Tuesday 8 January 2019

mata kuliah grafika dan sejarah singkat grafika di indonesia

Deskripsi Mata Kuliah Grafika I


Mata kuliah Grafika adalah mata kuliah pengetahuan desain tentang sejarah perkembangan cetak mencetak dan percetakan, pengenalan metode desain dan teknik mencetak, mengetahui bahan baku dan ukuran-ukuran dalam cetak mencetak dan berbagai teknik proses cetak yang dapat digunakan dalam proses desain komunikasi visual. Dimana mahasiswa diharapkan mampu memahami konsep dan teori mengenai kegrafikaan dan mampu menerapkannya dalam pemenuhan kebutuhan bahan grafis untuk kepentingan pendidikan dan non pendidikan dalam kehidupan sehari-hari sebagai penyandang profesi tenaga kependidikan.

Tujuan & Manfaat Mata Kuliah Grafika I



Memberikan Pengetahuan umum tentang percetakan dan berbagai teknik proses cetak offset dan digital printing  yang dapat digunakan dalam proses desain komunikasi visual. Kemampuan untuk mengerti dan menggunakan istilah-istilah umum yang digunakan dalam dunia percetakan sehingga mahasiswa memahami proses kerja industri percetakan dengan memberikan data desain yang baik dan benar sehingga menghasilkan sebuah produksi cetak yang bagus.



Tujuan Instruksional Khusus



1.Mahasiswa mengetahui sejarah sejarah perkembangan kegrafikaan dalam dunia non kependidikan dan pendidikan.
2.Mahasiswa memahami konsep tentang komunikasi massa.
3.Mahasiswa mampu merencanakan desain yang akan diproduksi
4.Mahasiswa mampu mempersiapkan final artwork
5.Mahasiswa memahami alur proses kerja produksi cetak
6.Mahasiswa mengenal warna yang dipakai dalam proses cetak
7.Mahasiswa mengenal sistem cetak offset
8.Mahasiswa mengenal teknologi digital printing
9.Mahasiswa mengetahui digital advertisement
10.Mahasiswa mengetahui alternative metode cetak lain


SEJARAH GRAFIKA DI INDONESIA

DIBAWA OLEH BELANDA

Hadirnya percetakan di Indonesia bermula dari kedatangan Belanda (1596), dan erat hubungannya dengan VOC.

Tahun 1624, misionaris Gereja Protestan Belanda memperkenalkan cetak mencetak di Hindia Belanda untuk menerbitkan literatur kristen dalam bahasa daerah.

1659, Kornelis Pijl memprakarsai percetakan dengan memproduksi sebuah Tijtboek, sejenis almanak ataubuku waktu”. Selanjutnya perkembangan percetakan di Indonesia erat sekali dengan perjalanan surat kabar 
1667, pemerintah pusat berinisiatif mendirikan percetakan dan memesan alat cetak yang lebih baik, termasuk matriks yang menyediakan berbagai jenis huruf.

1668, Hedrik Brant mencetak dokumen sebagai produk pertama percetakan pemerintah, yaitu Perjanjian Bongaya antara Laksamana Cornelis Speelman dan Sultan Hasanuddin di Makassar, ditandatangani 15 Maret 1668.

Pada bulan Agustus, Hedrik Brant kemudian mendapat kontrrak mencetak dan jilid buku atas nama VOC dengan upah 86 dolar, dibayar dengan cara mencicil. Kontrak berakhir 16 Februari 1671.

1671, VOC menandatangani kontrak baru dengan Pieter Overtwaver, Hendrik Voskens (Punch Putter), Piet Walbergen (Type Founder), dan Aernout Kemp (Ahli Cetak). Percetakannya bernama Boeckdrucker der Edele Compagnie Kontrak berakhir 1695.  

1677, Dokumen dengan kosa kata BelandaMelayu pertama kali dicetak.
1693, Dokumen New Testament dicetak dalam Bahasa PortugisTestament

1699, Pendeta Andreas Lambertus Loderus mengambil alih Boeckdrucker der Edele Compagnie, dan mencetak banyak karya penting  dalam bahasa Belanda, Melayu dan Latin, termasuk kamus Latin-Belanda-Melayu yang disusunnya sendiri.
1718, Pemerintah pusat mendirikan percetakan sendiri di Kasteel Batavia (kasteel=benteng) untuk mencetak dokumen-dokumen penting.

1743, Seminarium Theologicum di Batavia memperoleh satu unit alat percetakan. Pernah menerbitkan Perjanjian Baru dan beberapa buku doa dalam terjemahan Melayu.
1755, percetakan ini dipaksa bergabung dengan percetakan benteng.

1743, Seminarium Theologicum di Batavia memperoleh satu unit alat percetakan. Pernah menerbitkan Perjanjian Baru dan beberapa buku doa dalam terjemahan Melayu.
1755, percetakan ini dipaksa bergabung dengan percetakan benteng.

8 Agustus 1744, Surat Kabar pertama bernama Batavia Nouvelles lahir dari Percetakan Benteng yang dikelola oleh Jan Erdman Jordens
Hanya terdiri dari selembar folio, kedua halamannya masing-masing berisi dua kolomberisi maklumat pemerintahiklan dan pengumuman lelangterbit setiap hari Senin melalui Jan Abel, perusahaan penjilidan milik Kompeni.

