantai ini, ada yang kedapatan melakukan hal tersebut di malam hari bahkan pernah kita dapati remaja yang berhubungan pada jam sebelas siang, selain itu di sini juga sering terjadi perkelahian bahkan baru-baru ini kita dapati kasus penikaman (Wawancara 1 Agustus 2019).
Dari wawancara di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa dampak positif interaksi sosial remaja di objek wisata Pantai Seruni ialah, remaja berkunjung ke wisata Pantai Seruni ini dengan tujuan untuk berolahraga memanfaatkan sarana dan prasarana yang di sediakan oleh pemerintah untuk mengembangkan bakatnya, selain itu remaja juga biasanya datang bersama teman-temannya untuk mengerjakan tugas khususnya di kalangan pelajar. Di sisi lain juga ada beberapa dampak negatif interaksi sosial remaja di objek wisata Pantai Seruni tersebut, mengapa saya katakan demikian karena masih ada beberapa tindak kriminalitas yang biasa terjadi di obyek wisata Pantai Seruni ini dan itu dilakukan oleh remaja yang berkunjung ke tempat tersebut, seperti yang di jelaskan oleh salah satu anggota Satpol PP bapak Sukardi, beliau mengatakan bahwa, masih sering didapati remaja yang tengah berduaan bahkan sampe nekat melakukan hubungan layaknya suami istri bahkan sudah ada empat pasang remaja yang di nikahkan karena didapati melakukan hal tersebut, selain itu masih sering juga terjadi perkelahian, bahkan baru-baru ini terjadi penikaman di sekitar Pantai Seruni. Selain itu juga adanya pengakuan dari salah satu informan pengunjung remaja bahwa dia bersama pasangannya pernah didapati oleh salah satu anggota Satpol PP tengah berdua-duaan di tempat-tempat sepi, di sekitaran Pantai Seruni Kabupaten Bantaeng.
2.      Data Observasi
Model observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah participant observation, Observasi partisipan akan dilakukan sebagai berikut:
a.       Sebagai pengunjung
Peneliti akan berperan sebagai pengunjung di obyek wisata Pantai Seruni. Tujuannya agar peneliti bisa mendapatkan gambaran tentamg Pantai Seruni dari sudut pandang pengunjung, melalui model ini pula, peneliti akan berbaur dan berinteraksi dengan pengunjung yang berada di obyek wisata Pantai Seruni.
Saya berkunjung ke pantai tersebut pada tanggal 30 juli 2019. Di sana saya berperan sebagai pengunjung hanya satu kali saja, dari situ saya melihat adanya beberapa remaja yang berkumpul bersama teman-temannya, menceritakan pengalaman dan lain sebagainya. Pada saat berperan sebagai pengunjung saya berusaha mengakrapkan diri dengan para pengunjung lain dengan cara bergabung di kursi yang sama agar lebih mudah menggali informasi terkait pola interaksi remaja yang berkunjung ke tempat tersebut. Pengalaman yang menarik yang saya temui sewaktu saya berkunjung ke pantai tersebut adalah pada saat saya turun dari kendaraan, maka para pelayan kafe dengan antusias menawarkan menunya dan saling berebutan pengunjung (customer).
b.      Sebagai pelayan cafe
Di sini peneliti juga akan berperan sebagai pelayan cafe di salah satu cafe yang berada di obyek wisata Pantai Seruni, tujuannya agar mendapat informasi lebih dalam dari pemilik cafe terkait obyek wisata Pantai Seruni. Saya berperan sebagai pelayan kafe pada tanggal 29 juli 2019 di salah satu kafe yang bernama kafe Salemba Raja Sarabba’. Sewaktu saya berperan sebagai pelayan kafe saya melihat lebih banyak remaja yang berkunjung ke pantai tersebut di bandingkan anak-anak, dan orang tua. Pengalaman yang paling menarik. Sewaktu saya berperan sebagai pelayan banyak pengunjung remaja yang melontarkan kalimat-kalimat gombalan kepada kami seorang pelayan khususnya pengunjung laki-laki.          
c.       Sebagai pedagang
Begitupun dengan observasi ini, peneliti juga akan memainkan perannya sebagai pedagang. Dengan tujuan agar peneliti bisa dengan mudah berbaur dan mendapat informasi lebih dalam dari pedagang tersebut terkait objek wisata Pantai Seruni. Saya berperan sebagai pedagang pada tanggal 31 juli 2019. Di salah satu kios yang menjual asesoris dan mainan. Di sana saya melihat banyak remaja yang datang berkunjung untuk membeli asesoris seperti anting, ikat rambut, kalung dan lain sebagainya terutama pengunjung wanita. Pengalaman yang menarik yaitu pada saat melakukan transaksi terjadi tawar menawar harga barang antara penjual dan pembeli.






