Monday, 13 April 2015

objek dakwah

(https://era-m.us/media/2008/11/dakwah-e1489500688452.jpg)

KATA PENGANTAR


Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh dan salam sejahtera untuk kita semua, semoga apa yang kita lakukan pada kesempatan kali ini bernilai ibadah       disisi    Allah   swt.


Salawat dan salam kita kirimkan atas junjungan Nabi Muhammad saw yang telah membawa perubahan dari dunia kegelapan menjadi dunia yang terang bercahaya.


Makalah ini


yang disusun berdasarkan dalam mata Kuliah “Manajemen publik relation” dengan mengkaji berbagai jenis literatur yang terkait dengan pengkajian unsur dan objek dakwah,

Semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk kita semua, terutama kepada pemakalah. Namun pemakalah menyadari bahwa karya ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, olehnya itu, jika terdapat hal-hal yang dianggap kurang atau keliru dalam hal penulisan ataupun penyampaian lisan, maka penyusun makalah tidak menutup diri untuk menerima saran ataupun kritik yang sifatnya membangun untuk perbaikan tugas-tugas selanjutnya.
Akhirnya penyusun mengucapkan terima kasih
Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Bismillahirrahmanirrahim.

Makassar, 7 Juli 2012
Pemakalah,




awal alyuhian















DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………   i
KATA PENGANTAR …………………………………………………………….   ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………...   iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.  Latar belakang..................................................  1
1.2.   Rumusan masalah.......................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Objek Dakwah ............................   3
                2.2. Fungsi Dari Objek Dakwah............   3
2.3.pengertian unsur dakwah..............................   3
2.4.  Rumusan Unsur Dakwah................................  4
2.5. tujuan objek dan unsur dakwah...................................................   5

BAB III PENUTUP
                3.1 kesimpulan ............................ 8
                3.2 saran ................................  8
               
 DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang

Dakwah adalah bagian penting dalam islam, sehingga sering dikatakan bahwa islam adalah agama dakwah. Melalui dakwah itulah ajaran islam bisa tersebar luas ke seluruh penjuru dunia. Melalui dakwah pula, ajaran islam diamalkan para pemeluknya sehingga tercemin dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat . Itulah kenapa, di dalam iterature al-Qur’an sendiri banyak dalil-dalil yang berbicara dan mengatur tentang apa dan bagaimana berdakwah. Salah satu perintah Allah untuk berdakwah dalam Al-Quran ialah :
وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَأُوْلَـئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Yang artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung.”
Keberhasilan dakwah akan sangat bergantung kepada bagaimana da’I tersebut berdakwah. Tidak hanya penguasaan materi yang mumpuni, kemampuan dai dalam mengenal dan memahami ilmu dakwah pun sangat berpengaruh terhadap keberhasilan dakwah itu sendiri. Dalam makalah ini dijelaskan secara sederhana tentang Obyek atau Sasaran Dakwah.Semoga bisa bermanfaat untuk anda semua.

B.     Rumusan Masalah

1. Obyek Dakwah ?
2. Tujuan Objek Dakwah
3. Unsur-Unsur Dakwah
4. Tujuan Unsur-Unsur Dakwah



BAB II
PEMBAHASAN
A.        Pengertian Objek Dakwah

Ditinjau dari segi etimologi obyek Dakwah atau Mad’u مدعوadalah bahasa arab yang merupakan isim maful yang berasal dari fiil madi yaitu دعىmenyeruh, dalam Ensiklopedia Islam diartikan sebagai “ajakan kepada Islam[1][1], sedangkan menurut Wahidin saputra bahwa Mad’u ialah orang atau kelompok yang lazim disebut dengan jamaah yang sedang menuntut ajaran agama dari seorang da’i, baik itu Mad’u orang dekat atau jauh, Muslim atau non-muslim,laki-laki ataupun perempuan. Seorang da’i akan menjadikan mad’u sebagai objek bagi transformasi keilmuan yang dimilikinya.[2][2]maka dari sini penulis mencoba mendefeniskan kata مدعوyaitu  orang yang menjadi sasaran ajakan kepada islam yang hakiki.

