POLA INTERAKSI SOSIAL PENGUNJUNG REMAJA DI OBYEK
WISATA PANTAI SERUNI KABUPATEN BANTAENG
SKRIPSI
Oleh:
ZULFIA
R
10538326815
UNIVERSITAS MUHAMMADIAYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI
AGUSTUS, 2019
ABSTRAK
Zulfia.
R. 2019. Pola interaksi Sosial Remaja Di Objek Wisata Pantai Seruni Kabupaten
Bantaeng. Skripsi. Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I H. Nurdin, dan Pembimbing
II HadiSaputra.
Skripsi ini membahas tentang
interaksi sosial pengunjung remaja di obyek wisata Pantai Seruni Kabupaten
Bantaeng, tujuan penelitian ini yakni untuk mengetahui pola interaksi sosial
pengunjung remja dan dampak interaksi sosial remaja di obyek wisata Pantai
Seruni Kabupaten Bantaeng.
Pendekatan teori yang digunakan
adalah teori interaksi sosial, dan teori tindakan sosial, sedangkan metode penelitian
yang digunakan yaitu kualitatif deskriptif , dan menggunkan jenis pendekatan
fenomenologi.
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa aktifitas yang dilakukan pengunjung remaja di objek wisata Pantai Seruni
itu beragam. Ada yang bersifat asosiatif dan ada pula yang brsifat disosiatif,
aktifitas yang bersifat asosiatif yaitu adanya bentuk kerja sama yang dilakukan
antara pengunjung remaja yang satu dengan pengunjung remaja yang lainnya. Dalam
hal ini menjaga citra atau nama baik tempat wisata tersebut dengan cara tidak
melakukan hal-hal yang dapat mengundang keributan yang dapat mengganggu
kenyamanan pengunjung lainnya. Pengunjung tersebut hanya melakukan aktifitas
yang positif saja seperti, berkumpul bersama teman, menikmati prasarana
olahraga yang disiapkan, dan ada pula remaja yang datang mengerjakan tugas
sekolahnya. Adapun interaksi sosial yang bersifat disosiatif yaitu. Adanya
persaingan fashion atau gaya berpakaian
terutama di kalangan remaja perempuan, selain itu juga pernah terjadi penikaman
dan pengeroyokan. Dampak interaksi sosial pengunjung remaja di obyek wisata
Pantai Seruni yaitu berdampak positif
dan negative, adapun positifnya ialah Pantai tersebut merupakan kawasan sport
center sehingga remaja dengan muda menyalurkan bakatnya terutama remaja di
kalangan pelajar, adapun dampak negatifnya yaitu di sana masih sering
ditemukan remaja yang tengah berduaan bahkan smape melakukan hubungan layaknya
suami istri, selain itu juga sering terjadi perkelahian bahkan baru-baru ini
telah terjadi penikaman di sekitar Pantai Seruni Kabupaten Bantaeng.
Kata
kunci: Pola Interaksi Sosial
ABSTRACT
Zulfia.
R. 2019. Adolescent Social Interaction Patterns in Seruni Beach Attraction,
Bantaeng Regency. Thesis. Department of Sociology Education Faculty of Teacher
Training and Education Muhammadiyah University Makassar. Supervisor I H.
Nurdin, and Supervisor II Hadi Saputra.
This
thesis discusses the social interaction of adolescents in the tourism object of
Seruni Beach, Bantaeng Regency, the purpose of this study is to determine the
patterns of social interaction of adolescent visitors and the social interaction
of adolescents in the tourism object of Seruni Beach, Bantaeng Regency.
The
theory used is the theory of social interaction, and the theory of social
action, while the research method used is descriptive qualitative, and uses the
types that discuss phenomenology.
The
results of this study indicate the fact that the activities carried out by
adolescent visitors at the attraction of the Seruni Beach are diverse. Some are
associative and some are dissociative, associative activities are a form of
cooperation carried out between one teenager visitor and another teenager
visitor. In this case, ask for an impression of the tourist attractions by not
doing things that can invite a scene that can trigger the comfort of other
visitors. These visitors only carry out positive activities, gather with
friends, enjoy the sports infrastructure prepared, and there are also teenagers
who come to do their schoolwork. Is a social interaction called dissociative.
The existence of a competition in fashion or a special style of competition
among adolescent girls, but there have also been stabbing and beatings. The
impact of social interaction of teenage visitors in the tourist attraction of
Seruni Beach is positive and negative impacts, while the positive thing is that
this beach is a sports center so that young people channel their talents to
teenagers, students and even smape perform relationships like husband and wife,
but it also often happens even new fights recently there has been a stabbing
around Seruni Beach, Bantaeng Regency.
Keywords:
Social Interaction Pattern
Assalamu’alaikum warahmatullahi
wabarakatuh,
Allah
Maha Pengasih dan Maha Penyayang, demikian kata untuk mewakili atas segala
karunia dan nikmat-NYA. Jiwa ini takkan henti bertauhid atas berbagai anugerah
pada setiap detik waktu, denyut jantung ,gerak langkah, serta rasa dan rasio
pada-Mu, Sang Khalik. Proposal ini adalah setitik dari sederetan berkah-Mu.
Setiap
orang dalam berkarya selalu mencari kesempurnaan, tetapi terkadang kesempurnaan
itu terasa jauh dari kehidupan seseorang. Demikian juga dalam tulisan ini,
kehendak hati ingin mencapai kesempurnaan, tetapi kapasitas penulis dalam
keterbatasan. Segala daya dan upaya telah penulis kerahkan untuk membuat
tulisan ini selesai dengan baik dan bermanfaat dalam dunia pendidikan, khususnya
dalam ruang lingkup Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Motivasi
dari berbagai pihak sangat membantu dalam penampungan tulisan ini. Segala rasa
hormat, penulis mengucapkan terimah kasih kepada kedua orang tuaku tercinta
yang telah berjuang, berdoa, mengasuh, membesarkan, mendidik, mendukung serta
membiayai penulis dalam proses pencarian ilmu. Penulis juga mengucapkan
parasaudara-saudara dan keluarga yang tak hentinya memberikan motivasi. Dengan
segala hormat penulis mengucapkan terimah kasih kepada dosen pembimbing yaitu
Drs.
H. Nurdin, M.Pd. Selaku pembimbing
I, dan juga Bapak Abd. Hadisaputra, S.Pd, M.Si. Selaku Pembimbing II , yang selalu
memberikan bimbingan motivasi serta menuntun penulis sejak awal penyusunan proposal
hingga selesainnya proposal ini.
Penulis
mengucapkan terima kasih kepada: Prof. Dr. H. Abd. Rahman Rahim, MM, Rektor
Universitas Muhammadiyah Makassar, Erwin
Akib, S.Pd, M.Pd, Ph.D Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar, dan Drs. H. Nurdin, M.Pd ketua jurusan pendidikan
sosiologi, serta seluruh dosen dan staf pegawai dalam lingkungan Fakultas
Keguruan dan Imu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah
membekali penulis dengan serangkaian ilmu yang bermanfaat bagi penulis.
Taklupa
pula ucapan terimah kasih kepada teman-teman seperjuanganku yang selalu
menemani dalam suka dan duka, sahabat-sahabatku terkasih serta seluruh rekan
mahasiswa Jurusan Pendidikan Sosiologi
atas segala kebersamaan, motivasi, saran dan bantuannya.
Akhirnya,
dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa mengharapkan kritikan dan
saran dari berbagai pihak, yang bersifat membangun. Semoga Proposal ini dapat
memberikan manfaat. Aamiin Yarabbal Alamin. Billahi
fii sabilil haq fastabiqul khaerat wassalamu’alaikum warahmatullahi
wabarakatuh
Makassar , Agustus 2019
ZULFIA
R.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Wisata adalah kegiatan perjalanan yang
dilakukan baik perorangan maupun kelompok untuk mengunjungi destinasi tertentu
dengan tujuan rekreasi, mempelajari keunikan daerah wisata pengembangan diri
dalam waktu yang singkat.
Rekreasi merupakan kegiatan yang
dilakukan untuk penyegaran kembali jasmani dan rohani seseorang, hal ini adalah
sebuah aktivitas yang dilakukan seseorang disamping bekerja, kegiatan yang
biasanya dilakukan untuk rekreasi adalah pariwisata, olahraga, dan bermain.
Kegiatan ini biasanya dilakukan pada akhir pekan. Kata akhir pekan adalah
sebuah ungkapan yang artinya akhir dari waktu satu minggu, kata akhir pekan
juga dikenal dengan istilah weekend.
Perjalanan yang dilakukan biasanya
dengan mengunjungi berbagai tempat, ada yang memanfaatkan akhir pekannya dengan
pergi kebeberapa pusat perbelanjaan modern seperti mall, mengunjungi museum, menonton bioskop, berkunjung kewisata pantai
dan lain sebagainya. perjalanan pariwisata yang dilakukan bermaksud untuk
rekreasi kesuatu daerah dengan tujuan utamanya untuk melepaskan lelah dari
aktifitas seahri-harinya, dan biasanya dilakukan dari satu tempat ketempat
lainnya yang bukan merupakan tempat tinggalnya (Fajrin, 2016:1).
Salah satu sektor yang sedang digalakkan
pemerintah dalam rangka pembangunan ketahanan nasional tersebut adalah sektor
kepariwisataan, sesuai dengan perkembangan kepariwisataan dunia dan Indonesia
termasuk salah satunya. Santoso
(2009:1) berpendapat, Negara Kesatuan
Republik
Indonesia merupakan negara
yang kaya akan keindahan alam flora dan fauna serta beraneka ragam budaya yang
semuanya itu dapat memberikan devisa yang cukup bagai dunia pariwisata. Secara
umum pariwisata dipandang sebagai sektor yang dapat mendorong dan meningkatkan
kegiatan pembangunan, membuka lapangan usaha baru, membuka lapangan kerja dan
dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan pendapatan asli daerah apabila
dapat dikelola dan dikembangkan secara maksimal.
Kalebos
(2016:490) mengatakan, di Indonesia pariwisata akan terus meningkat dari waktu
ke waktu dilihat dari berbagai indikator. Dari segi kedatangan internasional,
dari tahun 1950 sampai 2015 peningkatan jumlah kunjungan wisatawan internasional
bergerak dari 25 juta sampai 1,2 miliar turis, dengan pertumbuhan setiap
tahunnya rata-rata sekitar 6%. Bahkan diperkirakan pada tahun 2020, jumlah
wisatawan dunia akan mencapai 1,6 miliar kunjungan.
Pemerintah
dalam hal ini berusaha mengembangkan penyelenggaraan kepariwisataan lewat regulasi
dengan menetapkan UU RI Nomor 9 Tahun 1990 tentang pembangunan obyek dan daya
tarik wisata, mengusahakan obyek-obyek yang sudah ada maupun mengusahakan obyek-obyek
baru, selaras dengan pembangunan sektor
pariwisata, pemerintah tetap memelihara kelestarian dan mendorong upaya peningkatan
mutu, mempertinggi derajat kemanusiaan dan mempertahankan nilai-nilai bangsa guna
memperluas jati diri bangsa dalam rangka wawasan nusantara (Hafizin, 2017:1).
Menurut peraturan UU No. 9 Tahun 1990
pasal 15 yang berbunyi: “pengusahaan objek dan
daya tarik wisata meliputi kegiatan membangun dan mengelola objek dan daya
tarik wisata beserta sarana dan prasarana yang diperlukan atau kegiatan
mengelola objek dan daya tarik wisata yang telah ada.” Objek wisata yang sangat
banyak sekali diminati dan menarik para wisatawan untuk mengunjunginya, dilihat dari segi keindahan alam yang menjadi
andalan Indonesia pada saat ini yaitu dibidang pariwisata. Banyak sekali tempat
pariwisata yang dimiliki oleh daerah-daerah di Indonesia salah satunya adalah
Provinsi Sulawesi Selatan yang memiliki potensi wisata seperti pegunungan,
laut, pantai, air, dan seni budaya
Pemerintah saat ini sedang giat-giatnya
melaksanakan pembangunan diberbagai sektor fisik maupun non-fisik yang secara
keseluruhan di tujukan untuk kesejahteraan masyarakat. Pembangunan yang
dilaksanakan oleh pemerintah tersebut, tidak hanya dilaksanakan di daerah
perkotaan saja, melainkan juga sampai di daerah perdesaan, dalam rangka
mengurangi kesenjangan dan kemajuan pembangunan yang dicapai daerah perkotaan
dengan daerah perdesaan (Aryani, 2018:4). Kemampuan
untuk menyiapkan lahan investasi dan mengelola bahkan sampai memberi jaminan
keberlangsungan dan manfaat investasi pada setiap jenis investasi apapun di daerah tersebut sangat diperlukan, hal
ini sehubungan dengan ketertarikan pihak lain utamanya investor dari luar negeri untuk menanamkan modal. kemampuan
pemerintah daerah mengelola investasi asing tersebut berbanding lurus
dengan besarnya keinginan sebagian orang akan keuntungan atau minimalisir
kerugian terhadap investasi yang telah diberikannya di tempat tersebut. Kerja
sama luar negeri yang dilakukan oleh pemerintah daerah atau yang disebut paradiplomasi merupakan kebutuhan bagi daerah
sebagai komponen pendukung percepatan
laju pembangunan daerah melalui investasi dan peningkatan perdagangan internasional
Salah satu tempat rekreasi di provinsi
Sulawesi Selatan ialah pantai seruni yang terletak disalah satu kabupaten kecil
yang dikenal sebagai kota yang asri yaitu kabupaten Bantaeng. Bantaeng terletak
disebelah selatan Provinsi Sulawesi Selatan, kabupaten ini terletak sekitar 120
km dari kota Makassar ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan. Kabupaten yang
memiliki garis pantai dengan panjang sekitar 21.5 km yang membentang dari barat
ke timur (termasuk Pantai Seruni yang terletak dikelurahan Tappanjeng Kecamatan
Bantaeng Kabupaten Bantaeng) yang menjadikan Pantai Seruni masih berada pada
kawasan kota Bantaeng (Hidayat, 2017:28).