3.      Data Dokumentasi
Adapun data-data dokumentasinya anatara lain sebagai berikut:
a.       Data pengunjung obyek wisata Pantai Seruni Kabupaten Bantaeng tahun 2018.
No
BULAN
DEWASA
ANAK-ANAK
JUMLAH
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
JANUARI
FEBRUARI
MARET
APRIL
MEI
JUNI
JULI
AGUSTUS
SEPTEMBER
OKTOBER
NOVEMBER
DESEMBER
2,271
853
880
1,391
1,261
1,816
1,279
1,053
1,049
678
873
1,468
442
136
134
196
208
336
209
201
141
89
137
255
2,713
989
1,014
1,587
1,469
2,152
1,488
1,254
1,190
767
1,010
1,723

JUMLAH
14,872
2,483
17,356
                  (Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Bantaeng, 2018).








b.      Data jumlah kafe di obyek wisata Pantai Seruni Kabupaten Bantaeng.
NO
NAMA CAFE
NAMA PEMILIK
TAHUN BERDIRI
FASILITAS
MENU ANDALAN
KET.
MEJA
KURSI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
KAFE ABANG PRATAMA
KAFE SALEMBA
KAFE ANGING MAMMIRI
KAFE ANNHA
KAFE AQILA
KAFE AYLA
KAFE BANYUWANGI
KAFE BEAT
KAFE BISOT
KAFE BUTTA TOA
KAFE CAHAYA
CAFÉ CECE
CAFÉ COTO BANATAENG
KAFE DEVI
CAFÉ DG KANANG
KAFE ERWIN
KAFE FAHRI
KAFE FKKPI
KAFE PLAMBOYAN
KAFE HARLAN
KAFE HISTORY
KAFE IBNU
KAFE SALAD BUAH
KAFE JAY
KAFE KARTIKA
KAFE KASTA
KAFE KERATON
KAFE KHANSA
KAFE OLEH-OLEH
KAFE MAKNYAK
KAFE MR BOX
KAFE SIMPLE
KAFE ALYA KARAUKE
KAFE INDO’KU
KAFE NUR
RINI
IBU UUN
HASBIA
RASYID
NADA
SIRUA
ZAENI
ARHAM
IRSAN
NGITUN
CAHAYA
 RIVAL
H. JABBAR
HAYATI
KANANG
SAMSIA
RINI
AISYAH
HJ. SURIATI
HAERIL
ARDI
MARDIA
KARTINI
JAY
SARIFA
ASRIANI
AISYAH
RAHMI
HAYATI
SARI
ARDI
MOCI
SURIATI
HJ. NOVRITA
NURHAYATI

2018
2014
2010
2010
2016
2016
2016
2010
2015
2016
2015
2016
2016
2015
2015
2015
2015
2017
2015
2016
2017
2015
2010
2016
2010
2015
2010
2016
2015
2015
2016
2015
2016
2016
2010
6
5
7
7
7
5
6
6
6
5
6
7
4
6
5
5
5
5
8
5
11
5
6
6
5
6
6
6
12
6
8
10
11
10
5

24
20
35
20
24
20
20
30
24
20
24
24
20
24
20
20
24
22
16
20
43
20
32
24
24
24
30
18
48
24
32
28
24
50
23
JUS
SARA’BA’
GORENGAN
SALAD BUAH
JUS BUAH
JUS BUAH
GORENGAN
ANEKA JUS
ES KELAPA
BAKSO
BAKWANG
BURGER
COTO
JUS
SALAD BUAH
SARABBA
SOP UBI
GORENGAN
JUS
BAKSO
GORENGAN
GORENGAN
GORENGAN
SALAD BUAH
GORENGAN
PISANG EPE
GORENGAN
GORENGAN
BAKSO
CAPUCINO
JUS BUAH
COKLAT
SALAD BUAH
PALEKKO’
JUS
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKRIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF

JUMLAH


229
895


(Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Bantaeng, 2018)

c.       Data jumlah pedagang
Data jumlah pedagang diperoleh dengan cara turun ke lapangan, mendata setiap pedagang yang berdagang pada saat itu. Ditemukan beberapa pedagang yang menjual berbagai macam makanan, mainan, asesoris-asesoris  dan lain sebagainya. Adapun data jumlah pedagang yang penulis temukan yaitu 23 pedagang.