B.     Objek Dakwah

Ada banyak Ulama yang menjelaskan tentang sasaran atau orang-orang yang perlu di dakwahi namun penulis mencoba mengambil beberapa pendapat yang di anggap penting dan utama dalam makala ini :
Menurut Muhamkmad Abu Fath Al-Bayanun Dakwah itu ditujukan untuk orang  kafir agar masuk islam, juga di tujukan kepada muslim untuk memperbaiki keislaman mereka serta meningkatkan keimanan mereka. Kalau orang-orang kafir di seru itu terdiri dari berbagai macam jenis dan modelnya, demikina juga objek dakwah dari kalangan muslimin pun bermacam-macam.
Al-Quran telah mengisyaratkan bahwa muslimin itu terbagi menjadi tiga macam. Allah ta’ala berfirman :
ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ
kemudian kami mewariskan kitab itu kepada orang-orang yang kami pilih di antara hamba-hamba kami. Maka di natara mereka sendiri dan dikalangan mereka pun ada orang yang sedang-sedang da nada pula di antara mereka yang lebi dulu berbuat kebaikan dengan izin Allah, yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.”[3][3]
Dari sini kita tahu, dalam konsep dakwah kelompok-kelompok ini tidak dapat diperlakukan sama, akan tetapi dakwa pada tiap-tiap kelopmpok ini modelnnya sangat tergantung pada keadaannya dan tanggapannya untuk menerima dan memegang teguh kebenaran.
Maka orang yang telah terlebi dahulu berbuat kebaikan di ajak untuk memperbanyak kebaikannya merealisasiakan ketakwaannya. Ini merupakan medan luas yang tiada habisnya sebagaimana firman Allah
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman !bertakwalah kalian kepada Allah dengan sebenar-benar ketakwaan. Dan janganlah kalian mati kecuali kalian dalam keadaan menyerahakan diri[4][4].”
Sebagaiman orang yang berbuat zalim itu di ajak untuk kembali dari kebodohan dan kedurhakaannya, untuk menghindari segala macam kemaksiatan, dan kembali berpegang teguh dengan perintah dan hukum Allah sebagai wujud taubat dari kezalimannya.
Sedangkan kelompok yang ketiga (yaitu orang yang sedang-sedang)di seru untuk berketetapan hati taat dan menjauhi kemaksiatan, sebagaimana diserukan untuk meningkatkan kondisinya mnejadi orang-orang yang bertakwa. Berlombah kepada kebaikan.
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Katakanlah hai Muhammad, Wahai hamba-hambaku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya Dialah yang maha pengampun lagi maha penyayang,”
Sebagaimana pula orang-orang muslim yang tersesat, yakni orang-orang yang terjebak dengan segala macam kesesatan akidah itu diseru dengan memperbaiki akidah-akidah mereka dan kembali dari kesesatannya, sebelum nantinya dilanjutkan dengan hukum-hukum pidana, sehingga akidah mereka benar dan segalah bentuk keraguan yang ada pada mereka akan sirna. Maka apabila merka suda berketetapan hati kepada kebenaran dan petunjuk, maka mereka termasuk salah satu dari tiga bagian tersebut diatas dan mendapatkan perlakuan sebagaimana kelompoknya.[5][5]
Sedangkan menurut Wahidin Saputra sasaran dakwah meliputi masyarakat dilihat dari berbagai segi :
1.      sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi sosiologis berupa masyarakat terasing pedesaan, kota besar dan kecil serta masyarakat di daerah marginal dari kota besar. 
2.      Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari sudut struktur kelembagaan berupa masyarakat, pemerintahan dan keluarga.
3.      Sasaran yang berupa kelompok dilihat dari segi social kultural berupa golongan priyayi, abangan dan santri. Klasifikasi terletak dalam masyarakat jawa.
4.      Sasaran yang berhubungan dengan masyarakat dilihat dari segi tingkat usia, berupa dorongan anak-anak, remaja, dan orang tua.
5.      Sasaran yang berhubungan dengan golongan masyarakat dilihat dari segi okupasional (profesi atau pekerjaan ) berupa golongan petani, pedagang, seniman, buruh, pegawai, negeri.
6.      Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi tingkat hidup social ekonomi berupa golongan orang kaya, menengah, dan miskin.
7.      Sasaran yang menyangkut kelompok  masyarakat dilihat dari jenis kelamin berupa golongan pria dan Wanita.
8.      Sasaran yang berubungan dengan golongan dilihat dari segi khusus berupa golongan masyarakat tuna susila, tuna wisma, tuna karya, narapidana.
Made’u adalah objek dakwah bagi seorang da’i yang bersifat individual, kolektif, atau masyarakat umum. Masyarakat sebagai objek dakwah atau sasaran dakwah merupakan salah satu unsur yang penting dalam sistem dakwah yang tidak kalah peranannya dibandingkan dengan unsur unsur dakwah yang lain oleh sebab itu masalah masyarakat ini seharusnya di pelajari dengan sebaik-baiknya sebelum melangkah ke aktivitas dakwah yang sebenarnya. Maka dari itu sebagai bekal dakwah dari seorang da’i atau muballig hendaknya memperlengkapi dirinya dengan beberapa pengetahuan dan pengalaman yang erat hubungannya dengan masalah masyarakat.[6][6]
Para Da'i tidak cukup hanya mengetahui objek dakwah secara umum dan secara khusus tersebut, tetapi yang lebih penting lagi yang harus diketahui adalah hakikat objek dakwah atau sasaran dakwah itu sendiri.Adapun hakikat objek dakwah adalah seluruh dimensi problematika hidup objek dakwah, baik problem yang berhubungan dengan aqidah, ibadah, akhlaq, mu'amalah, pendidikan, sosial, ekonomi, politik, budaya, dll.[7][7] 