Salah satu tempat tujuan wisata yang
paling banyak diminati oleh sebagian remaja. Tempat wisata pastilah meiliki
peranan yang berbeda-beda. Pada dasarnya peran rekreasi bagi manusia memang
berbeda, ada yang berpendapat rekreasi merupakan kebutuhan tambahan, ada yang
berpendapat rekreasi merupakan keperluan dasar, akan tetapi dengan adanya
perubahan sosial yang demikian cepat keadaannya jadi berubah, rekreasi tidak
lagi dianggap sebagai kegiatan sampingan akan tetapi dianggap sebagai
kebutuhan.
Menurut pengamatan saya selama ini tentang
Pantai Seruni sebelum dan sesudah direklamasi, dulu pantai ini hanyalah pantai
biasa. Pesisir pantai yang dilengkapi dengan pemecah ombak, dermaga, dengan
kapal-kapal nelayan yang bersandar, cafe yang berbentuk rumah panggung, dan
warung-warung yang hanya menggunakan tenda di pinggir jalan. Di sekitar
pemukiman warga ada beberapa balai-balai untuk menjemur rumput laut yang
didirikan oleh warga yang beprofesi sebagai petani rumput laut. Kegiatan masyarakat
sekitar hanya sekedar melaut, bertani rumput laut dan hanya beberapa yang
berprofesi sebagai pegawai kantoran. Kegiatan jual beli ikan secara langsung
juga sering terjadi di sekitar pantai ini karena dulu perahu penganggkut ikan
juga sering singgah di sekitar Pantai Seruni ini. Bahkan dulu anak-anak banyak
yang datang di pesisir pantai untuk bermain dan mandi bersama, kawasan Pantai Seruni
saat ini telah menjadi salah satu kawasan favorit masyarakat, bagaimana tidak,
fasilitas yang ada di pantai ini cukup memadai, ada toilet umum, musolah, mesin
atm, bangku taman, gazebo serta disediakan pula lapangan sebagai tempat
olahraga seperti jogging, senam,
bersepeda, dan olahraga lainnya.
Setiap hari, Pantai Seruni tidak pernah
sepi pengunjung, mulai dari pagi hari, sore hingga malam hari. Setiap pagi
biasanya kawasan pantai seruni dikunjungi oleh ibu-ibu sosialita untuk
mengadakan senam pagi dan para langsia yang sedang melakukan olahraga di pagi
hari berjalan dan berlari-lari kecil mengelilingi lapangan pantai tersebut,
begitupun di sore hari. Sedangkan di malam harinya pantai ini banayak
dikunjungi oleh para remaja yang menghabiskan waktu luang, besantai, sendiri
atau bersama teman-teman dan keluarga.
Penelitian
yang mengkaji tentang objek wisata pantai telah dilakukan oleh Santoso (2009),
Aini (2016), Havizin (2017), dan Naimu (2017). Secara spesifik, penelitian
tentang pola interaksi sosial di objek wisata pantai telah di ulas oleh Fajrin
(2016), dan Aryani (2018).
Sejumlah
riset tersebut menjadi pijakan dalam penelitian ini namun secara khusus,
penelitian ini memiliki dua unsur kebaruan (novelty).
Pertama dari segi pendekatan, riset ini menggunakan pendekatan fenomenologi,
untuk mengetahui dan menggambarkan berbagai fenomena terkait wisata Pantai
Seruni, dan pola interaksi sosial pengunjung remaja di objek Wisata Pantai
Seruni.
Berangkat
dari ulasan tersebut, peneliti tertarik mengkaji pola interaksi pengunjung
remaja di objek wisata Pantai Seruni Kabupaten Bantaeng. Kajian ini membahas
tentang bagaimana pola interaksi sosial pengunjung remaja di objek wisata
Pantai Seruni, dan dampak interaksi sosial remaja di objek wisata Pantai Seruni
Kabupaten Bantaeng
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, disusunlah rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana
pola interaksi sosial
pengunjung remaja di obyek wisata Pantai Seruni Kabupaten Bantaeng?
2. Bagaiamana
dampak interaksi sosial remaja di objek wisata Pantai Sruni Kabupaten Bantaeng ?
C.
Tujuan
Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui:
1. Pola
interaksi sosial pengunjung remaja di obyek wisata Panatai Seruni Kabupaten
Banataeng
2. Dampak
interaksi sosial remaja di obyek wisata Pantai Seruni Kabupaten Bantaeng.
D.
Manfaat
Penelitian
Manfaat
yang diperoleh dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi dua, antara
lain:
a. Manfaat
Teoritis
Penelitian ini melengkapi kajian ilmiah tentang pola
interaksi sosial. Studi ini mampu menerapkan pola interaksi sosial asosiatif
dan disosiatif dalam mengamati pengunjung remaja di objek wisata Pantai Seruni.
Penelitian ini juga menambah jumlah literatur ilmiah di sektor manajemen
kepariwisataan. Riset ini dapat menjadi pijakan bagi peneliti yang ingin
mengkaji tentang pola interaksi sosial di lokasi obyek wisata.
b. Manfaat
Praktis
1) Dapat
dimanfaatkan oleh pemerintah Dinas Pariwisata Kab. Bantaeng Kabupaten Bantaeng
dalam memperbaiki tata kelola obyek wisata Pantai Seruni Kabupaten Bantaeng.
2) Dapat
dimanfaatkan masyarakat, khususnya pedagang dan pengelola kafe dalam mengemas
produk barang jualan mereka di obyek wisata Pantai Seruni Kabupaten Bantaeng.
E. Defenisi Operasional.
1. Interaksi
Sosial
Interaksi sosial merupakan kunci dari semua
kehidupan sosial karena tanpa interaksi sosial, tak akan mungkin ada kehidupan
bersama-sama. Bertemunya orang perorang secara badaniah belaka tidak akan
menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan hidup
semacam itu baru akan terjadi apabila orang-orang perorangan atau
kelompok-kelompok manusia bekerja sama, saling berbicara dan seterusnya dalam
mencapai tujuan bersama, mengadakan persaingan pertikaian dan lain sebagainya
(Soekanto, 2012:54).
2. Remaja
Secara biologis masa remaja adalah usia di mana
individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak merasa
di bawa tingkat orang-orang yang lebih tua. Melainkan berada di dalam tingkatan
yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak (Nasution, 2007:18).
3. Pantai
Seruni
Populer dengan nama anjungan Pantai Seruni, dulunya
kawasan ini hanyalah pantai biasa tempat para nelayan melaut. Dengan sedikit
bagian yang dimanfaatkan sebagai taman bermain anak. Pantai seruni sudah
menjadi pilihan masyarakat untuk melepas penat. Karena pegelolanya pada masa
itu masih belum maksimal. Pada 2010, Pemkab Bantaeng melakukan pembenahan.
Pantai Seruni di ubah menjadi kawasan reklamasi, memperluas daerah yang semula
tidak berguna, dalam rangka meningkatkan sumber daya lahan. Kemudian di atas
reklamasi tersebut dibangunlah kawasan multiguna Anjungan Pantai Seruni, yang
kini sudah menjadi kawasan wisata yang banyak dikunjungi oleh wisatawan (Nasir,
2017).
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Kajian
Konsep
1.
Remaja
Istilah Adolescence atau remaja berasal dari
kata latin Adolescere (kata Belanda, Adolescentia yang berarti
remaja) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah Adolescence,seperti
yang di pergunakan saat ini mempunyai arti yang luas mencakup kematangan
mental, emosional, spasial dan fisik. Remaja juga didefinisikan sebagai suatu
periode perkembangan dari transisi antara masa anak-anak dan dewasa, yang
diikuti oleh perubahan biologis, kognitif, dan sosioemosional (Santrock,1998).
Sedangkan menurut Monks (1999), remaja adalah individu yang berusia antara 12
sampai 21 tahun yang sudah mengalami peralihan dari masa anak-anak ke masa
dewasa, dengan pembagian 12-15 tahun adalah masa remaja awal, 15-18 tahun
adalah masa remaja penengahan, dan 18-21 tahun adalah masa remaja akhir
(Nasution, 2007:18).
Sarwono (2010:344) dalam bukunya menjelaskan bahwa,
masa remaja adalah masa transisi dari anak ke dewasa. Menghadapi remaja memang
bukan pekerjaan mudah. Untuk memahami jiwa remaja dan mencari solusi yang tepat
bagi permasalahaannya, maka penting bagi kita memahami remaja dan perkembangan
psikologinya, yaitu konsep diri, intelegensi, emosi, seksual, motif sosial,
moral, dan religi.
2.
Wisata
wisata adalah bepergian secara bersama-sama
dengan tujuan untuk bersenang-senang, menambah pengetahuan, dan lain-lain.
Selain itu juga dapat diartikan sebagai bertamasya atau piknik.Menurut pendapat
saya sendiri, pengertian wisata adalah suatu kegiatan perjalanan atau aktifitas
yang dapat menenangkan hati dan pikiran serta menyegarkan otak (https://kbbi.web.id/wisata.html,
diakses 29 Agustus 2019)
3.
Wisata Pantai Seruni
Kabupaten Bantaeng kini menjelma menjadi salah satu
destinasi wisata favorit di Sulawesi Selatan. Salah satu titik wisata utama
adalah Pantai Seruni. Pantai Seruni ini merupakan kawasan hasil reklamasi
sepanjang satu setengah kilometer. Awalnya pantai ini kumuh, tak menarik,
bahkan, menurut masyarakat setempat, menyeramkan. Oleh Bupati Bantaeng Nurdin
Abdullah, pantai ini disulap jadi rapi dan cantik. Nurdin menjadikan Pantai Seruni
sebagai pusat kegiatan masyarakat. Alun-alun Bantaeng dan rumah sakit kelas
internasional RSUD Prof Dr Andi Makkatutu dibangun di pantai ini, di atas tanah
hasil reklamasi (Toriq, 2016:1).
B.
Kajian
Teori
B.1. Interaksi Sosial
Adapun
teori yang terkait dengan judul penelitian tersebut adalah teori interaksi
sosial.
Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial
yang dinamis yang menyangkut anatara orang perorangan, anatara
kelompok-kelompok manusia, maupun antara perorangan dengan kelompok manusia,
apabila orang ketemu maka interaksi sosial dimulai pada saat itu. Mereka saling
menegur, berjabat tangan, saling berbicara, atau bahkan mungkin berkelahi.
Aktifitas-aktifitas itulah yang merupakan bentuk-bentuk interaksi sosial (Soekanto,
2012:55).
Interaksi Sosial antara kelompok-kelompok
manusia terjadi pula di dalam mayarakat,
interaksi tersebut lebih mencolok ketika terjadi perbenturan antara kepentingan
perorangan dengan kepentingan kelompok Misalnya, di kalangan banyak suku bangsa
di Indonesia berlaku suatu tradisi yang telah melembaga dalam diri mayrakat
bahwa dalam perkawinan pihak laki-laki diharuskan memberikan maskawin kepada
pihak wanita yang sering kali jumlahnya besar sekali (Ibid : 56)
Suatu interaksi tidak akan mungkin terjadi apabila
tidak memenuhi dua syarat adapun syarat-syaratnya yaitu adanya kontak sosial
dan adanya komunikasi, kontak secara harfiah adalah bersama-sama menyentuh
secara fisik kontak baru terjadi apabila terjadi hubungan badaniah, sebagai
gejala sosial itu tidak perlu berarti suatu hubungan badaniah karena orang
dapat mengadakan hubungan dengan orang lain tanpa meneyentuhnya seperti
misalnya dengan cara berbicara dengan pihak lain tersebut. Adapun arti penting
komunikasi adalah seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain yang
berwujud pembicaraan, gerak-gerak badaniah, atau sikap, perasaan-perasaan apa
yang akan disampaikan pada orang tersebut (Ibid : 59-60).
Adapun proses interaksi sosial ada dua yaitu, proses
asosiatif dan proses disosiatif.
1. Proses
Asosiatif
a. Kerja
sama (Cooperation)
Beberapa
sosiolog menganggap bahwa kerja sama merupakan bentuk interaksi sosial yang
pokok. Sebaliknya, sosiolog lain menganggap bahwa kerja samalah yang merupakan
proses utama. Golongan yang terakhir tersebut memahamkan kerja sama untuk
menggambarkan sebagian besar bentuk-bentuk interaksi sosial atas dasar bahwa
segala macam bentuk interaksi dapat dikembalikan pada kerja sama, kerja sama di
sini di maksudkan sebagai suatu usaha bersama antara orang-perorang atau kelompok
manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. Kerja sama timbul
apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang
sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian
terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut,
kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasai
merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerja sama yang berguna (ibid : 65-66).
b. Akomodasi
(Accomodation)
Istilah
akomodasi dipergunakan dalam dua arti, yaitu untuk menunjuk pada suatu keadaan
dan untuk menunjuk pada suatu proses. Akomodasi yang menunjuk pada suatu
keadaan, berarti adanya suatu keseimbangan dalam interaksi antara
orang-perorang atau kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya dengan
nilai-nilai sosial dan norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat.
