AKHLAK
1.
Pengertian akhlak
Akhlak secara bahasa berasal dari kata khalaqa, yang kata
asalnya khuluqun, yang berarti: perangai,tabiat, adat atau khalqun yang berarti
kejadian, buatan, ciptaan. Jadi secara etimologi akhlak itu berarti perangai,
adat, tabiat, atau sistem perilaku yang dibuat. Akhlah adalah sifat-sifat dan
perangai yang diumpamakan pada manusia sebagai gambaran batin yang bersifat
maknawi dan rohani.
Menurut istilah,
akhlak adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan dengan mudah dan
spontan tanpa dipikir dan direnung lagi. Dengan demikian akhlak pada hakikatnya
adalah sikap yang melekat pada diri mausia, sehingga manusia dapat
melakuakannnya tanpa berfikir (spontan).
Didalam khazanah pemikiran tasawuf terdapat ungkapan “al-akhlaq bidayah at-tashawwuf wa
at-tashawwuf nihayah al-akhlaq”, yakni akhlak adalah permulaan tasawuf, dan
tasawuf adalah tujuan akhir atau puncak dari akhlak.
2.
Aplikasi akhlak
dalam kehidupan
A.
Akhlak terhadap
Allah
Akhlak terhadap Allah merupakan pondasi atau dasar dalam
berakhlak terhadap siapapun yang ada di muka bumi ini. Jika seseorang tidak
memiliki akhlak positif terhadap Allah, maka ia tidak akan mungkin memiliki
akhlak positif terhadap siapapun.
Akhlak terhadap Allah SWT, yaitu:
a)
Taat
terhadap perintahNya.
Taat adalah patuh kepada segala perintahNya dan menjauhi
segala laranganNya. Allah yang telah memberikan segala-galanya pada diri kita,
makanya kita wajib menaatiNya. Allah berfirman (QS. 4 : 65):
“Maka demi Rab-mu, mereka pada
hakekatnya tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang
mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka
terhadap keputusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.”
b)
Beriman
Beriman adalah
meyakini wujud dan kekuasaan Allah serta meyakini apa yang difirmankanNya.
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ
عَلَىٰ رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي أَنزَلَ مِن قَبْلُ ۚ وَمَن يَكْفُرْ بِاللَّهِ
وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَقَدْ ضَلَّ
ضَلَالًا بَعِيدًا
“Wahai orang yang beriman; berimanlah kamu kepada Allah, Rasul-Nya (Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam ), kitab yang diturunkan kepada Rasul-Nya dan kitab yang telah diturunkan sebelumnya. Barangsiapa kafir (tidak beriman) kepada Allah, malaikat-Nya. kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan Hari Akhirat, maka sesungguhnya orang itu sagat jauh tersesat.”(An Nisaa’ (4): 136)
c)
Ikhlas
Iklas adalah
semata-mata mengharap ridha Allah. Jadi segala apa yang kita lakukan itu
semata-mata hanya mengharap ridha Allah SWT.
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda:
"sungguh mempesona perkara orang beriman, karena segala
urusannya adalah dipandang baik bagi dirinya. Jika ia mendapatkan kebaikan, ia
bersyukur, karena ia tahu bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi
dirinya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena ia tahu bahwa hal
tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya". (HR. Bukhari)
d)
Bersyukur
Syukur yaitu memuji
sang pemberi nikmat atas kebaikan yang telah dilakukannya. Syukurnya seorang hamba
berkisar atas tiga hal (mengakui nikmat dalam batin, membicaraknnya secara
lahir, dan menjadikannya sebagai sarana taat kepada Allah), yang jika ketiganya
tidak berkumpul maka tidaklah dinamakan syukur.
e)
Taubat
Taubat berarti kembali, yaitu kembali dari sesuatu yang
buruk ke sesuatu yang baik.
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat
dan orang-orang yang menyucikan diri" (al-Baqarah,2:222)
Dalam Al-qur’an Allah berfirman (QS. 3 : 135):
"Dan juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan
keji atau menganiaya diri mereka sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon
ampun terhadap dosa-dosa mereka. Dan siapakah yang dapat mengampuni dosa selain
Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu sedang mereka
mengetahui."
f)
Banyak
membaca al-qur’an
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW mengatakan kepada kita:
"Bacalah Al-Qur’an, karena sesungguhnya Al-Qur’an
itu dapat memberikan syafaat di hari kiamat kepada para pembacanya." (HR.
Muslim)
Toto suryana (1996: 148)
mengemukakan perilaku kepada Allah sebagai berikut:
a)
Syukur
Syukur mengungkapkan rasa syukur kepada Allah atas nikmat
yang telah diberikanNya.
b)
Bertasbih
Bertasbih adalah
mensucikan Allah dengan ucapan seperti memperbanyak mengucapkan “subhanallah”
dan menjauhkan perilaku yang dapat mengotori nama Allah Yang Maha Suci.
c)
Istighfar
Istighfar yaitu
meminta ampun kepada Allah atas segala dosa yang pernah dibuat dengan ucapan “astaghfirullah
alaadzim”, sedangkan istighfar melalui perbuatan dilakukan dengan cara tidak
mengulangi dosa atau kesalahan yang tlah dilakukan.
d)
Takbir
Takbir
yaitu mengagungkan Allah dengan membaca Allahu Akbar.
e)
Do’a
Do’a yaitu meminta
kepada Allah apa yang diinginkan dengan cara yang baik sebagaimana yang
dicontohkan oleh Rasulullah.