C.    Unsur-unsur Dakwah
            Dengan merujuk kepada surat al-Nahl ayat 125 sebagaimana disebutkan dalam ayat itu, yaitu :”serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik. Sesungguhnya Tuhan-mu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang yang mendapat petunjuk”, dapat dirumuskan unsur-unsur dakwah[1] yaitu :
1.        Da’i
Da’i adalah setiap orang yang hendak menyampaikan, mengajak orang ke jalan Allah[2]. Setiap orang yang menjalankan aktifitas dakwah, hendaknya memilih kepribadian yang baik sebagai seorang da’i, menurut Prof. DR. Hamka “ jayanya atau suksesnya suatu dakwah memang sangat bergantung kepada pribadi atau pembawa dakwah itu sendiri, yang sekarang lebih populer disebut da’i”. kepribadian disini meliputi kepribadian yang bersifat jasmanai dan rohani meliputi :
2.        Sikap Seorang Da’i
·         Berakhlak mulia
Berbudi pekerti yang baik (akhlaqul karimah) sangat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang da’I . Bahkan prof. DR. hamka pernah mengatakan bahwa “alat dakwah yang sangat utama ialah akhlak”.
Hing ngarsa asung tuladha, hing madya mangun karsa, tutwuri handayani.
Pendapat Ki Hajar Dewantoro Bapak Pendidikan Indonesia itu harus pula dimiliki seorang da’I.Hing ngarsa asung tuladha; artinya seorang Da’i yang merupakan orang terkemuka di tengah-tengah masyarakat haruslah dapat menjadi tauladan yang baik bagi masyarakat. Hing madya mangun karsa; artinya bila di tengah-tengah massa, hendaknya dapat memberikan semangat, agar mereka senantiasa mengerjakan, mengikuti segala ajakannya. Selanjutnya tutwuri handayani; artinya bila bertempat di belakang, mengikutinya, dengan memberi bimbingan-bimbingan agar lebih meningkatkan amalannya.


·         Disiplin dan bijakasana
Disiplin dalam artian luas sangat diperlukan oleh seorang da’I dalam mengemban tugasnya sebagai muballigh.Begitupun bijaksana dalam menjalankan tugasnya sangat berperan di dalam mencapai keberhasilan dakwah.
·         Wira’i dan berwibawa
Sikap yang wira’I menjauhkan perbuatan-perbuatan yang kurang berguna dan mengindahkan amal shaleh, salah satu hal yang dapat menimbulkan kewibawaan seorang da’i.sebab kewibawaan merupakan faktor yang mempengaruhi seseorang akan percaya menerima ajakannya.
·         Tanggung jawab
Tanggung jawab merupakan hal penting yang harus dimiliki seorang da’I, tanggung jawab disini maksudnya pesan yang disampaikan da’I tersbut dapat di uji kebenarannya.
·         Berpandangan luas
Seorang da’I dalam menentukan starategi dakwahnya sangat memerlukan pandangan yang jauh, tidak fanatik terhadap satu golongan saja dan waspada dalam menjalankan tugasnya.
·         Berpengetahuan Yang Cukup.
Beberapa pengetahuan, kecakapan, keterampilan tentang dakwah sangat menentukan corak strategi dakwah.Seorang da’I dalam kepribadiannya harus pula dilengkapi dengan ilmu pengetahuan, agar pekerjaannya mencapai hasil yang efektif dan efisien.
3.        Pesan
Pesan dakwah ini dalam al-Qur’an diungkapkan beraneka ragam yang menunjukan fungsi kandungan ajaran-Nya, melalui penyampaian pesan-pesan Islam, manusia akan dibebaskan dari segala macam bentuk kehkufuran dan kemusrikan. Inti agama Islam yang telah disepakati oleh para ulama, sarjana, dan pemeluknya sendiri adalah tauhid[4].  Sehingga sering dikatakan bahwa agama Islam adalah agama tauhid. Dan yang membedakan Islam dengan agama lainnya adalah monoteisme atau tauhid yang murni, yang tidak dapat dicampuri segala bentuk syirik[5]. Dan inilah yang melebihkan agama Islam diatas agama lain.