Sebagai suatu proses akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk
meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan.
Akomodasi sebenarnya merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan
tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya.
Tujuan akomodasi dapat berbeda-beda sesuai dengan situasi yang dihadapinya,
yaitu untuk mengurangi pertentangan antara orang-perorang atau
kelompok-kelompok manusia yang diakibatkan oleh kesalahpahaman, akomodasi di
sini bertujuan untuk menghasilkan suatu sintesa antara kedua pendapat tersebut,
agar menghasilkan suatu pola yang baru. Selanjutnya mencegah meledaknya suatu
pertentangan untuk sementara waktu atau secara temporer, kemudian untuk
memungkinkan terjadinya kerja sama antara kelompok-kelompok sosial yang
hidupnya terpisah sebagai akibat
factor-faktor sosial psikologis dan kebudayaan, seperti yang dijumpai pada
msyarakat yang mengenal sistem berkasta. Tujuan akomodasi yang terakhir yaitu
mengusahakan peleburan antara kelompok-kelompok sosial yang terpisah, misalnya
lewat perkawinan campuran atau asimilasi dalam arti luas (Ibid : 68-69)
2. Proses
Disosiatif
Proses-proses disosiatif sering disebut sebagai oppositional
processes, yang persis halnya dengan kerja sama, dapat ditemukan pada
setiap masyarakat, walaupun bentuk dan arahnya ditentukan oleh kebudayaan dan
system sosial masyarakat yang bersangkutan. Oposisi atau proses-proses yang
disosiatif dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu sebagai berikut.
a. Persaingan
(Competition)
Persaingan
dapat diartikan sebagai suatu proses sosial, di mana individu atau
kelompok-kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui
bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian
umum (baik perseorangan maupun kelompok manusia). Dengan cara menarik perhatian
publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan
ancaman atau kekerasan. Persaingan mempunyai dua tipe umum, yakni yang bersifat
pribadi dan tidak pribadi. Persaingan yang bersifat pribadi yaitu
orang-perorangan, atau individu secara langsung bersaing, untuk misalnya
memperoleh kedudukan tertentu dalam suatu organisasi. Sedangkan persaingan yang
tidak bersifat pribadi, yang langsung bersaing adalah kelompok. Persaingan
misalnya dapat terjadi contohnya antara dua perusahaan besar yang bersaing
untuk mendapatkan monopoli di suatu wilayah tertentu (Ibid :83).
Persaingan
dapat diartikan sebagai suatu proses sosial, di mana individu atau kelompok
yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada
suatu masa menjadi pusat perhatian umum dengan cara menarik perhatian atau
mempertajam prasangka yang telah ada, tanpa menggunakan kekerasan atau ancaman
(Ibid :87).
b. Kontravensi
(Contravention)
Kontravensi
pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada antara
persaingan dan pertentanga atau pertikaian. Kontravensi terutama di tandai oleh
gejala-gejala adanya ketidakpastian mengenai diri seseorang atau suatu rencana
dan perasaan yang tidak suka disembunyikan, kebencian atau keragu-raguan
terhadap kepribadian seseorang. Atau perasaan tersebut dapat pula berkembang
terhadap kemungkinan, kegunaan, keharusan, atau penilaian terhadap suatu usul,
buah pikiran, kepercayaan, doktrin atau rencana yang dikemukakan orang-perorang
atau kelompok manusia (Ibid :88).
c. Pertentangan
Pertikaian (Conflict)
Pribadi maupun kelompok menyadari adanya
perbedaan-perbedaan misalnya dalam ciri-ciri badaniah, emosi, unsur-unsur,
kebudayaan, pola perilaku dan lain sebagainya dengan pihak lain, ciri tersebut
dapat mempertajam perbedaan yang ada hingga menjadi suatu pertentangan atau
pertikaian. Adapun akar-akar dari pertentangan adalah sebagai berikut, pertama
perbedaan anatara individu-individu, perbedaan pendirian dan perasaan mungkin
akan melahirkan bentrokan antara mereka. Kedua perbedaan kebudayaan, perbedaan
kepribadian dari orang-perorang tergantung pula dari pola-pola kebudayaan yang
menjadi latar belakang pembentukan serta perkembangan kepribadian tersebut,
seorang secara maupun tidak sadar sedikit banyaknya akan terpengaruh oleh
pola-pola pemikiran dan pola-pola pendirian dari kelompoknya, dan keadaan
tersebut dapat pula menyebabkan terjadinya pertentangan antara kelompok
manusia. Ketiga perbedaan kepentingan antara individu dan kelompok merupakan
sumber lain dari pertentangan. Wujud kepentingannya bermacam-macam ada
kepentingan ekonomi, politik, dan lain sebagainya, misalnya majikan dan buruh
bertentangan karena yang satu menginginkan upah kerja yang rendah, sedangkan
buruh menginginkan sebaliknya. Yang terakhir yaitu perubahan sosial yang
berlangsung dengan cepat untuk sementara waktu akan mengubah nilai-nilai yang
ada dalam masyarakat. Dan ini menyebabkan terjadinya golongan-golongan yang
berbeda pendiriannya (Ibid :91-92)
B.2.
Teori Tindakan Sosial
Tindakan sosial adalah perbuatan manusia
yang dilakukan untuk mempengaruhi individu lain dalam masyarakat. Dengan kata
lain, tindakan sosial adalah tindakan yang penuh makna subjektif bagi
pelakunya. (Upe, 2010:203). Adapun hubungan antara penelitian dengan teori yang
diangkat adalah perbuatan manusia yang dilakukan untuk mempengaruhi individu
lain misalnya adanya pemilik café yang memainkan musik dengan suara yang sangat
keras pada waktu salat, sedangkan café tersebut letaknya berseblahan dengan
masjid, karena kebetulan di sekitar Panatai Seruni tersebut dibangun masjid
untuk mempermudah orang yang berada di sekitar pantai tersebut melaksanakan
ibadah, pastinya orang yang berada di dalam masjid tersebut akan merasa
terganggu oleh suara musik yang dimainkan oleh pemilik café tersebut.
Menurut Upe (2010:203), proses interaksi
dalam kehidupan sosial baik secara vertikal dengan Tuhan maupun horizontal
dalam hubungannya dengan individu dalam masyarakat, tentu diwarnai dengan
berbagai macam tindakan, tindakan ini menunjukkan bahwa manusia selalu aktif
dalam menjalani hidupnya mereka bekerja dan berinteraksi dengan manusia lainnya
didasarkan pada motif tertentu maksudnya ialah, manusia berhubungan dengan
manusia lain karena ada tujuan tersendiri, misalnya di sekitar Panatai Seruni
terdapat pedagang yang menjajakan barang dagangannya ke salah satu pengunjung
yang datang di obyek wisata pantai tersebut kemudian pengunjung itu tertarik
untuk membeli dagangan tersebut dan terjadi tawar menawar harga barang oleh
pedagang dan pembeli tindakan itulah yang disebut sebagai Tindakan Sosial.
C.
Kerangka
Pikir
Pantai seruni dibangun di atas kawasan
reklamasi yang luasanya sekitar satu setengah kilometer, selain sebagai tempat
rekreasi, pantai ini juga menjadi tempat persinggahan bagi orang yang sedang
melakukan perjalanan jauh karena selain tempatnya yang indah dan asri tempat
ini juga di lengkapi dengan gazebo tempat beristirahat. keindahan alam di
pantai ini sangat menarik seperti pemandangan sunset di sore hari, tersedianya berbagai macam tempat olahraga,
dan taman bermain anak, serta di lengkapi dengan adanya cafe-cafe yang
menyediakan berbagai macam menu. Berdasarkan hal tersebut maka penulis
menuangkannya ke dalam bagan kerangka pikir sebagai berikut.
Bagan
Kerangka Pikir
Pantai
Seruni Kabupaten Bantaeng
|
Pola
interaksi sosial pengunjung remaja di objek wisata pantai seruni
|
Dampak
interaksi sosial pengunjung remaja
|
Pola
interaksi sosial pengunjung remaja
|
Hasil
Penelitian
1. Ditemukan pola interaksi sosial pengunjung remaja
asosiatif dan disosiatif.
2. Ditemukan dua dampak, yaitu dampak negatif dan
dampak positif.
|
Dampak
positif dan Negatif
|
Asosiatif
(kerja sama dan akomodasi), dan Disosiatif (persaingan dan pertikaian)
|
D.
Hasil
Penelitian Terdahulu
D.1.
Riset tentang Wisata Pantai
1. Santoso
(2009) meneliti tentang, potensi pengembangan obyek wisata Pantai Klayar di
Kabupaten Pacitan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi apa saja
yang dimiliki obyek wisata Pantai Klayar, pengembangan obyek wisata Pantai
Klayar, serta permasalahan apa saja yang ada dalam mengembangkan obyek wisata
tersebut. Penelitian disajikan secara deskriptif yaitu menggambarkan dari
informasi tentang obyek wisata Pantai Klayar. Metode pengumpulann data yang
diajukan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan studi pustaka.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, obyek wisata pantai klayar adalah salah
satu obyek wisata yang sangan potensial untuk di kembangkan di Kabupaten
Pacitan. Dalam pengembangan obyek wisata Pantai Klayar ini ternyata masih
mengalami berbagai kendala yang ada antara lain, masih minimnya sarana
prasarana pendukung obyek wisata Pantai Klayar, serta terbatasnya dana yang
digunakan untuk pengembanagan. Maka dapat di simpulkan obyek wisata Pantai
Klayar ternyata memiliki potensi sebagai obyek wisata alam pantai yang sangan
menarik untuk di kembangkan dan peran serta pemerintah sangat dibutuhkan dalam
pengembangannya tersebut, sehingga dapat meningkatkan kunjungan wisatawan dalam
negeri maupun mancanegara, serta dapat memajukan kepariwisataan khususnya di
Kabupaten Pacitan.
2. Penelitian
yang dilakukan oleh Aini (2016) dengan judul, Pengaruh berkembangnya tempat
wisata pantai Dalegan terhadap perilaku sosial remaja di Desa Dalegan Kecamatan
Panceng Kabupaten Gresik. Penelitian ini merupakan studi tentang perilaku
sosial remaja di tempat wisata pantai Dalegan. Masalah penelitian dalam skripsi
ini, yaitu (1) Apakah perkembangan wisata pantai Dalegan berpengaruh terhadap
perilaku sosial remaja di Desa Dalegan. (2) Seberapa besar sumbangan
perkembangan wisata pantai Dalegan terhadap perilaku sosial remaja di Desa
Dalegan Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik. Untuk menjawab pertanyaan tersebut,
peneliti menggunakan metode penelitian mixed methods dengan pendekatan
paradigma pragmatis. Metode ini dipilih agar di peroleh data penelitian yang
lebih mendalam dan komprehensif mengenai perngaruh berkembangnya tempat wisata
pantai dalegan terhadap perilaku sosial remaja di Desa Dalegan Kecamatan
Panceng Kabupaten Gresik dengan mengkombinasikan penelitian kuantitatif dan
penelitian kualitatif. Data yang diperoleh kemudian disajikan dalam bentuk
statistik dan dianalisis dengan teori tindakan sosial Max Weber. Dari hasil
penelitian ini ditemukan, Berkembangnya wisata pantai Dalegan terhadap perilaku
sosial remaja di Desa Dalegan Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik tidak ada
pengaruh secara signifikan. Dan berkembangya tempat wisata pantai Dalegan, remaja hanya menyumbang sebesar
1,7% perilaku sosialnya. Sumbangan dari partisipasi sosial remaja
itu kecil sehingga berdampak pada perilaku yang menyimpang. Dari hasil
wawancara ditemukan para remaja berpacaran dan bermesraan di tempat wisata.
Hasil penelitian kualitatif mendukung hasil penelitian kuantitatif yang
menyatakan bahwa perilaku sosial yang
menyimpang masih ditemukan di tempat wisata pantai Dalegan.
3. Penelitian
yang di lakukan oleh Hafizin (2017), dengan judul ”Dampak Pariwisata Terhadap Perilaku
Keagamaan Remaja di Dusun Senggigi Kecamatan Batu Layar Kabupaten Lombok
Barat". Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Metode
pengumpulan data penelitian ini adalah observasi, wawancara dan dokumentasi.