Menurut kahar
mansyur dalam bukunya yang berjudul “Membina Moral dan Akhlak” bahwa akhlak
terhadap Allah, itu antara lain :
a.
Cinta
dan ikhlas kepada Allah SWT.
b.
Berbaik
sangka kepada Allah SWT.
c.
Rela
terhadap qadar dan qada (takdir baik dan buruk) dari Allah SWT.
d.
Bersyukur
atas nikmat Allah SWT.
e.
Bertawakal/berserah
diri kepada Allah SWT.
f.
Senantiasa
mengingat Allah SWT.
g.
Memikirkan
keindahan ciptaan Allah SWT.
h.
Melaksanakan
apa-apa yang di perintahkan Allah SWT.
B.
Akhlak terhadap diri sendiri
Robert C. Solomon mengatakan bahwa etika meliputi hidup
baik, menjadi orang yang baik berbuat baik, menginginkan hal-hal yang baik
dalam hidup ini. Pengertian etika yang paling tentang diri adalah diri sebagai
pelaku, pelaku tindakan. Diri sebagai pelaku di bedakan, misalnya dengan diri
sebagai “yang mengetahui”. Para pelaku bertanggung jawab atas tindakannya, para
pengamat semata-mata mencatat apa saja yang mereka lakukan.
Contoh
yang di ambilkan dari ayat-ayat Allah dalam al-quran sebagai berikut :
1)
Sabar
Kesabaran tidak bisa di paksakan begitu saja dalam pribadi
seseorang, melainkan ada beberapa factor :
a)
Keberanian
: seseorang dapat bersabar terhadap sesuatu jika dalam jiwanya ada keberanian.
b)
Kekuatan
: seseorang dapat bersabar terhadap segala sesuatu jika dalam dirinya tersimpan
sejumlah kekuatan.
c)
Kesadaran
dan pengetahuan : kesadaran adalah sumber kesabaran. Jika seseorang tahu dan
sadar akan manfaat suatu pekerjaan bahwa dia dapat bersabar dalam
mengerjakannya.
2)
Syukur
Menurut Muslim Nurdin syukur adalah sikap dan prilaku yang
menunjukkan penerimaan terhadap suatu pemberian dalam bentuk pemanfaatan dan
penggunaan yang sesuai dengan kehendak pemberinya. Syukur kepada Allah dapat di
ungkapkan melalui dua cara, ucapan dan perbuatan. Orang yang tidak mensyukuri
nikmat Allah di sebut kufur. Orang yang kufur terhadap nikmat adalah orang
sombong, merasa dirinya besar dan berkuasa.
3)
Tawadhu’
(rendah hati)
Seseorang yang menilai posisi kedudukannya dengan realitas
selalu terhadap orang lain. Selalu menyukai nilai-nilai baik yang ada pada
orang lain dan menerima kebenaran. Dia tidak pernah sombong.
4)
Benar
Sikap benar adalah salah satu fadhilah yang menentukan
status dan kemajuan perseorangan dan masyarakat. Menegakakn prinsip kebenaran
adalah salah satu sendi kemaslahatan dalam hubungan antarta satu golongan engan
yang lainnya.
5)
Amanah
Amanah artinya kesetiaan, ketulusan, dan kepercayaan. Yang
di maksud dengan amanah disini adalah suatu sifat adalah suatu sikap pribadi
yang setia, tulus hati dalam melakanakan ssuatu yang di percayakan kepadanya
berupa harta benda, rahasia, maupun tugas dan kewajiban.
C.
Akhlak kepada keluarga
1)
Berbakti
kepada ibu dan bapak
Ibu dan bapak adalah perantara seorang anak lahir kedunia,
kemudian ibu dan bapak merawat dan mendidiknya sampai dewasa dan mandiri.
Karena itu islam mewajibkan anak berbakti kepada ibu dan bapak.
2)
Adil
terhadap saudara
Sifat dan sikap adil ada dua macam. Adil yang berhubungan
dengan perseorangan dan adil yang berhubungan dengan kemasyarakatan dan
pemerintahan. Adil yang berhubungan dengan perseorangan ialah tidakan yang
memberikan hak kepada yang mempunyai hak. Sedangakan adil dalam segi
kemasyarakatan dan pemerintahan, misalnya tindakan hakim yang menghukum
orang-orang jahat sepanjang neraca keadilan. Pemerintahan di pandang adil jika
mengusahakan kemakmuran rakyat secara merata.
3)
Mendidik
anak
Anak adalah amanah yang harus dirawat, di pelihara, dan
dididik dengan penuh kasih sayang. Mendidik anak adalah kewajiban orang tua
yang paling utama yang meliputi pendidikan fisik dan rohani.
0 komentar:
Post a Comment