Sunday, 18 November 2018

KAJIAN SOSIAL POLITIK DAN KEAGAMAAN


REFIW JURNAL



A.    Identitas jurnal (judul, penulis, penerbit, tahun terbit)



·         Judul
·         Aksi bela Islam, konservatisme  dan fragmentasi  otoritas keagamaan
·         Aksi bela islam akankah mengubah  lanskap Muslim Indonesia
·         Aksi bela islam populisme konservatif  dan kekuasaan oligarki
·         Ekonomi politik, aksi bela Islam, ruang public dan dilema Negara hokum demokratis.
·         Penulis
·         Ahmad Najib Buharni
·         Muhammad Iqbal  Ahnaf
·         Airlangga Pribadi kuswa
·         Risky Alif Alfian
·         Fiqh Verdian  Alia Ali
·         Penerbit
·          
·         Edisi tahun terbit
·         Terbit perdana juni 2003 (jurnal maarif) terbit dua kali setahun yaitu  (juni dan desember)






















B.     Ringkasan gagasan utama artikel

Diamini oleh hampir semua prganisasi baik secara individu maupun organisasi di luar tuntutan politis untuk segera menghukum  Ahok  yang diduga menistakan agama (penjarakan ahok) aksi damai ini biasa di lihat dari beberapa perspektif diantaranya adalah dari budaya  popular. Artikel ini akan melihat aksi bela Islam 411 dan  212 dari perspektif budaya popular tidak sedikit pengamat dan akademisi yang cenderung melihat demonstrasi jutaan muslim ini sebagai puncak dari merabaknya konservatisme di Indonesia, bahkan sebagian besar lain menganggap bahwa pengaruh idiologi salafisme dan islamisme sudah sedemikian menyebar luas dinegara yang di kenal santun dan toleran. Ditengah maraknya islamisasi Indonesia dan juga penetrasi islam trans nasional, islam perkotaan mulai menjamur dan menampakan eksistensinya secara umum biasa ditengarai bahwa aksi bela islam hingga III lebih banyak diwarnai oleh kelompok muslim perkotaan. Sejak awal 1980 an islamisasi sudah mulai marak dan berkembang depolitasi islam sejak 1970 an telah mendorong muslim Indonesia untuk lebih mengedepankan kesalehan pribadi daripada aktif ditanah politik. Sejak itulah gugus muslim perkotaan yang jauh dari binger-bingar politik mulai terbentuk proses re-islamisasi. Mulai menyeru masuk Indonesia tahun 1980 an ketika Saudi Arabia melalui rabithah alam islam (RAI).
Euforia revormasi telah membuka katuk-katuk demokratisasi. Ditanah politik menjamurnya partai islam pada pemilu 1999 hingga 2009 telah membuktikan kerinduan mendalam ummat islam akan politik. Organisasi-organisasi social  keagamaan juga tumbuh dan berkembang seiring dengan keinginan ummat islam untuk dapat terlibat dalam pembentukan kembali Negara bangsa Indonesia ditengah euforia demokratisasi. Ditengah maraknya islamisasi ini, kontestasi dan dinamika islam juga terus bergerak seiring dengan maraknya penggunaan internet dan media social. Penulis meyakini bahwa gugus muslim perkotaan terus mengalami dinamika yang diperebutkan oleh banyak kutub-kutub islam. Bahkan, ketaatan beragama dan kesalehan social menjadi ikon yang diperebutkan dan bahkan dikomersialkan. Globalisai dan modernisasi sebagai media transformasi social dan budaya telah merubah perilaku keagamaan masyarakat perkotaan secara dramatis hingga terguncangnya identitas keagamaan mereka.
Seiring dengan merebaknya dakwah Salafisme, literalisme yang merupakan salah satu karakter utamanya menjadi tantangan baru Islam Indonesia. Cara pandang bahwa interpretasi agama yang monolitik inilah yang sedang "mewabah" dalam masyarakat Islam Indonesia sebagaimana beberapa kasus radikalisme dan ekstremisme telah terjadi. Dikuatirkan, wabah konservatisme dan literalisme akan terus menggerogoti identitas Islam Indonesia karena sudah nyata pengaruhnya di beberapa lembaga agama negara seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI). Namun demikian, pada masyarakat modern seperti saat ini, perbedaan (diferensiasi) tetap merupakan tanda yang paling signifikan,8 termasuk dalam hal beragama. Dengan kata lain bahwa identitas Muslim khususnya perkotaan tetap sangat beragam
Aksi Damai 411 dan 212 memang merupakan sebuah fenomena yang
spektakuler. Sudah bisa dipastikan bahwa peserta aksi yang mencapai jutaan orang itu terdiri dari berbagai kelompok dan elemen masyarakat. Front Pembela Islam (FPI) yang semula sering dijuluki oleh sebagian orang sebagai organisasi 'preman berjubah' karena perilaku anarkisnya sontak menjadi heroik dan dikagumi banyak pihak.10 Tidak mengherankan bila Habieb Rizieq yang selama ini dikenal sebagai tokoh agama "pinggiran" tiba-tiba menjadi tokoh agama sentral. Bahkan akhir-akhir ini beberapa tokoh agama mengangkatnya sebagai ulama dan bahkan imam besar umat Islam.11 Penulis melihat bahwa kasus ini bukan siapa yang mengusung isu (Habieb Rizieq), tapi lebih pada isu yang diusungnya itu telah menyentuh dan bahkan menantang identitas Muslim (penistaan agama).