Instrumen penelitian yang digunakan yaitu human instrument. Sedangkan analisis
data yang digunakan untuk menganalisis data penelitian ini adalah perpanjangan
keikut sertaan, ketekunan pengamatan dan tringulasi. Hasil penelitian ini
adalah:(1) Dampak pariwisata terhadap prilaku kegamaan remaja di Dusun Senggigi
sangat signifikan dan beragam. Dengan perkembangan pariwisata yang ada di Dusun
Senggigi, perilaku keagamaan remaja Senggigi sedikit terkikis dan terkesan
mengikuti budaya yang diadopsi dari budaya wisatawan mancanegara. Kehidupan
beragama remaja Dusun Senggigi sedikit terkontaminasi oleh budaya asing yang di
konsumsi oleh sebagian pemuda khususnya para remaja dan perilaku parawisata
yang berasal dari remaja dusun Senggigi. Sementara para tokoh agama dan tokoh
masyarakat menganggap perkembangan pariwisata tersebut dapat merusak prilaku
remaja khususnya dan pemuda secara umum. (2) Upaya dalam Mengatasi Dampak
Pariwisata upaya-upaya yang dilakukan para tokoh masyarakat dalam merubah dan mengatasi
perilaku menyimpang karena masuknya wisatawan asing para tokoh agama tersebut
membentuk kegiatan remaja masjid, mengikutsertakan para remaja dalam setiap
pengajian dan melibatkan para remaja dalam setiap perayaan-perayaan agama yang
bisa memungkinkan terjadinya perubahan perilaku yang meyimpang menjadi lebih baik
dan masih bernuansa islami. Sehingga akan tercipta generasi muda sebagai
penerus dalam mengembangkan pembagunan daerah tanpa melalaikan kewajibannya
kepada khaliknya.
4. Penelitian
yang dilakukan oleh Naimu,(2017) tentang, Pengaruh pengembangan kawasan pesisir
pantai merpati terhadap kondisi social budaya masyarakat di kel. Terang-Terang
kab. Bulukumba. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pengembangan kawasan pesisir
pantai Merpati terhadap kondisi sosial budaya masyarakat di kelurahan
Terang-terang kabupaten Bulukumba. Riset Naimu (2017) menggunakan metode
penelitian regresi linear berganda yang terdiri dari variable bebas (X1) gaya
hidup, (X2) pola pembagian kerja, (X3) penyimpangan sosial, (X4) persepsi
masyarakat. Selanjutnya untuk menetralisir pengaruh negatif yang ditimbulkan
digunakan strategis pengembangan kawasan pariwisata yang dijawab menggunakan
metode analisis SWOT, dengan menggunakan variable internal yaitu Kondisi Kawasan
Kawasan Pariwisata Pantai Merpati. Variable eksternal yaitu kebijakan,
pengelolaan dan pengawasan kawasan (pemerintah). Dari hasil penelitian Naimu
menyimpulkan bahwa pengembangan kawasan pariwisata pesisir pantai Merpati
ternyata secara umum memberikan pengaruh negatif terhadap sosial budaya
masyarakat lokal sehingga dibutuhkan strategi WO (Weakness Opportunity) yaitu
mengurangi kelemahan dan meningkatkan peluang yang ada.
D.2. Riset tentang
Interaksi Sosial di Obyek Wisata Pantai
1. Fajrin (2016) mengulas tentang Interaksi Sosial Dalam
aktivitas Pengunjung Wisata di Pantai Tanjung Bayang
Kelurahan Tanjung Merdeka Kecamatan Tamalate Kota Makassar. Tujuan penelitian
ini yakni untuk diketahui bentuk aktivitas wisata yang dilakukan pengunjung dan Interaksi sosial yang ada di lokasi wisata
Pantai Tanjung Bayang. Pendekatan
teori yang digunakan adalah teori interaksi sosial dan motivasi wisatawan yang
berhubungan dengan aktivitas wisata. Sedangkan metode penelitian adalah kualitatif dengan format riset lapangan (field
research). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa aktivitas yang dilakukan tidak hanya sekedar mandi tetapi ada juga yang hanya duduk di
bale-bale menikmati pemandangan indah pantai, bakar ikan, berfoto
ria dan bermain pasir serta ada juga mahasiswa yang datang untuk mengadakan
rapat kerja organisasi. Bentuk interaksi sosial
yang ada di lokasi wisata Pantai Tanjung Bayang dapat diklasifikasikan menjadi
dua, yaitu proses sosial yang mengarah kepada kerjasama. Contohnya kerjasama
yang terjalin antara masyarakat yang bertindak sebagai pedagang atau penyedia jasa wisatawan yang menawarkan
bale-bale kepada pengunjung pantai sehingga dalam proses tawar
menawar tercapai kerjasama. Sedangkan proses sosial yang mengarah kepada konflik contohnya yang terjadi antara pedagang
dengan pengunjung karena tidak adanya
sifat saling pengertian di antara kedua belah pihak. Penulis berharap
agar hal ini dapat menjadi acuan bagi jurusan kesejahteraan sosial yang nantinya berprofesi sebagai seorang
pekerja sosial dalam menghubungkan individu
atau kelompok di dalam masyarakat yang tinggal di daerah wisata yang notabene pendidikannya masih sangat rendah dengan
lembaga pemerintah contohnya Dinas Pendidikan dan Dinas Pariwisata Kab.
Bantaeng agar interaksi sosial yang berkaitan dengan aktivitas wisata dalam
kehidupan masyarakat dapat berjalan lancar. Dihimbau juga agar kerukunan dan keharmonisan di dalam
berinteraksi yang terjadi di pantai wisata tersebut antara masyarakat
dengan pengunjung atau masyarakat satu sama lain yang terlibat ke dalam usaha wisata pantai agar selalu menjaga
keharmonisannya.
2. Aryani
(2018) mengkaji tentang “Pengaruh destinasi wisata terhadap akhlak remaja Kuala
Stabas Kab. Pesisir Barat” Destinasi
wisata di wilayah Pesisir Barat salah satunya yaitu Bukit Selalu yang berada di
Pekon Kuala Stabas. Tempat wisata ini biasanya selalu didatangi oleh pengunjung
yang masih berusia remaja, remaja yang datang ke bukit ini biasanya membawa
pasangan dan tidak jarang pula beberapa remaja yang membawa sahabat-sahabatnya
untuk menikmati suasana senja sembari melihat pemandangan laut yang begitu
luas. Di bagian selatan bukit terdapat semak yang biasanya dijadikan remaja
yang berpasangan untuk berdua-dua an, sudah barang tentu keadaan ini akan
membawa pengaruh bagi pengunjung maupun masyarakat di sekitaranya apabila tidak
dipantau oleh masyarakat setempat seperti halnya dapat berkemungkinan
terjadinya kebebasan sex. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak apa
saja yang dapat ditimbulkan oleh destinasi wisata bagi para remaja. Penelitian
ini merupakan penelitian lapangan yang diungkapkan secara deskriptif
berdasarkan studi lapangan yang ditunjang dengan beberapa teori yang bersumber
dari kepustakaan, yang mengangkat dan mengungkapkan dengan metode observasi,
interview dan dokumentasi. Dalam penelitian ini dimintai keterangan, semua hal
yang berhubungan dengan dampak destinasi wisata yang ditimbulkan, kemudian data
yang diperoleh dari observasi, interview dan dokumentasi dianalisis dengan
analisis induktif.
Berdasarkan penelitian tentang wisata pantai yang
telah dilakukan oleh Santoso (2009), Fajrin (2016), Aini (2016), Havizin
(2017), dan Naimu (2017). Penelitian ini memiliki beberapa perbedaan dan
persamaan. Letak perbedaannya yaitu dari segi teori dan metode yang digunakan
itu berbeda-beda, sedangkan letak persamaannya dapat dilihat dari pembahasannya
yang sama-sama mengulas tentang objek wisata pantai. Sedangkan penelitian yang
mengulas tentang pola interaksi sosial di obyek wisata dilakukan oleh Aryani
(2018), letak pebedannya dengan penelitian saat ini adalah dari segi teorinya,
teori yng digunakan oleh Aryani adalah teori penyimpangan sosial sedangkan
penelitian saat ini menggunakan teori interaksi sosial. Adapun persamaannya
yaitu terletak pada bagian metodenya yang sama-sama menggunakan metode
kualitatif deskriptif.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Jenis
dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan
dalam penelitian ini ialah berupa penelitian kualitatif deskriptif. Alasan
memilih jenis penelitian tersebut ialah untuk menggambarkan dan mendeskripsikan
secara mendalam terkait dengan Pola Interaksi Sosial Pengunjung Remaja di Obyek
Wisata Pantai Seruni Kabupaten Bantaeng.
Adapun jenis pendekatan yang digunakann
dalam penelitian ini yaitu pendekatan fenomenologi. Fenomenologi merupakan
salah satu pendekatan yang digunakan dalam penelitian kualitatif. Metode
kualitatif hadir sebagai respon terhadap keberadaan metode kuantitatif yang
dianggap tidak mampu lagi menjawab persoalan kehidupan yang ada. Metode ini
memposisikan manusia sebagai subjek penelitian bukan sebagai objek penelitian.
Metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi berupaya untuk menangkap
berbagai persoalan yang ada di masyarakat dan mengungkap makna yang terkandung
di dalamnya (Helaluddin, 2018:01)
Alasan peneliti menggunakan pendekatan
fenomenologi yaitu untuk mengetahui dan menggambarkan pola interaksi pengunjung
remaja terkait wisata pantai seruni dan dampak interaksi soaial remaja di obyek
wisata Pantai Seruni kabupaten Bantaeng.
B.
Dampak adanya wisata pantai seruni di kab. Bantaeng
1. Dampak psitif di peradakannya pantai seruni ialah sebagai
tempat rekreasi dan tempat persinggahan yang nyaman bagi pengunjungnya,
selain itu juga di sediakan berbagai macam tempat olahraga di antaranya,
volli, basket, futsal, dan di sediakan pula lapangan balap, dan remaja
dapat menyalurkan bakatnya di kawasan objek wisata Pantai Seruni tersebut
2.
Dampak negatifnya
yaitu, sebagaimana diketahui Anjungan Pantai Seruni dibangun di atas
reklamasi yang akan membawa dampak negatif, peninggian muka air laut karena
area yang sebelumnya berfungsi sebagai
kolam telah barubah menjadi daratan yang akan membahayakan pengunjung yang
ada di sekitarnya.
|
1. Lokasi
penelitian.
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bantaeng,
tepatnya di lokasi obyek wisata Pantai Seruni, yang terletak di Jl, Seruni,
Pallantikang, Kec. Bantaeng, Kabupaten Bantaeng, Sulawesi selatan. Alasan
memilih lokasi ini yaitu:
a. Alasan
Obyektif
Pantai Seruni merupakan
obyek wisata paling popular di luar Makassar. Hal itu dibuktikan dengan
ramainya pemberitaan seputar pantai tersebut. Panti Seruni merupakan obyek
wisata reklamasi yang popularitasnya mendekati Pantai Losari.
b. Alasan
Subyektif
Peneliti lahir dan
dibesarkan di Kabupaten Bantaeng, sehingga memiliki tanggung jawab moral untuk
turut memikirkan dan memberikan kontribusi bagi tanah kelahiran. Selain itu
pemilihan lokasi di Bantaeng dapat meringankan biaya penelitian, serta
memudahkan akses terhadap lokasi dan informan penelitian.
2. Waktu
penelitian.
Tabel
II.2:
Waktu
Penelitian
No.
|
Uraian Kegiatan Penelitian
|
Bulan ke-
|
|||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
||
1.
|
Pengusulan judul
|
|
|
|
|
|
|
2.
|
Penyusunan proposal
|
|
|
|
|
|
|
3.
|
Konsultasi
bimbingan
|
|
|
|
|
|
|
4.
|
Seminar proposal
|
|
|
|
|
|
|
5.
|
Pengurusan izin
penelitian
|
|
|
|
|
|
|
6.
|
Penyusunan
hasil penelitian
|
|
|
|
|
|
|
C.
Fokus
Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada pola
interaksi sosial pengunjung remaja di obyek Wisata Pantai Seruni Kabupaten
Bantaeng, kajian ini juga mencoba menjelaskan dampak interaksi sosial
pengunjung remaja di obyek wisata Pantai Seruni. Untuk memecahkan fokus
permasalahan tersebut dapat dilihat dari dua aspek yaitu:
1. Pola
interaksi sosial pengunjung remaja di obyek wisata Pantai Seruni akan dikaji
dalam dua klasifikasi pola, yaitu asosiatif dan disosiatif.
2. Dampak
interaksi pengunjung remaja di obyek Wisata Pantai Seruni, akan dikaji dari
aspek positif maupun negatif, baik terhadap pemeritah maupun masyarakat.
D.
Informan
Penelitian
Jenis informan yang di gunakan yaitu purposive random sampling, purposive random sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber
data dengan pertimbangan tertentu. Alasan menggunakan teknik purposive
sampling adalah karena tidak semua sampel yang memiliki kriteria yang
sesuai dengan fenomena yang diteliti, menetapkan pertimbangan-pertimbangan atau
kriteria-kriteria tertentu yang harus dipenuhi oleh sampel-sampel yang
digunakan dalam penelitian ini (Putri, 2017:56).