B.     Pembahasan
1.      Asosiatif
Asosiatif adalah bentuk keja sama yang bisa meningkatkan hubungan solidaritas sesama manusia, contohnya kerja sama dan akomodasi.
a.       Keja sama
Dalam penelitian ini ada bentuk kerja sama yang dilakukan, hal tersebut dapat diketahui dari wawancara yang dilakukan oleh beberapa informan. Adapun bentuk kerja samanya yaitu antara pengunjung remaja yang satu dengan pengunjung remaja yang lainnya. Dalam hal ini menjaga citra atau nama baik obyek wisata tersebut. Remaja yg datang berkunjung ke pantai tersebut tidak melakukan hal-hal yang tidak terpuji seperti contohnya tidak melakukan keributan-keributan yang dapat mengganggu pengunjung lainnya. Pengunjung tersebut hanya melakukanhal-hal positif saja seperti datang hanya sekedar berkumpul bersama, belajar bersama dan memanfaatkan berbagai sarana olahraga yang di sediakan.
b.      Akomodasi
Bentuk akomodasi yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu pada saat ada pengunjung yang sedang berkumpul mengerjakan tugas sekolah atau kampus, maka rombongan pengunjung lain tidak melakukan hal-hal yang dapat mengganggu pengunjung yang sedang mengerjakan tugas, seperti mengurangi bercanda yang berlebihan bersama teman, agar pengunjung yang lain tidak merasa terganggu (Pernyataan Informan).
2.      Disosiatif
Disosiatif adalah proses sosial yang dapat menyebabkan perpecahan dalam masyarakat. Adapun bentuk-bentuk disosiatif ada tiga yaitu, persaingan, dan kontravensi.
a.       Persaingan
Dalam penelitian ini peneliti juga mendapati adanya persaingan di dalamnya. Adapun bentuk persaingannya yaitu fashion atau gaya berpakain. Terutama di kalangan remaja seiring berkembangnya zaman tentunya akan selalu memicu adanya tren-tren baru yang dianggap eksis pada masa itu, misalnya dari segi berpenampilan atau gaya berpakain.
b.      Kontravensi
Adanya pengunjung yang datang dengan busana yang tidak sesuai misalnya pengunjung yang datang dari kampung, mereka tidak menempatkan fashion pada tempatnya, pakain yang seharusnya di pake ke pesta malah di pake ke Pantai Seruni, sehingga pengunjung tersebut menjadi pusat perhatian oleh pengunjung lain (Pernyataan informan)


c.       Pertikaian
Banyaknya kejadian-kejadian atau problema yang terjadi di sekitar Pantai Seruni Kabupaten Bantaeng. Seperti adanya kasus pengeroyokan yang pernah terjadi di sekitar Pantai Seruni. Selain itu baru-baru ini telah terjadi kasus penikaman, yang kejadiannya tepat pada hari selasa, 9 Juli 2019 (pernyataan aparat pemerintah Dinas Pariwisata Kabupaten Bantaeng dan salah satu anggota Satpol PP).





RIWAYAT HIDUP


Zulfia R. Dilahirkan di Jalan Bungung Barania Kabupaten Bantaeng pada tanggal 12 Desember 1998, dari pasangan Ayahanda Ruslan ABD Ganie. Dan Ibunda Hasbiah. Penulis duduk di bangku taman kanak-kanak pada tahun 2002 di TK Naimah Kabupaten Bantaeng, kemudian masuk sekolah dasar pada tahun 2003 di SDN 2 Lembang Cina Bantaeng dan tamat tahun 2009, tamat di MTS Maarif Tumbel Gani Bantaeng pada tahun 2012, tamat di SMAN 1 Binamu  Jeneponto pada tahun 2015, dan pada tahun yang sama (2015), penulis melanjutkan pendidikannya  pada Program Strata Satu (S1) Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar dan selesai tahun 2019.  




jangan ki' lupa komentar cika'......
www.lowongankerjababysitter.com www.lowongankerjapembanturumahtangga.com www.lowonganperawatlansia.com www.lowonganperawatlansia.com www.yayasanperawatlansia.com www.penyalurpembanturumahtanggaku.com www.bajubatikmodernku.com www.bestdaytradingstrategyy.com www.paketpernikahanmurahjakarta.com www.paketweddingorganizerjakarta.com www.undanganpernikahanunikmurah.com