Sejauh penulis amati dari aksi damai itu, ada beberapa hal menarik untuk dilihat dan dipelajari.
1.      tidak sedikit peserta aksi damai itu yang tidak memahami substansi permasalahan. Didorong oleh dugaan penistaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagaimana didakwakan oleh MUI lewat "Pendapat dan Sikap Keagamaan MUI" (bukan fatwa) serta Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI (GNPF MUI) ribuan bahkan mungkin jutaan umat Islam berbondong-bondong datang ke Jakarta. Memang bisa dipahami bahwa mayoritas peserta aksi tidak mempunyai kapasitas keagamaan yang memadai untuk mengatakan penyataan Ahok itu menistakan atau tidak. Partisipasi demikian banyak Muslim dalam aksi damai, menurut penulis, lebih banyak dipengaruhi sentimen agama. Agama itu masalah yang sangat prinsip dan bahkan sakral dalam kehidupan seseorang
2.      walaupun tidak sedikit organisasi sosial keagamaan yang terlibat dalam aksi, namun hanya beberapa organisasi Islam moderat yang secara resmi mendukung aksi tersebut. Sejauh penulis menengarai, Muhammadiyah dan NU tidak mendukung aksi tersebut secara resmi, bahkan cenderung tidak setuju dan melarang anggotanya membawa atribut organisasi,12 walaupun banyak tokoh maupun anggota organisasi-organisasi besar Islam tersebut yang terlibat dalam aksi. Dengan kata lain bahwa pro-kontra seputar aksi damai 212 juga cukup signifikan. Hal ini menyiratkan bahwa organisasi-organisasi Islam tersebut lebih meyakini mekanisme demokrasi yang lain untuk menyampaikan aspirasi mereka untuk tetap memproses kasus hukum Ahok. Berbeda dengan Muhammadiyah dan NU, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang sekaligus organisasi dakwah ini secara resmi mendukung Aksi Bela Islam jilid III (212)
      dan juga agenda GNPF MUI untuk mengusut kasusAhok  hingga tuntas
3.       Ketiga, aksi damai 411 dan 212 diikuti oleh beberapa ustaz seleb seperti Abdullah Gymnastiar, Yusuf Mansur, Subkhi Al-Bughury, dan Felix Siauw. Sebagai ustaz yang sedang popular di masyarakat khususnya kelas menengah, mereka mempunyai potensi besar untuk mempengaruhi massa khususnya untuk terlibat dalam aksi damai jilid II dan III itu. Di lain pihak, secara umum Muslim Indonesia kelas menengah sangat dekat dengan figur-figur ustaz seleb di atas. Keterlibatan beberapa ustaz popular tersebut secara langsung merupakan magnet bagi Muslim menengah untuk datang dan berpartisipasi di event yang sangat fenomenal tersebut, sekaligus bergabung bersama ustaz tokoh figur mereka. Selfie-selfie sesama peserta atau bersama dengan ustaz juga menegaskan fenomena budaya popular dalam Aksi Bela Islam tersebut dilakukan secara santai dan penuh kegembiraan.
4.      Keempat, tidak sedikit saksi dan reportase yang menengarai bahwa aksi damai 212 mirip sebagai festival milik umat Islam atau lebih tepat disebut sebagai sebuah selebrasi. Di tengah kekecewaan sebagian umat Islam terhadap politik yang dimainkan Presiden Jokowi yang cenderung ke kiri, umat Islam mendapatkan momentumnya untuk bersatu bersama mengekspresikan aspirasi mereka dalam bentuk aksi damai. Ini juga bisa dianggap sebagai sebuah selebrasi kemenangan umat Islam.