Adapun
yang menjadi kriteria informan yaitu:
a. Informan
Kunci
Informan
kunci adalah informan yang mengetahui secara mendalam permasalahan yang sedang
diteliti. Adapun yang termasuk informan kunci dalam penelitian ini yaitu,
aparat pemerintah Dinas Pariwisata Kab. Bantaeng Kabupaten Bantaeng, dan Satpol
PP.
b. Informan
Utama
Informan
utama adalah, informan yang dipilih sebagai pengumpulan data utama dengan
wawancara mendalam percakapan dengan individu atau kelompok menggunakan
pertanyaan bebas. Hal ini bertujuan agar informan mengutarakan pandangan,
pengetahuan, perasaan, sikap, dan perilaku. Berupa pengalaman pribadi yang
berkaitan dengan topik penelitian. Yang termasuk informan utama dalam
penelitian ini adalah remaja yang berkunjung di objek wisata Pantai Seruni.
c. Informan
pendukung
Informan
pendukung ialah informan yang ditentukan dengan dasar pertimbangan memiliki
pengetahuan dan sering berhubungan baik secara formal maupun informal dengan
para informan kunci. Dalam hal ini pedagang, pelayan café, dan warga yang
bermukim di sekitar Pantai Seruni
E.
Jenis
dan Sumber Data
1. Sumber
data primer
Data primer adalah data utama diperoleh
melalui wawancara langsung oleh peneliti kepada informan. Adapun yang menjadi
informan adalah figur yang memiliki pengaruh terhadap penelitian tentang obyek
wisata tersebut.
2. Sumber
data sekunder
Sumber data sekunder dalam kajian ini berupa kajian
kepustakaan koseptual yaitu kajian terhadap artikel-artikel atau buku-buku yang
ditulis oleh para ahli yang ada hubungannya dengan pembahasan judul penelitian
ini atau penelusuran hasil penelitian terdahulu yang ada relevansinya dengan
pembahasan penelitian ini, baik yang telah berkaitan dalam bentuk buku atau
majalah ilmiah, selain itu sumber dara juga diperoleh dari media cetak/online.
F.
Instrumen
Penelitian
Instrument
penelitian adalah alat yang digunakan di dalam pengumpulan data. Oleh karena
itu, peneliti menjelaskan alat yang digunakan berdasarkan teknik pengumpulan
data. Adapun instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Pedoman
wawancara (terlampir)
2. Lembar
observasi (terlampir)
3. Catatan
harian (terlampir)
4. Alat
perekam/kamera (terlampir)
G.
Teknik
Pengumpulan Data
1. Obsevasi
Model observasi yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah participant observation,
Observasi partisipan akan dilakukan sebagai berikut:
a. Sebagai
pengunjung
Peneliti akan berperan sebagai
pengunjung di obyek wisata Pantai Seruni. Tujuannya agar peneliti bisa
mendapatkan gambaran tentamg Pantai Seruni dari sudut pandang pengunjung,
melalui model ini pula, peneliti akan berbaur dan berinteraksi dengan
pengunjung yang berada di obyek wisata Pantai Seruni.
Saya berkunjung ke pantai tersebut pada
tanggal 30 juli 2019. Di sana saya berperan sebagai pengunjung hanya satu kali
saja, dari situ saya melihat adanya beberapa remaja yang berkumpul bersama
teman-temannya, menceritakan pengalaman dan lain sebagainya. Pada saat berperan
sebagai pengunjung saya berusaha mengakrapkan diri dengan para pengunjung lain
dengan cara bergabung di kursi yang sama agar lebih mudah menggali informasi
terkait pola interaksi remaja yang berkunjung ke tempat tersebut. Pengalaman
yang menarik yang saya temui sewaktu saya berkunjung ke pantai tersebut adalah
pada saat saya turun dari kendaraan, maka para pelayan kafe dengan antusias
menawarkan menunya dan saling berebutan pengunjung (customer).
b. Sebagai
pelayan cafe
Di sini peneliti juga akan berperan
sebagai pelayan cafe di salah satu cafe yang berada di obyek wisata Pantai
Seruni, tujuannya agar mendapat informasi lebih dalam dari pemilik cafe terkait
obyek wisata Pantai Seruni. Saya berperan sebagai pelayan kafe pada tanggal 29
juli 2019 di salah satu kafe yang bernama kafe Salemba Raja Sarabba’. Sewaktu
saya berperan sebagai pelayan kafe saya melihat lebih banyak remaja yang
berkunjung ke pantai tersebut di bandingkan anak-anak, dan orang tua. Pengalaman
yang paling menarik. Sewaktu saya berperan sebagai pelayan banyak pengunjung
remaja yang melontarkan kalimat-kalimat gombalan kepada kami seorang pelayan
khususnya pengunjung laki-laki.
c. Sebagai
pedagang
Begitupun dengan observasi ini, peneliti
juga akan memainkan perannya sebagai pedagang. Dengan tujuan agar peneliti bisa
dengan mudah berbaur dan mendapat informasi lebih dalam dari pedagang tersebut
terkait objek wisata Pantai Seruni. Saya berperan sebagai pedagang pada tanggal
31 juli 2019. Di salah satu kios yang menjual asesoris dan mainan. Di sana saya
melihat banyak remaja yang datang berkunjung untuk membeli asesoris seperti
anting, ikat rambut, kalung dan lain sebagainya terutama pengunjung wanita.
Pengalaman yang menarik yaitu pada saat melakukan transaksi terjadi tawar
menawar harga barang antara penjual dan pembeli.
2. Wawancara
Mendalam (Depth interview)
Metode wawancara atau interview
merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakuakan secara tatap muka, dan
pertanyaan diberikan secara lisan pula. Adapun yang akan didalami dari informan
yaitu:
a. Remaja
yang berkunjung ke Pantai Seruni
Pewawancara
akan menggali tentang bagaimana pola interaksi pengunjung remaja, dan faktor
apa yang membuat remaja tersebut tertarik berkunjung di obyek wisata Pantai
Seruni.
b. Pedagang
yang berada di sekitar pantai seruni
Pada
posisi ini peneliti akan mengadakan wawancara bersama pedagang yang ada di
sekitar Pantai Seruni, adapun yang akan di jadikan bahan wawancara salah
satunya tentang pendapatan yang diperoleh oleh pedagang tersebut.
c. Aparat
pemerintah:
1. Dinas
Pariwisata Kab. Bantaeng, adapun yang akan dijadikan bahan wawancara terhadap Dinas
Pariwisata Kab. Bantaeng adalah, peneliti akan menggali masalah bagaimana perkembangan
obyek wisata Pantai Seruni pada pergantian Pemerintah saat ini.
2. Satpol
PP. Yang akan dijadikan bahan wawancara yaitu, isu-isu keamanan dan ketertiban,
adanya remaja yang berpacaran di tempat-tempat sepia tau gelap, masalah
perkelahian, dan pencurian.
d. Warga
yang bermukim.
Pada
penelitian ini pewawancara akan menggali tentang bagaimana perasaan warga yang
bermukim di sekitar pantai seruni dengan adanya patai tersebut, apakah warga
merasa terganggu yang diakibatkan oleh keramaian pantai tersebut atau
warga biasa saja dalam menyikapi hal
tersebut.
e. Pemilik/pelayan
cafe
Pewawancara akan
menggali masalah perbandingan pengunjung remaja dan anak-anak dan langsia, yang
datang di obyek wisata Pantai Seruni dengan mewawancari salah satu pelayan atau
pemilik cafe yang berda di sekitar Pantai Seruni tersebut.
H.
Teknik
Analisis Data
Jenis penelitian yang digunakan yaitu
penelitian kualitatif, dalam penelitian kualitatif, analisis data harus seiring
dengan pengumpulan fakta-fakta di lapangan, dengan demikian analisa data dapat
dilakukan sepanjang proses penelitian.
1.
Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi ini digunakan untuk
menyempurnakan data yang telah diperoleh, agar memudahkan dalam menyimpulkan
hasil penelitian. Dengan kata lain hasil penelitian dilapangan yang telah
dikumpulkan kembali dipilih untuk mengumpulkan data mana yang dapat digunakan.
2. Penyajian
Data (Data Display)
Penyajian data diperoleh dari lapangan
terkait dengan seluruh permasalahan penelitian dipilih antara mana yang
dibutuhkan dengan tidak, lalu dikelompokan kemudian diberikan batasan masalah.
3.
Teknik analisa
perbandingan (Conclusion
DrawingVerivieation)
Langkah selanjutnya dalam menganalisa
data kualitatif adalah penarikkan kesimpulan dan verifikasi, setiap kesimpulan
awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila ditemukan
bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Oleh
karena itu, dalam setiap kegiatan apalagi dalam sebuah penelitian ilmiah,
diharuskan untuk menarik kesimpulan
mulai dari data yang telah diedukasi maupun yang belum dan tidak menunup
kemungkinan dari data yang telah dikumpulkan akan melahirkan saran-saran
dari penelitian kepada peneliti demi
perbaikan-perbaikan khusunya pada tataran dalam penyelenggaraan proses
pemahaman.
I.
Teknik
Keabsahan Data
Intrument utama dalam penelitian
kualitatif adalah si peneliti, maka validasi dan reabilitas intrumen ada pada
peneliti, maksudnya disini adalah hasil penelitian tergantung pada kemampuan
penelitian dalam menjaga keabsahan data yang mencakup beberapa kriteria.
Dalam uji keabsahan data dari hasil
penelitian kualitatif ini, peneliti melakukan teknik trianggulasi. Trianggulasi
adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain
diluar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Teknik trianggulasi
yang digunakan peneliti adalah trianggulasi sumber yaitu membandingkan dan
mengecek baik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui alat
yang berbedah dengan penelitian kualitatif. Hal ini bisa dilakukan dengan
jalan:
1. Membandingkan
hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
2. Membandingkan
hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berbeda.
Trianggulasi merupakan cara terbaik
untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan kontruksi kenyataan yang ada dalam
konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kajian dan
hubungan dari berbagai pandangan, unutk itu maka peneliti dapat melakukan
dengan cara:
1. Mengajukan
berbagai macam variasi pertanyaan.
2. Mengecek
dengan berbagai macam sumber data.
J.
Etika
Penelitian
Etika penelitian adalah standar perilaku
peneliti selama melakukan penelitian mulai dari menyusun desain penelitian. Mengumpulkan
data lapangan (wawancara, observasi, pengumpulan data document) menyusun hingga
memublikasikan hasil penelitian. Misalnya menginformasikan tujuan penelitian
kepada informan yang telah di seleksi, meminta persetujuan tiap informan,
menjaga kerahasiaan informan, jika penelitiannya dianggap sensitive. Salah satu
contoh memalsukan nama informan jika informan tersebuat tidak mau disebutkan
namanya, dan yang terakhir, meminta izin kepada informan jika ingin melakukan
perekaman, wawancara, atau pengambilan gambar informan.
BAB
IV
GAMBARAN
UMUM LOKASI PENELITIAN
A.
Letak Geografis
Bantaeng adalah Sebuah kabupaten yang terletak di bagian paling
selatan provinsi Sulawesi Selatan. Sebuah kabupaten kecil yang memiliki garis
pantai 21,5 membentang dari barat ke timur termasuk juga Pantai Seruni, pantai
ini popular dengan nama Anjungan Pantai Seruni dulunya pantai ini hanyalah
pantai biasa tempat para nelayan melaut dengan sedikit bagaian yang
dimanfaatkan sebagai taman bermain anak. Pengelolahnya kala itu masih belum
maksimal, pada tahun 2010 Pemkab Bantaeng melakukan pembenahan terhadap pantai
tersebut diubah menjadi kawasan reklamasi yaitu dengan memperluas tanah dalam
rangka meningkatkan sumber daya lahan. (Nasir, 2017:01).
Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Bantaeng. Di bagian Utara
terdapat Kabupaten Bulukumba dan Kabupaten Sinjai. Di bagian Timur Terdapat
Kabupaten Bulukumba, di bagaian Selatan terdapat Kabupaten Jeneponto dan Laut
Plores. Kemudian di bagian Barat terdapat Kabupaten Gowa dan Jeneponto.
Kabupaten ini memiliki luas wilayah
395,83 km atau 39,583 Ha yang dirinci berdasarkan lahan sawah mencapai 7.253 Ha
(18,32%) dan lahan kering mencapai 32,330 Ha. Kabupaten Bantaeng yang luasnya
mencapai 0,63% dari luas Sulawesi Selatan, masih memiliki potensi alam untuk
dikembangkan lebih lanjut. Lahan yang dimilikinya kurang lebih 39,583 Ha. Di
Kabupaten Bantaeng mempunyai hutan produksi terbatas 1,262 Ha, dan hutan
lindung 2,773 Ha. Secara keseluruhan luas kawasan hutan menurut fungsinya di
Kabupaten Bantaeng sebesar 6,222 Ha (2006).
B.
Gambaran Umum Tentang Wisata Pantai Seruni Kabupaten Bantaeng.
1.
Keadaan
Pantai Seruni dan Kehidupan Masayarakat Sekitar Sebelum Adanya Reklamasi.
Berdasarkan obserfasi, dulu Pantai
Seruni hanyalah pantai biasa saja seperti pantai pada umumnya dengan pesisir
pantai yang dilengkapi pemecah ombak. Dermaga dengan kapal-kapal nelayan yang
bersandar, cafe dengan arsitektur tradisional berbentuk rumah panggung, dan
adanya warung-warung hanya dengan menggunakan tenda di pinggir jalan. Bergerak
ke beberapa pemukiman warga terdapat beberapa bale-bale sederhana yang
dijadikan tempat menjemur rumput laut oleh masyarakat yang berprovesi sebagai
petani rumput laut dan kegiatan masyarakat juga hanya seputar melaut, bertani
rumput laut dan beberapa yang berprofesi sebagai pegawai kantoran, kegiatan
jual beli ikan juga dulunya sangat aktif di sana pasalnya dulu perahu
pengangkut ikan dulunya juga sering singgah dulupun anak-anak suka menyambangi
Pantai Seruni sekedar untuk mandi
bermain air di laut dan bermain di taman bermain sederhana yang ada di
sana.