Menurut versi Persatuan Periklanan Indonesia, Iklan pertama di Jakarta (baca: Batavia) muncul pada tanggal 17 Agustus 1744 bersamaan dengan terbitnya surat kabar pertama oleh pemerintah Hindia Belanda. Iklan itu, awalnya adalah sebuah berita yang ditulis indah dengan tangan oleh Jan Pieterzoen Coen (Gubernur Jenderal Hindia Belanda tahun 1619-1629), dengan judul Memorie De Nouvelles, yang ditujukan kepada pemerintah setempat di Ambon untuk melawan aktivitas perdagangan Portugis. Tulisan itu kemudian dipasang sebagai iklan oleh karyawan sekretariat kantor Gubernur Jenderal Imhoff, Jourdans di surat kabar Bataviaasche Nouvelles.

20 Juni 1746, Batavia Nouvelles dihentikan penerbitannya  atas permintaan dewan direktur VOC kepada Gubernur Jenderal.
Juni 1761, mulai diberlakukan peraturan percetakan pertama yakniReglement voor de Drukkerijen te Batavia” , dibawah pemerintahan Gubernur Jenderal A van der Parra

1776, Surat kabar Vendu Niews (VN) diterbitkan oleh L. DominicusSurat kabar pertama yang bersentuhan dengan orang Indonesia.  Dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai “soerat lelang”.

1785, Percetakan kota dilarang keras mencetak apapun tanpa izin sensor. Penyensoran mulai dilaksanakan di Hindia Belanda pada 1668.

1809, Surat Kabar Vendu Niews menghentikan penerbitan pada masa pemerintahan Jenderal Herma Willem Daendels (1808-1811). Daendels kemudian membeli Percetakan Kota dan menggabungkannya dengan Percetakan Benteng menjadi Landsdrukkerij, sekarang bernama Percetakan Negara.

15 Januari 1810, terbit edisi pertama mingguan resmi pemerintah. Bataviasche Koloniale Courant yang diasuh oleh Professor (Kehormatan) Ross, pendeta komunitas Belanda di Batavia sejak 1788, isinya berupa iklan. Berhenti tahun 1811, seminggu sebelum batavia jatuh ke tangan Inggris.

29 Februari 1812, Inggris menerbitkan Java Government Gazette, mingguan sebagian besar berbahasa Inggris dicetak oleh A.H. Hubbard.

1816, Java Governmnet Gazette berhenti bersamaan dengan kembalinya Belanda. 20 Agustus 1816, pemerintah Belanda menggantinya dengan Bataviasche Currant, yang berganti nama menjadi Javasche Currant.

1831, terbit surat kabar partikelir pertama.
1855, Surat kabar pertama berbahasa Jawa terbit di Surakarta sekali seminggu , namanya Bromartani. Diterbitkan oleh perusahaan kongsi Belanda Harteveldt & Co.

1910, terbit surat kabar nasional yang pertama, Medan Prijaji.
1921 -1922, pabrik kertas pertama, N.V. Papier Fabriek Padalarang dibangun di Padalarang dengan kapasitas produksi 9 ton per hari.

1949, hanya terdapat dua mesin printing yang dimiliki oleh warga pribumi.
1950, jumlah percetakan pribumi meningkat menjadi 23 buah. 24 dimiliki warga asing (Belanda), 86 dimiliki warga Tionghoa.

1951, data resmi, terdapat 150 perusahaan percetakan di Jawa Timur (75 di Surabaya, 18 di Malang dan sisanya tersebar di daerah lainnya.
1953-1954, percetakan negara membeli mesin web-offset  4 warna.

1969, Pemerintah Belanda bekerja sama dengan Depdikbud mendirikan PUSGRAFIN (Pusat Grafika Indonesia) di Jakarta. Antara tahun 1969-1978, sekitar 2000 orang mengikuti kursus composing, prinring, binding, machine maintenance, lay-out, management, dll.

1970-an, Industri percetakan diseluruh dunia berganti ke teknologi offset. Dua perusahaan Cina terbesar Sin Po dan Ken Po membeli mesin cetak rotasi koran.

1976, sebanyak 385 mesin cetak offset diimpor ke Indonesia
1992, teknologi computer to film (CTF) masuk ke Indonesia, awalnya hanya percetakan besar. 1995, mulai menyebar. 1997, penggunaannya sudah merata.

2000, teknologi CTP (Computer to Plate) mulai menggeser CTF dan berdampak pada menurunnya bisnis repro. Hingga kini, terdapat sekitar 70 mesin CTP di Indonesia. Merek terkenal diantaranya Heidelberg, AGFA. 

Perkembangan Terakhir di Indonesia

Percetakan mulai mengadopsi teknologi Computer to Press berupa Direct Imaging (memakai master) dan Computer  to Print (tanpa master) yang banyak menggunakan teknologi mesin digital printing.

Bahkan percetakan-percetakan kini sudah melengkapi peralatannya tidak hanya untuk urusan pre-press, tapi juga post-press (cutting, binding, folding, stitching, embossing, dll.) 

sumber: FaisalSyamsuddin, M.Sn

terima kasih dan semoga bermanfaat. tolong  tinggalkan komentar!!!

0 komentar:

Post a Comment

www.lowongankerjababysitter.com www.lowongankerjapembanturumahtangga.com www.lowonganperawatlansia.com www.lowonganperawatlansia.com www.yayasanperawatlansia.com www.penyalurpembanturumahtanggaku.com www.bajubatikmodernku.com www.bestdaytradingstrategyy.com www.paketpernikahanmurahjakarta.com www.paketweddingorganizerjakarta.com www.undanganpernikahanunikmurah.com