C.    Kelebihan artikel
Artikel ini sangat menarik dikaji untuk membangkitkan kesadaran ummat bahwa persatuan adalah keniscayaan siapapun yang terlibat didalamnya pasti punya kesan dan kenangan khusus. jika mengamati telaah kalangan seluler terhadap peristiwa aksi bela islam baik 411, 412, dan 112, termasuk kegiatan-kegiatan pengiringnya, kita akan mendapati setidaknya dua landasan, landasan pertama yaitu paradigm structural fungsional seperti dalam tulisan Charle J Caplin dan Hew Wei Wang paradigm ini berangkat dari pandangan ilmu social modern yang memandang masyarakat dengan ideology tindakan politik dan tindakan sosialnya secara ejensialis (tetap) yang memiliki fungsi-fungsi tertentu dalam struktur makro (dalam konteks ini, Negara)
Landasan yang kedua adalah paradigm posmarxis seperti terlihat dalam tulisan vedi R paradigma ini berangkat dari pandangan ilmu social pasmodern yang menganggap masyarakat sebagai kumpulan individu kontingen (bias ada bias tidak) sehingga tidak memiliki esensi yang ajeg peristiwa kemasyarakatan dalam paradigm ini adalah sebuah tindakan yang tidak bermakna tunggal lesensialais bahkan tidak bermakna sama sekali ia dianggap tidak bermakna karena ada daya tertentu mengitarinya sehingga menjadi sebuah populisme.
 Globalisasi dan modernisasi sebagai media tranformasi dan budaya secara global mengarahkan masyarakat modern untuk beragama secara eletrik dan bahkan hyborid di tengah memudarnya ikatan-ikatan islam tradisional pengaruh islam global dan transnasional semakin menguat forum-forum majelis taklim sudah digantikan dengan group-group online di media social perilaku ini tentunya membawa dampak negative bagi para majelis taklim karena tidak lagi melakukan pertemuan langsung atau bersilaturahmi seacara langsung karena telah ada yg namanya group online, namun disisi lain juga membawa pengaruh positif yaitu para majelis taklim dapat mengirim pesan pesan keagamaan lewat group atau social medianya saja tampa mengadakan pertemuan langsung oleh para majelis, mungkin itu salah satu kelebihan yang dibahas dalam artikel ini.
D.    Kekurangan dari artikel
Kekurangan dari artikel tersebut menurut saya yaitu terlalu banyak mengandung kalimat atau kata yg terlalu tinggi sehingga cukup sulit bagi sipembacanya untuk memahami artikel tersebut, seperti salah satu contohnya yaitu, kata penerasi, tengarai, binger-bingar, elektik, hyborid, dan adapula kalimat yg tidak ditemukan oleh kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) yaitu kata (tengarai).




0 komentar:

Post a Comment

www.lowongankerjababysitter.com www.lowongankerjapembanturumahtangga.com www.lowonganperawatlansia.com www.lowonganperawatlansia.com www.yayasanperawatlansia.com www.penyalurpembanturumahtanggaku.com www.bajubatikmodernku.com www.bestdaytradingstrategyy.com www.paketpernikahanmurahjakarta.com www.paketweddingorganizerjakarta.com www.undanganpernikahanunikmurah.com