Menurut salah satu informan Adi (21
tahun) dahulu Pantai Seruni ini merupakan kawasan yang sangat kumuh, dan sepi
saking sepinya kawasan ini hanya digunakan oleh orang yang lalu lalang sebagai
tempat persinggahan untuk buang air kecil. Pantai ini dulunya hanya di
fasilitasi satu kafe yang biasa di sebut kafe terapung, dan suasana yang kurang
merik sehingga tidak banayak di minati pengunjung (Wawancara 29 juli 2019).
2.
Keadaan
Pantai Seruni dan Kehidupan Mayarakat Sekitar Setelah Adanya Reklamasi
Kawasan Pantai Seruni saat ini telah
menjadi salah satu kawasan favorit masyarakat. Kawasan multiguna ini memang
bisa dengan mudah memanjakan pengunjungnya dengan fasilitas yang ada di pantai
seruni terbilang lengakap mulai dari adanya toilet umum, musalah, mesin atm,
keran air siap minum, cafe dengan menyediakan berbagai macam kuliner, adanya
taman bermain anak dan disediakannya sport center. Tempatnya yang rapid
an indah menjadi daya tarik tersendiri bagi Pantai Seruni, jika di perhatikan
Pantai Seruni mirip dengan Pantai Losari, namun Pantai Seruni terlihat lebih
elegan dengan kursi dan meja santai untuk keluarga menikmati keindahan alam di
Anjungan Pantai Seruni Kabupaten Bantaeng. Pantulan cahaya sunset mewarnai
pengunjung Pantai Seruni untuk berselfie ria bersama keluarga, teman, ataupun
kerabat, di tambah lagi perpaduan warna lampu-lampu hias di sepanjang Pantai
Seruni yang ditata sedemikian rupa yang bisa memanjakan mata para pengunjung di
obyek wisata Pantai Seruni, selain itu juga terdapat alun-alun yang berseblahan
dengan rumah sakit Prof Dr Andi Makkatutu bertaraf internasional yang
sewaktu-waktu jika ada pengunjung yang mengalami kecelakaan dan lain sebagainya
langsung saja dilarikan ke rumah sakit tersebut.
Menurut M Ali Imran, selaku Sekertaris
Dinas Pariwisata Kabupaten Bantaeng. Potensi wisata Pantai Seruni yaitu pertama
pantai tersebut berada di tengah kota dan merupakan pusat kota sehingga mudah
diakses bahkan dengan berjalan kaki karena
tempatnya tidak begitu jauh dari pemukiman warga. Kedua fasilitas yang ada di
Pantai Seruni sangat banyak, mulai dari fasilitas untuk anak-anak, remaja,
sampai orang tua. Untuk anak-anak disediakan taman bermain, untuk remaja
khususnya dari kaum pelajar di sediakan sport center basket, lapanagan takrow, lapanagan volley. Kemudian fasilitas
orang yang dudah berumur atau orang tua disediakan lapangan untuk melakukan
olahraga seperti jogging sepanjang pantai sampai di bagian anjungan. Jika kita
merasa capek dan ingin beristirahat disediakan pula beberapa gazebo sebagai
tempat istirahat. Dari segi keamanannya terjamin, karena kawasan pantai
tersebut berada tepat di depan kantor Kodim. Selain itu di setiap sudut pantai
tesebut dijaga oleh aparat Satpol PP. Disediakan pula musalah untuk orang yang
berada di sekitar pantai untuk beribadah. Potensi Pantai Seruni yang terahir
ialah saat ini untuk masuk ke kawasan pantai tersebut tidak dipungut biaya. Siapa saja yang ingin mampir atau berkunjung
ke pantai tersebut tidak akan dikenakan biaya sedikitpun (Wawancara, 2 Agustus
2019).
3.
Data
jumlah pengunjung
Data jumlah pengunjung yang akan di sajikan
yaitu data jumlah pengunjung di kalangan anak-anak dan di kalangan dewasa. Data
pada tahun 2018 tersebut kami peroleh
dari Dinas Pariwisata Kabupaten Bantaeng, sebagai berikut.
Tabel 4.1
DATA PENGUNJUNG OBYEK
WISATA PANTAI SERUNI KAB. BANATAENG,
TAHUN 2018
No
|
BULAN
|
DEWASA
|
ANAK-ANAK
|
JUMLAH
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
|
JANUARI
FEBRUARI
MARET
APRIL
MEI
JUNI
JULI
AGUSTUS
SEPTEMBER
OKTOBER
NOVEMBER
DESEMBER
|
2,271
853
880
1,391
1,261
1,816
1,279
1,053
1,049
678
873
1,468
|
442
136
134
196
208
336
209
201
141
89
137
255
|
2,713
989
1,014
1,587
1,469
2,152
1,488
1,254
1,190
767
1,010
1,723
|
|
JUMLAH
|
14,872
|
2,483
|
17,356
|
(Sumber: Dinas
Pariwisata Kabupaten Bantaeng, 2018).
4.
Data
jumlah cafe
Data jumlah cafe juga diperoleh dari
Dinas Pariwisata Kabupaten Bantaeng dan dituangkan data jumlah café tersebut ke
dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.2
DATA JUMLAH KAFE
DI OBYEK WISATA
PANTAI SERUNI KAB. BANATAENG
NO
|
NAMA CAFE
|
NAMA PEMILIK
|
TAHUN BERDIRI
|
FASILITAS
|
MENU ANDALAN
|
KET.
|
|
MEJA
|
KURSI
|
||||||
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
|
KAFE ABANG
PRATAMA
KAFE SALEMBA
KAFE ANGING
MAMMIRI
KAFE ANNHA
KAFE AQILA
KAFE AYLA
KAFE
BANYUWANGI
KAFE BEAT
KAFE BISOT
KAFE BUTTA
TOA
KAFE CAHAYA
CAFÉ CECE
CAFÉ COTO
BANATAENG
KAFE DEVI
CAFÉ DG
KANANG
KAFE ERWIN
KAFE FAHRI
KAFE FKKPI
KAFE
PLAMBOYAN
KAFE HARLAN
KAFE HISTORY
KAFE IBNU
KAFE SALAD
BUAH
KAFE JAY
KAFE KARTIKA
KAFE KASTA
KAFE KERATON
KAFE KHANSA
KAFE
OLEH-OLEH
KAFE MAKNYAK
KAFE MR BOX
KAFE SIMPLE
KAFE ALYA
KARAUKE
KAFE INDO’KU
KAFE NUR
|
RINI
IBU UUN
HASBIA
RASYID
NADA
SIRUA
ZAENI
ARHAM
IRSAN
NGITUN
CAHAYA
RIVAL
H. JABBAR
HAYATI
KANANG
SAMSIA
RINI
AISYAH
HJ. SURIATI
HAERIL
ARDI
MARDIA
KARTINI
JAY
SARIFA
ASRIANI
AISYAH
RAHMI
HAYATI
SARI
ARDI
MOCI
SURIATI
HJ. NOVRITA
NURHAYATI
|
2018
2014
2010
2010
2016
2016
2016
2010
2015
2016
2015
2016
2016
2015
2015
2015
2015
2017
2015
2016
2017
2015
2010
2016
2010
2015
2010
2016
2015
2015
2016
2015
2016
2016
2010
|
6
5
7
7
7
5
6
6
6
5
6
7
4
6
5
5
5
5
8
5
11
5
6
6
5
6
6
6
12
6
8
10
11
10
5
|
24
20
35
20
24
20
20
30
24
20
24
24
20
24
20
20
24
22
16
20
43
20
32
24
24
24
30
18
48
24
32
28
24
50
23
|
JUS
SARA’BA’
GORENGAN
SALAD BUAH
JUS BUAH
JUS BUAH
GORENGAN
ANEKA JUS
ES KELAPA
BAKSO
BAKWANG
BURGER
COTO
JUS
SALAD BUAH
SARABBA
SOP UBI
GORENGAN
JUS
BAKSO
GORENGAN
GORENGAN
GORENGAN
SALAD BUAH
GORENGAN
PISANG EPE
GORENGAN
GORENGAN
BAKSO
CAPUCINO
JUS BUAH
COKLAT
SALAD BUAH
PALEKKO’
JUS
|
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKRIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
|
|
JUMLAH
|
|
|
229
|
895
|
|
|
(Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Bantaeng, 2018)
5.
Data
jumlah pedagang
Data jumlah pedagang diperoleh dengan
cara turun ke lapangan, mendata setiap pedagang yang berdagang pada saat itu.
Ditemukan beberapa pedagang yang menjual berbagai macam makanan, mainan, asesoris-asesoris
dan lain sebagainya. Adapun data jumlah
pedagang yang penulis temukan yaitu 23 pedagang.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Penelitian
1.
Data Wawancara
a.
Pola
Interaksi Sosial Pengunjung Remaja di Objek Wisata Pantai Seruni Kabupaten
Bantaeng.
Adapun data-data wawancara yang digali dari beberapa informan
sebagai berikut. Informan pertama yang penulis wawancarai adalah salah satu
remaja yang kebetulan berkunjung di wisata tersebut, Adi (21 tahun)
merupakan remaja yang tinggal tidak terlalu
jauh dari objek wisata tersebut. Berikut wawancara dengan Adi:
Biasanya saya berkunjung ke sini bersama teman-teman, pacar, atau
keluarga, kebetulan malam ini saya ke sini bersama teman-teman saya, adapun
kegiatan yang biasa kami lakukan di sini hanya sekedar ngumpul menikmati
suasana malam, dan menikmati berbagai macam kuliner yang ada di tempat ini,
biasanya saya berkunjung ke sini bila ada waktu saja dan tergantung isi dompet,
artinya kalau ada uang dan juga ada waktu luang, pasti kami datang ke sini
untuk berkumpul bersama, jadi waktunya tidak tentu kadang itu malam minggu,
malam sening seperti saat ini tergantung kalau ada dana. Adapun bentuk kerja
sama yang kami biasa lakukan dengan pengunjung lainnya untuk menjaga citra
Pantai Seruni ini yaitu tidak menyalagunakan tempat ini, kami hanya datang
untuk sekedar ingin mengadakan reoni
bersama teman-teman lama, dan tidak melakukan tindakan-tindakan yang tidak
terpuji contohnya menghindari yang namanya tauran, tidak mengundang keributan,
yang dapat mengganggu kenyamanan pengunjung lain, kemudian mengurangi bercanda
yang berlebihan terutama pada saat ada pengunjung lain yang datang untuk
mengerjakan tugas dan lain sebagainya (wawancara, Bantaeng, 29 juli 2019).
Adapun pengunjung kedua yang
dijadikan informan yaitu, Asmidar (20 Tahun). Seorang Mahasiswi yang tinggal di
Kabupaten Jeneponto yang juga sering berkunjung ke wisata Pantai Seruni
tersebut adapun isi wawancara antara penulis dengan informan adalah sebagai
berikut:
Saya suka berkunjung ke Pantai Seruni karena
suasananya yang nyaman, selain menikmati sunset di sore hari di sana juga
banyak pilihan menu yang cukup mengguga selera, biasanya saya datang ke tempat
ini hanya berkumpul bersama berbagi cerita bersama teman-teman ataupun
keluarga, adapun pendapat saya mengenai pantai ini yaitu pantai ini sangat
indah, tempatnya tertata rapi, selain menjadi kawasan kuliner, pantai ini juga
dijadikan sebagai tempat kegiatan masyarakat. Salah satu yang
membuat saya tertarik berkunjung ke sini yaitu, pantulan cahaya sunset di sore
hari dan ditambah dengan perpaduan warna lampu-lampu hias di sepanjang jalan
pantai tersebut, sangat mendukung kita untuk berselfi ria bersama teman-teman.
Adapun bentuk kerja sama kami di sini terhadap aparat pemerintah untuk menjaga
citra tempat wisata ini adalah dengan melakukan hal-hal yang positif saja
contohnya datang hanya sekedar ingin berolahraga karna tempat ini juga
disediakan berbagai macam fasilitas olahraga, selain itu dalam menjaga nama
baik atau citra Pantai Seruni kita harus menghindari percecokan yang berujung
pada perkelahian yang mengundang keributan. Harapan saya kedepannya untuk
wisata Pantai Seruni yaitu semoga wisata pantai ini dapat di pertahankan
keindahannya dan tambah banyak lagi wisatawan yang berkunjung (Wawancara, 29
Agustus 2019).