4.        Uslub/Metode
Secara etimologi, istilah metode berasal dari bahasa yunani, yakni dari kata “metodos” yang berarti cara atau jalan. Sedangkan pengertian menurut terminologi adalah suatu cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan dengan hasil yang efektif dan efisien. Dengan demikian metode dakwah dapat diartikan sebagai suatu cara atau jalan yang ditempuh/ diterapkan oleh seorang da’I  dalam menjalankan aktivitas dakwahnya agar tercapai apa yang menjadi tujuan dakwahnya dengan efektif dan efisien.
5.        Media
Jika metode merupakan mesian dan pengemudi dari sebuah kendaraan dalam perjalanan dakwah menuju suatu tujuan yang ditetapkan, maka media merupakan kendaraan itu sendiri, tanpa instrument yang dimiliki oleh da’I, perjalanan dakwah tidak akan berjalan.
Instrumen yang berfungsi sebagai media itu, dalam diri da’I adalah seluruh dirinya sendiri. Sedangkan yang diluar diri da’I adalah media cetak, elektronik , dan benda lainnya.

6.        Mad’u
Salah satu unsur dakwah yangf satu lagi adalah mad’u, apabila hubungan baik terjalin antara da’I dan mad’u semakin meningkat.Kedekatan hubungan ini boleh terjadi secara alamiah terbentuknya karena bertemunya kedua unsur yang saling membutuhkan dan saling mendukung, tapi bisa juga dari hasil buah kerja dakwah yang efektif.
Hubungan baik antara da’I dan mad’u bisa menimbulkan mad’u yang secara penih mengerti akan pesan yang disampikan oelh da’I, ini menunjukan suatu terjalinya hubungan yang baik.           




















BAB III
PENUTUP
E.     Kesimpulan

Uraian-uraian diatas memberikan kita kejelasan bahwa dalam melaksanakan atau mengemban tugas yang mulia ini tidaklah semudah yang kita bayangkan agar dakwah secara maksimal tercapai.

Terdapat lima unsur dakwah yang harus dipenuhi yaitu : da’I, pesan, metode, media, dan mad’u. unsur itu jarus dipenuhi karena untuk tercapainya dakwah yang diharapkan oleh kita menjadi tercapai

Dari penjelasan di atas maka penulis dapat simpulkan mad’u adalah isim maful yang bentuk fiil madhinya adalah yang artinya menyeruh, memanggil, mengajak.
dapat dipahami bahwa objek dakwah atau sasaran dakwah secara umum adalah seluruh manusia, dan objek dakwah secara khusus dapat ditinjau dari berbagai aspek. Secara khusus sebagai berikut :
  1. Aspek usia : anak-anak, remaja dan orang tua
  2. Aspek kelamin : Laki-laki dan Perempuan
  3. Aspek agama : Islam dan kafir atau non muslim
  4. Aspek sosiologis : masyarakat terasing, pedesaan, kota keci dan kota besar, serta masyarakat marjinal dari kota besar
  5. Aspek struktur kelembagaan : Priyayi, abangan dan santri
Masyarakat sebagai objek dakwah atau sasaran dakwah merupakan salah satu unsur yang penting dalam sistem dakwah yang tidak kalah peranannya dibandingkan dengan unsur unsur dakwah yang lain, oleh sebab itu masalah masyarakat ini seharusnya di pelajari dengan sebaik-baiknya sebelum melangkah ke aktivitas dakwah yang sebenarnya agar dakwah yang kita sampaikan labi terarah dan mengenah ketujuan dakwa



[1][1] Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam (Jakarta: Djambatan, 1992) 208
[2][2] Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah,jilid 1(jakarta: raja grafindo persada, 2011) hal. 279.
[3][3] QS. Fathir: 32
[4][4] QS. Ali Imran: 102
[5][5] Muhammad Abu Fath Al-Bayanun, Nasihat untuk para Da’I, cet 1(Surakarta: indiva pustaka, 2008) hal.88-90
[6][6] Wahidin saputra, retorika monologika: kiat dan tips praktis menjadi muballig,(bogor: titian nusa press, 2010), hlm.5-6.
[7][7]Wardi Bachtiar, Metode Penelitian Ilmu Dakwah,( Jakarta: Logos, 1997), h. 35

www.lowongankerjababysitter.com www.lowongankerjapembanturumahtangga.com www.lowonganperawatlansia.com www.lowonganperawatlansia.com www.yayasanperawatlansia.com www.penyalurpembanturumahtanggaku.com www.bajubatikmodernku.com www.bestdaytradingstrategyy.com www.paketpernikahanmurahjakarta.com www.paketweddingorganizerjakarta.com www.undanganpernikahanunikmurah.com