Mudalifa (18 tahun) merupakan
pengunjung yang juga sering berkunjung ke Pantai Seruni. Mengatakan bahwa ia
berkunjungn ke Pantai Seruni biasanya tiga kali dalam satu minggu untuk
berkumpul bersama teman-temannya menikmati berbagai macam kuliner yang ada di
pantai tersebut. Dia biasanya datang ke pantai tersebut kadang bersama
teman-teman dan juga bersama keluarga. Yang membuat ia tertarik untuk
sering-sering berkunjung ke pantai tersebut ialah banyak café dan jajanan yang
tersedia di sana. Dan adapun kekurangan pantai tersebut yaitu parkirannya yang
kurang luas sehingga pada malam minggu pengunjung biasanya memarkir
kendaraannya di pinggir jalan karena pada malam minggu ramai pengunjung dan
kendaraan lain susah untuk lalu lalang di tempat itu. Berbicara masalah fashion
menurut Musdalifah gaya berpakain atau fashion sangat penting apalagi saat
berada di luar rumah, sakin pentingnya sampe-sampe fashion dijadikan bahan
persaingan di kalangan remaja khususnya di kalangan wanita, namun ada juga
pengunjung yang menyalah gunakan fashion atau gaya berpakain, pakain yang
seharusnya di pake ke pesta malah di pake ke obyek wisata Pantai Seruni ini
(Wawancara, 29 Agustus 2019).
Selanjutnya wawancara bersama
pengunjung ketiga Miftahul (17 tahun). Adapun informasi yang diberikan itu
tidak jauh beda dengan jawaban dari pengunjung lain. Ia berkunjung ke Pantai
Seruni biasanya bersama teman atau keluarga. Adapun aktifitas yang ia lakukan
di sana yaitu berkumpul, berselfi ria,dan menikmati berbagai macam kuliner.
Biasanya ia berkunjung ke pantai seruni sekali seminggu yaitu pada akhir pekan.
Adapun yang membuat ia tertarik berkunjung ke pantai tersebut ialah karna
suasananya sudah berbeda dengan sebelumnya. Adapun kekurangan Pantai Seruni yaitu
lahan parkirannya yang sempit. Adapun masalah fashion pengunjung yang satu ini
tidak terlalu mempermasalahkan fashion pada saat berada di luar rumah.
Harapannya ke depan yaitu ia ingin pantai ini terkenal hingga kemanca Negara,
sehingga banyak juga wisatawan dari mancanegara datang berkunjung (Wawancara,
29 agustus 2019).
Berikut wawancara bersama salah satu
pemilik kafe ibu Uun 54 tahun mengatakan bahwa.
Biasanya pantai
ini ramai pengunjung hanya pada malam tertentu saja contohnya pada malam
minggu, atau pada saat ada acara kedatangan artis dan lain sebagainya. Adapun
wisatawan yang paling sering berkunjung yaitu lebih dominan anak muda di
bandingkan dengan orang tua ataun anak-anak, biasanya saya buka mulai jam 4
sampai jam 12 malam, berbicara masalah pendapatan di sini tergantung dari
ramainya pengunjung kadang kalau hari-hari biasa biasnya mencapai duaratusan,
berbeda dengan malam minggu karena padat pengunjung biasanya delapan ratus ribu
hingga mencapai satu juta satu hari satu malam. Adapun yang pengunjung lakukan
pada saat berada di sini bermacam-macam ada yang hanya duduk ngumpul bersama
teman atau keluarganya, ada yang datang mengerjakan tugas sekolah atau
kuliahnya. Adapun upah yang saya berikan kepada karyawan saya itu tergantung
dari pendapatan, tapi kadang ada pelayan yang tidak mengerti keadaan pengunjung
sedikit malah minta upah yang lebih (Wawancara 30 juli 2019)
Selanjutnya wawancara bersama
pedagang yang berada di sekitaran Pantai Seruni Ramlah (45 tahun) mengatakan
bahwa.
Alhamdulillah
dengan diubahnya Pantai Seruni oleh pak Nurdin suasananya lebih nyaman dari
sebelumnya karena banyak lahan untuk berdagang yang disediakan untuk kami. Kami
biasanya buka dari jam 4 sampe jam 11 malam. Berbicara masalah kekurangan
pantai ini menurut saya kekurangannya tidak terlalu Nampak karena kami sudah di
kasi lahan usaha di sini itu kami sudah sangat bersyukur. Biasanya ramai
pengunjung pada malam minggu adapun pengunjung yang sering membeli yaitu dari
kalangan anak-anak, ibu-ibu dan anak mudah tapi lebih dominan ke anak muda
karena di sini di sediakan bebagai macam asesoris seperti ikat rambut,
perhiasan dan lain sebagainya khususnya di kalangan remaja wanita. Masalah
pendapatan itu setiap malamnya berbeda-beda kalau malam biasa mencapai
tigaratusan, kalau malam minggu mencapai satu jutaan karena kalau malam minggu
padat pengunjung (Wawancara, 31 juli 2019)
Sehubungan dengan hal tersebut penulis
juga menggali informasi dengan melakukan wawancara oleh salah satu pegawai
Dinas Pariwisata Kabupaten Bantaeng, Pak Ali Imran Sekertaris Dinas Pariwisata
Kabupaten Bantaeng, jadi di sini penulis dengan sengaja mendatangi kantor dinas
pariwisata tersebut untuk menggali informasi lebih dalam terkait objek wisata
Pantai Seruni, adapun isi wawancaranya yaitu:
Adapun kegiatan yang biasa dilakukan oleh pengunjung remaja
khususnya di kalangan pelajar itu berbeda-beda dari siang hingga malam hari,
kalau di siang hari remaja biasanya berolahraga menikmati sarana dan prasarana
olah raga yang kami sediakan di sana seperti bermain basket, volley, takraow,
futsal dan lain sebagainya, berbeda lagi di malam hari kalau di malam hari
remaja-remaja tersebut ada yang berkumpul bersama, ada yang kerja tugas di cafe
karna di sana kami juga meneyediakan beberapa kafe dengan berbagai macam
kuliner (wawancara, Bantaeng, 2 Agustus 2019).
Hasil wawancara di atas menunjukkan
bahwa akatifitas remaja yang biasa dilakukan khususnya di kalangan pelajar
yaitu di siang harinya remaja sibuk menikmati sarana dan prasarana olahraga
yang disediakan oleh pemerintah seperti bermain volley, basket, takrow, dan
lain sebagainya, berbeda lagi di malam hari remaja tersebut datang bekunjung
hanaya sekedar ngumpul dan bahkan ada juga yang mengerjakan tugas sekolahnya
bersama teman-temannya. Selanjutnya penulis juga menggali informasi terkait
kegiatan yang dilakukan remaja pada saat
berkunjung ke pantai tersebut.
Dari beberapa hasil wawancara di
atas menunjukkan bahwa pola interaksi Sosial pengunjung remaja di obyek wisata
Pantai Seruni Kabupaten Bantaeng itu rata-rata hamper sama. Remaja yang datang
ke wisata tersebut hanya sekedar berkumpul bersama menikmati suasana malam dan
menikmati berbagai macam kuliner yang di sediakan di Pantai Seruni. Ada juga
yang meluangkan waktunya untuk mengerjakan tugas sekolah berolahraga khususnya remaja di kalangan
pelajar karana di sana juga merupakan
kawasan sport center pemerintah meneyediakan berbagai macam sarana dan
prasarana olahraga seperti lapanagan volley, basket, takrow, futsal, dan lain
sebagainya. Selain itu menurut salah satu informan yaitu salah satu anggota Pol
PP bahwa di sana banyak kejadian atau problema yang sangat tidak terpuji, masih
banyak remaja yang ditemukan tengah berduaan bahkan sampai nekat melakukan
hubungan layaknya suami istri, bahkan sudah ada empat pasang remaja yang telah
di nikahkan karena kedapatan oleh petugas melakukan hubungan tersebut, selain
itu di sana juga kerab terjadi perkelahian bahkan baru-baru ini telah terjadi penikaman di sekitar pantai
seruni.
Menurut salah satu informan yang
bernama, Musdalifa (21 tahun), merupakan remaja yang juga sering berkunjung ke
wisata Pantai Seruni. Mengatakan bahwa.
tren atau
fashion sangat penting apalagi saat berada di luar rumah. Seperti berkumpul
bersama teman-teman di tempat-tempat tertentu contohnya di Pantai Serunu,
bahkan dengan adanya fashion ini sehingga kadang muncul adanya persaingan dalam
gaya berpakain khususnya di kalangan perempuan” (wawancara, 29 Agustus 2019).
Sedangkan menurut pengunjung lain
yang bernama Mifta (17 tahun) mengemukakan bahwa.
Fashion atau
gaya berpakain memang penting dalam kehidupan sehari-hari terutama di kalangan
remaja, bahkan dengan adanya fashion kita akan terlihat lebih cantik dan
menarik, namun bagi saya fashion hanyalah sekedar gaya saja dan bukan untuk
dijadikan bahan persaingan, karna kadang dengan adanya persaingan fashion dapat
berujung pada permusuhan dan pertikaian dengan teman sendiri (Wawancara, 29
Agustus 2019).
Berikut wawancara yang di lakukan
oleh ibu Uun (54 tahun), salah satu pemilik kafe yang ada di Pantai Seruni, adapun
isi wawancaranya yaitu
salah satu
teknik kami untuk menarik para pengunjung yaitu pelayan berdiri di depan café
menawarkan menu-menu makanan yang kami jual, jadi setip pengunjung yang memarkir
kendaraannya tepat di depan kafe kita itu sudah menjadi customer kita Namun
biasanya ada pelayan yang curang atau melakukan persaingan yang tidak sehat,
contohnya pengunjung sudah mau masuk ke kafe kita malah di tarik dan di suruh
duduk di kursi cafenya (Wawancara, 30 juli 2019),
Dari beberapa hasil wawancara di
atas dapat di tarik kesimpulan bahwa ada beberapa persaingan yang dilakukan
oleh pengunjung maupun pemilik dan pelayan café. Bagi pengunjung biasanya
bersaing dengan gaya berpakaian atau fashion, sedangkan pemilik atau pelayan
kafe biasanya bersaing masalah perdagangan, misalnya rebutan pembeli antara
pemilik kafe yang satu dengan yang lainnya. Dari data tersebut dapat kita lihat
adanya adanya proses disosiatif.
b.
Dampak
Interaksi Sosial Remaja di Objek Wisata Pantai Seruni Kabupaten Bantaeng.
Hubungan sosial
selalu ada dalam masyarakat dan hal
tersebut merupakan hal penting dalam kehidupan bermasyarakat hubungan sosial ada yang bersifat positif dan
ada pula yang bersifat negatif . Berbicara masalah dampak interaksi sosial
remaja di objek wisata Pantai Seruni di sini ada dua dampak yang akan kita
bahas ada dampak posistif dan ada pula dampak negatifnya.
Adapun dampak
positifnya yaitu wisata Pantai Seruni sangat berpotensi baik itu bagi
anak-anak, remaja, maupun orang tua, karena di sana di sediakan berbagai macam
fasilitas, ad ataman bermain untuk anak, sport center bagi remaja
khususnya di kalangan pelajar, dan tempat jogging oleh orang yang sudah
lanjut usia, berikut wawancara bersama pak Ali Imran Sekertaris dinas
pariwisata Kabupaten Bantaeng:
Jadi
berbicara masalah potensi di sini lebih spesifik ke wisata pantai khususnya di
objek wisata pantai seruni karena merupakan destinasi baru, dan banyak
fasilitas yang di sediakan mulai dari anak-anak, remaja sampai orang tua, kalau
untuk anak-anak di sediakan taman bermain, untuk orang tua di sediakan lapangan
untuk jogging atau senam, terkhusu kepada remaja di sediakan area sport
center yaitu sarana dan prasarana olahraga seperti lapangan basket, volley,
futsal, takrow, dan lain sebagainya, jadi para remaja tersebut dengan muda
menyalurkan bakatnya dengan fasilitas yang di sediakan oleh pemerintah, selain
untuk berolahraga remaja tersebut biasanya datang untuk menegerjakan tugas
sekolah karana biasa kami dapati di sana banayak yang membawa laptop buku dan
lain sebagainya, adapun permasalahan yang pernah terjadi di sekitar Pantai
Seruni ialah penyerangan kelompok pemuda telah terjadi pengeroyokan di sekitar Pantai
Seruni Bantaeng yang kejadiannya pada tahun 2017. Selain itu baru-baru ini juga
terjadi penikaman di sekitar Pantai
Seruni, kejadiannya pada hari selasa 9 juli 2019 (Wawancara, 2 Agustus 2019).
Informan
selanjutnya yaitu kepada salah satu pemilik kafe ibu Uun (54 tahun). Mengatakan
bahwa.
Biasanya pengunjung remaja tersebut datang di kafe ini untuk
berkumpul bersama teman-temannya, biasanya juga dari kalangan pelajar datang di
kafe ini untuk menegerjakan tugas bersama teman-temannya, karena kadang saya
perhatikan mereka membawa laptop dan buku (Wawancara, 30 juli)
Selanjutnya wawancara bersama salah satu pengunjung remaja sebut
saja Mirna (16 tahun) yang juga
merupakan pengunjung Pantai Seruni. Mengetakan bahwa, ia datang ke wisata
Pantai seruni biasanya bersama pacar atau temannya, tapi paling sering datang
bersama pacarnya. Pengunjung ini sedikit berbeda dengan pengunjung yang lain.
Katanya jika dia datang bersama teman-teman maka aktifitas yang dilakukannya
hanya sekedar berkumpul saja menikmati kuliner yang ada di pantai tersebut.
Tapi jika dia datang bersama pacarnya maka lain lagi aktifitasnya. Dia tidak
duduk di café melainkan di tempat-tempat yang sepi dan gelap, seperti di taman
bermain anak, karena kalau sudah larut malam di sekitar taman bermain tersebut
sudah sepi. Dan bahkan dia pernah didapati oleh salah satu aparat satpol PP,
Dan pasangan remaja itu di bubarkan setelah diberi peringatan atau teguran
(Wawancara, 29 Agustus 2019)
Selanjutnya wawancara bersama aparat pemerintah petugas Satpol PP
yang akrab disebut pak Sukardi adapun isi wawancaranya yaitu sebgai berikut.
Kalau kita berbicara masalah Pantai Seruni banyak problema-problema
dan kejadian yang biasa kita temukan di sini, terutama remaja yang
menyalagunakan tempat ini berpacaran sampai-sampai melakukan hubungan, karena selama saya jaga di pantai
ini sudah ada empat pasang remaja yang kita nikahkan karena kedapatan melakukan
hubungan layaknya suami istri di sekitar pantai ini, ada yang kedapatan
melakukan hal tersebut di malam hari bahkan pernah kita dapati remaja yang
berhubungan pada jam sebelas siang, selain itu di sini juga sering terjadi
perkelahian bahkan baru-baru ini kita dapati kasus penikaman (Wawancara 1
Agustus 2019).
Dari wawancara
di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa dampak positif interaksi sosial
remaja di objek wisata Pantai Seruni ialah, remaja berkunjung ke wisata Pantai
Seruni ini dengan tujuan untuk berolahraga memanfaatkan sarana dan prasarana
yang di sediakan oleh pemerintah untuk mengembangkan bakatnya, selain itu remaja
juga biasanya datang bersama teman-temannya untuk mengerjakan tugas khususnya
di kalangan pelajar. Di sisi lain juga ada beberapa dampak negatif interaksi
sosial remaja di objek wisata Pantai Seruni tersebut, mengapa saya katakan
demikian karena masih ada beberapa tindak kriminalitas yang biasa terjadi di
obyek wisata Pantai Seruni ini dan itu dilakukan oleh remaja yang berkunjung ke
tempat tersebut, seperti yang di jelaskan oleh salah satu anggota Satpol PP
bapak Sukardi, beliau mengatakan bahwa, masih sering didapati remaja yang
tengah berduaan bahkan sampe nekat melakukan hubungan layaknya suami istri
bahkan sudah ada empat pasang remaja yang di nikahkan karena didapati melakukan
hal tersebut, selain itu masih sering juga terjadi perkelahian, bahkan
baru-baru ini terjadi penikaman di sekitar Pantai Seruni. Selain itu juga
adanya pengakuan dari salah satu informan pengunjung remaja bahwa dia bersama
pasangannya pernah didapati oleh salah satu anggota Satpol PP tengah
berdua-duaan di tempat-tempat sepi, di sekitaran Pantai Seruni Kabupaten
Bantaeng.
2.
Data Observasi
Model observasi yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah participant observation,
Observasi partisipan akan dilakukan sebagai berikut:
a. Sebagai
pengunjung
Peneliti akan berperan sebagai
pengunjung di obyek wisata Pantai Seruni. Tujuannya agar peneliti bisa
mendapatkan gambaran tentamg Pantai Seruni dari sudut pandang pengunjung,
melalui model ini pula, peneliti akan berbaur dan berinteraksi dengan
pengunjung yang berada di obyek wisata Pantai Seruni.
Saya berkunjung ke pantai tersebut pada
tanggal 30 juli 2019. Di sana saya berperan sebagai pengunjung hanya satu kali
saja, dari situ saya melihat adanya beberapa remaja yang berkumpul bersama
teman-temannya, menceritakan pengalaman dan lain sebagainya. Pada saat berperan
sebagai pengunjung saya berusaha mengakrapkan diri dengan para pengunjung lain
dengan cara bergabung di kursi yang sama agar lebih mudah menggali informasi
terkait pola interaksi remaja yang berkunjung ke tempat tersebut. Pengalaman
yang menarik yang saya temui sewaktu saya berkunjung ke pantai tersebut adalah
pada saat saya turun dari kendaraan, maka para pelayan kafe dengan antusias
menawarkan menunya dan saling berebutan pengunjung (customer).
b. Sebagai
pelayan cafe
Di sini peneliti juga akan berperan
sebagai pelayan cafe di salah satu cafe yang berada di obyek wisata Pantai
Seruni, tujuannya agar mendapat informasi lebih dalam dari pemilik cafe terkait
obyek wisata Pantai Seruni. Saya berperan sebagai pelayan kafe pada tanggal 29
juli 2019 di salah satu kafe yang bernama kafe Salemba Raja Sarabba’. Sewaktu
saya berperan sebagai pelayan kafe saya melihat lebih banyak remaja yang
berkunjung ke pantai tersebut di bandingkan anak-anak, dan orang tua.
Pengalaman yang paling menarik. Sewaktu saya berperan sebagai pelayan banyak
pengunjung remaja yang melontarkan kalimat-kalimat gombalan kepada kami seorang
pelayan khususnya pengunjung laki-laki.
c. Sebagai
pedagang
Begitupun dengan observasi ini, peneliti
juga akan memainkan perannya sebagai pedagang. Dengan tujuan agar peneliti bisa
dengan mudah berbaur dan mendapat informasi lebih dalam dari pedagang tersebut
terkait objek wisata Pantai Seruni. Saya berperan sebagai pedagang pada tanggal
31 juli 2019. Di salah satu kios yang menjual asesoris dan mainan. Di sana saya
melihat banyak remaja yang datang berkunjung untuk membeli asesoris seperti
anting, ikat rambut, kalung dan lain sebagainya terutama pengunjung wanita.
Pengalaman yang menarik yaitu pada saat melakukan transaksi terjadi tawar
menawar harga barang antara penjual dan pembeli.
3. Data Dokumentasi
Adapun
data-data dokumentasinya anatara lain sebagai berikut:
a. Data
pengunjung obyek wisata Pantai Seruni Kabupaten Bantaeng tahun 2018.
No
|
BULAN
|
DEWASA
|
ANAK-ANAK
|
JUMLAH
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
|
JANUARI
FEBRUARI
MARET
APRIL
MEI
JUNI
JULI
AGUSTUS
SEPTEMBER
OKTOBER
NOVEMBER
DESEMBER
|
2,271
853
880
1,391
1,261
1,816
1,279
1,053
1,049
678
873
1,468
|
442
136
134
196
208
336
209
201
141
89
137
255
|
2,713
989
1,014
1,587
1,469
2,152
1,488
1,254
1,190
767
1,010
1,723
|
|
JUMLAH
|
14,872
|
2,483
|
17,356
|
(Sumber: Dinas Pariwisata
Kabupaten Bantaeng, 2018).
b.
Data
jumlah kafe di obyek wisata Pantai Seruni Kabupaten Bantaeng.
NO
|
NAMA CAFE
|
NAMA PEMILIK
|
TAHUN BERDIRI
|
FASILITAS
|
MENU ANDALAN
|
KET.
|
|
MEJA
|
KURSI
|
||||||
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
|
KAFE ABANG
PRATAMA
KAFE SALEMBA
KAFE ANGING
MAMMIRI
KAFE ANNHA
KAFE AQILA
KAFE AYLA
KAFE
BANYUWANGI
KAFE BEAT
KAFE BISOT
KAFE BUTTA
TOA
KAFE CAHAYA
CAFÉ CECE
CAFÉ COTO
BANATAENG
KAFE DEVI
CAFÉ DG
KANANG
KAFE ERWIN
KAFE FAHRI
KAFE FKKPI
KAFE
PLAMBOYAN
KAFE HARLAN
KAFE HISTORY
KAFE IBNU
KAFE SALAD
BUAH
KAFE JAY
KAFE KARTIKA
KAFE KASTA
KAFE KERATON
KAFE KHANSA
KAFE
OLEH-OLEH
KAFE MAKNYAK
KAFE MR BOX
KAFE SIMPLE
KAFE ALYA
KARAUKE
KAFE INDO’KU
KAFE NUR
|
RINI
IBU UUN
HASBIA
RASYID
NADA
SIRUA
ZAENI
ARHAM
IRSAN
NGITUN
CAHAYA
RIVAL
H. JABBAR
HAYATI
KANANG
SAMSIA
RINI
AISYAH
HJ. SURIATI
HAERIL
ARDI
MARDIA
KARTINI
JAY
SARIFA
ASRIANI
AISYAH
RAHMI
HAYATI
SARI
ARDI
MOCI
SURIATI
HJ. NOVRITA
NURHAYATI
|
2018
2014
2010
2010
2016
2016
2016
2010
2015
2016
2015
2016
2016
2015
2015
2015
2015
2017
2015
2016
2017
2015
2010
2016
2010
2015
2010
2016
2015
2015
2016
2015
2016
2016
2010
|
6
5
7
7
7
5
6
6
6
5
6
7
4
6
5
5
5
5
8
5
11
5
6
6
5
6
6
6
12
6
8
10
11
10
5
|
24
20
35
20
24
20
20
30
24
20
24
24
20
24
20
20
24
22
16
20
43
20
32
24
24
24
30
18
48
24
32
28
24
50
23
|
JUS
SARA’BA’
GORENGAN
SALAD BUAH
JUS BUAH
JUS BUAH
GORENGAN
ANEKA JUS
ES KELAPA
BAKSO
BAKWANG
BURGER
COTO
JUS
SALAD BUAH
SARABBA
SOP UBI
GORENGAN
JUS
BAKSO
GORENGAN
GORENGAN
GORENGAN
SALAD BUAH
GORENGAN
PISANG EPE
GORENGAN
GORENGAN
BAKSO
CAPUCINO
JUS BUAH
COKLAT
SALAD BUAH
PALEKKO’
JUS
|
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKRIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
AKTIF
|
|
JUMLAH
|
|
|
229
|
895
|
|
|
(Sumber: Dinas Pariwisata
Kabupaten Bantaeng, 2018)
c.
Data
jumlah pedagang
Data
jumlah pedagang diperoleh dengan cara turun ke lapangan, mendata setiap
pedagang yang berdagang pada saat itu. Ditemukan beberapa pedagang yang menjual
berbagai macam makanan, mainan, asesoris-asesoris dan lain sebagainya. Adapun data jumlah
pedagang yang penulis temukan yaitu 23 pedagang.
B.
Pembahasan
1.
Asosiatif
Asosiatif adalah bentuk keja sama yang bisa meningkatkan hubungan
solidaritas sesama manusia, contohnya kerja sama dan akomodasi.
a.
Keja
sama
Dalam
penelitian ini ada bentuk kerja sama yang dilakukan, hal tersebut dapat
diketahui dari wawancara yang dilakukan oleh beberapa informan. Adapun bentuk
kerja samanya yaitu antara pengunjung remaja yang satu dengan pengunjung remaja
yang lainnya. Dalam hal ini menjaga citra atau nama baik obyek wisata tersebut.
Remaja yg datang berkunjung ke pantai tersebut tidak melakukan hal-hal yang
tidak terpuji seperti contohnya tidak melakukan keributan-keributan yang dapat
mengganggu pengunjung lainnya. Pengunjung tersebut hanya melakukanhal-hal
positif saja seperti datang hanya sekedar berkumpul bersama, belajar bersama
dan memanfaatkan berbagai sarana olahraga yang di sediakan.
b.
Akomodasi
Bentuk
akomodasi yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu pada saat ada pengunjung
yang sedang berkumpul mengerjakan tugas sekolah atau kampus, maka rombongan
pengunjung lain tidak melakukan hal-hal yang dapat mengganggu pengunjung yang
sedang mengerjakan tugas, seperti mengurangi bercanda yang berlebihan bersama
teman, agar pengunjung yang lain tidak merasa terganggu (Pernyataan Informan).
2.
Disosiatif
Disosiatif adalah proses sosial yang dapat menyebabkan perpecahan
dalam masyarakat. Adapun bentuk-bentuk disosiatif ada tiga yaitu, persaingan,
dan kontravensi.
a.
Persaingan
Dalam
penelitian ini peneliti juga mendapati adanya persaingan di dalamnya. Adapun
bentuk persaingannya yaitu fashion atau gaya berpakain. Terutama di kalangan
remaja seiring berkembangnya zaman tentunya akan selalu memicu adanya tren-tren
baru yang dianggap eksis pada masa itu, misalnya dari segi berpenampilan atau
gaya berpakain.
b.
Kontravensi
Adanya
pengunjung yang datang dengan busana yang tidak sesuai misalnya pengunjung yang
datang dari kampung, mereka tidak menempatkan fashion pada tempatnya, pakain
yang seharusnya di pake ke pesta malah di pake ke Pantai Seruni, sehingga
pengunjung tersebut menjadi pusat perhatian oleh pengunjung lain (Pernyataan
informan)
c.
Pertikaian
Banyaknya
kejadian-kejadian atau problema yang terjadi di sekitar Pantai Seruni Kabupaten
Bantaeng. Seperti adanya kasus pengeroyokan yang pernah terjadi di sekitar
Pantai Seruni. Selain itu baru-baru ini telah terjadi kasus penikaman, yang
kejadiannya tepat pada hari selasa, 9 Juli 2019 (pernyataan aparat pemerintah
Dinas Pariwisata Kabupaten Bantaeng dan salah satu anggota Satpol PP).
RIWAYAT HIDUP
0 komentar:
Post a Comment